Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan Kongres V PDI Perjuangan yang diselenggarakan di Bali pada 8-10 Agustus 2019, merupakan wujud penegasan sikap politik PDIP bahwa Pancasila adalah final, melindungi seluruh rakyat Indonesia dengan seluruh ekspresi kebudayaannya.
Hasto mengatakan sikap politik PDI Perjuangan itu diambil di tengah menguatnya tren cara pandang ekstrem keagamaan hingga tindakan radikal berbasis sentimen suku, agama, ras dan antargolongan.
"Kongres V PDI Perjuangan menekankan pentingnya Pancasila sebagai kekuatan jiwa bangsa yang dijabarkan dalam Tri Karsa," kata Hasto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan Tri Karsa adalah bentuk memedomani Pancasila dalam segala bidang kehidupan, yakni pertama, Pancasila sebagai pedoman kehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kedua, Pancasila sebagai pedoman perencanaan pembangunan di segala bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, maupun bidang lingkungan hidup dalam politik legislasi, politik anggaran, dan politik pengawasan.
Ketiga, Pancasila yang hidup dan menghidupi rakyat dalam lima bidang prioritas yakni bidang sandang pangan papan, pendidikan, tenaga kerja dan jaminan sosial, infrastruktur dan lingkungan hidup, agama, kepercayaan, mental spiritual dan kebudayaan.
Maka itu pula, kata Hasto, dalam Kongres V PDIP semangat berkebudayaan Indonesia diangkat secara khusus. Sebab, kata Hasto, kesejatian politik terletak pada wajah kebudayaan.
Dalam wajah kebudayaan ini, kata dia, politik menempatkan perjuangan kemanusiaan sebagai hal yang hakiki, dengan tujuan masyarakat adil dan makmur, bebas dari penjajahan, termasuk di ranah ekonomi.
"Ini merupakan wujud dari nilai kemanusiaan," kata dia.
Demikian juga halnya dengan tujuan lain seperti hidup rukun, toleran, kedisiplinan serta, kesetaraan warga negara sebagai cermin dari penghormatan nilai kemanusiaan.
"PDI Perjuangan menempatkan kebudayaan sebagai esensi pokok nasionalisme yang berkepribadian Indonesia," ulas Hasto.
Ditegaskan Hasto, melalui Kongres V PDI Perjuangan partainya meminta kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap bangga dengan segala warisan kebudayaan nusantara.
Sebab bagi PDI Perjuangan, kebudayaan Indonesia begitu berwarna, indah, penuh daya cipta, rasa, dan karsa, tidak monoton dan homogen.
"Lihatlah dari aspek yang sederhana, keanekaragaman makanan nusantara dengan bumbu-bumbuan yang beraneka cita rasa, terlengkap di dunia. Ini adalah capaian kebudayaan yang seharusnya diangkat dan menjadi wajah politik Indonesia," kata Hasto.
"Maka esensi pokok Kongres V PDI Perjuangan adalah Pancasila dalam seluruh ruang ekspresi kebudayaan Indonesia," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Hasto mengatakan sikap politik PDI Perjuangan itu diambil di tengah menguatnya tren cara pandang ekstrem keagamaan hingga tindakan radikal berbasis sentimen suku, agama, ras dan antargolongan.
"Kongres V PDI Perjuangan menekankan pentingnya Pancasila sebagai kekuatan jiwa bangsa yang dijabarkan dalam Tri Karsa," kata Hasto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan Tri Karsa adalah bentuk memedomani Pancasila dalam segala bidang kehidupan, yakni pertama, Pancasila sebagai pedoman kehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Kedua, Pancasila sebagai pedoman perencanaan pembangunan di segala bidang kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, maupun bidang lingkungan hidup dalam politik legislasi, politik anggaran, dan politik pengawasan.
Ketiga, Pancasila yang hidup dan menghidupi rakyat dalam lima bidang prioritas yakni bidang sandang pangan papan, pendidikan, tenaga kerja dan jaminan sosial, infrastruktur dan lingkungan hidup, agama, kepercayaan, mental spiritual dan kebudayaan.
Maka itu pula, kata Hasto, dalam Kongres V PDIP semangat berkebudayaan Indonesia diangkat secara khusus. Sebab, kata Hasto, kesejatian politik terletak pada wajah kebudayaan.
Dalam wajah kebudayaan ini, kata dia, politik menempatkan perjuangan kemanusiaan sebagai hal yang hakiki, dengan tujuan masyarakat adil dan makmur, bebas dari penjajahan, termasuk di ranah ekonomi.
"Ini merupakan wujud dari nilai kemanusiaan," kata dia.
Demikian juga halnya dengan tujuan lain seperti hidup rukun, toleran, kedisiplinan serta, kesetaraan warga negara sebagai cermin dari penghormatan nilai kemanusiaan.
"PDI Perjuangan menempatkan kebudayaan sebagai esensi pokok nasionalisme yang berkepribadian Indonesia," ulas Hasto.
Ditegaskan Hasto, melalui Kongres V PDI Perjuangan partainya meminta kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tetap bangga dengan segala warisan kebudayaan nusantara.
Sebab bagi PDI Perjuangan, kebudayaan Indonesia begitu berwarna, indah, penuh daya cipta, rasa, dan karsa, tidak monoton dan homogen.
"Lihatlah dari aspek yang sederhana, keanekaragaman makanan nusantara dengan bumbu-bumbuan yang beraneka cita rasa, terlengkap di dunia. Ini adalah capaian kebudayaan yang seharusnya diangkat dan menjadi wajah politik Indonesia," kata Hasto.
"Maka esensi pokok Kongres V PDI Perjuangan adalah Pancasila dalam seluruh ruang ekspresi kebudayaan Indonesia," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019