PKK Gianyar terus mengembangkan usaha salon desa yang dikelola para ibu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan cara mendata jumlah salon desa, memilah mana yang usaha berkembang, dan membantu yang hadapi hambatan.
"Evaluasi perlu dilakukan untuk mendata salon-salon desa yang ada sekaligus mencari tahu kendala-kendala yang selama ini dihadapi," kata Ketua PKK Kabupaten Gianyar, Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra, demikian siaran pers Diskominfo Gianyar, Jumat.
Sejak diluncurkan 2015 lalu, keberadaan salon desa sudah mulai menunjukkan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat. Beberapa diantaranya bahkan telah mampu menyumbang pendapatan kepada desa bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), maupun dikelola secara mandiri.
Namun demikian, di tengah keberhasilan beberapa salon desa mengaplikasikan program dari Pemkab Gianyar dalam hal pemberdayaan masyarakat terutama kalangan ibu-ibu rumah tangga, beberapa salon desa juga ditemui terkesan masih setengah jalan atau kurang aktif.
Saat ini dari 64 desa yang ada di Kabupaten Gianyar, sebanyak 59 desa sudah memiliki salon desa. Sisanya, tidak mengajukan permohonan karena alasan ketidaktersediaan tempat dan tenaga pengelola. Sedangkan, dari 59 salon desa tersebut, saat ini yang aktif sekitar 22 salon desa.
“Saya harap salon desa yang lain juga mau untuk terus berusaha. Sehingga segi pemberdayaan manusia bidang salon bisa meningkat. Salon sudah menjadi kebutuhan pokok bagi kalangan ibu-ibu, terutama saat ada Upacara Keagamaan. Saya optimistis ini akan maju asal pengelolaan dan keterampilannya bagus,” kata Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra.
Saat ini banyak masyarakat khususnya kaum perempuan sangat tertarik dengan dunia tata rias. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang mengikuti pelatihan-pelatihan yang selama ini sering dilaksanakan.
“Jika kita memulai sesuatu perlu kesabaran dan butuh proses, lakukan dengan sungguh-sungguh niscaya hasilnya pun baik,” imbuh Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra.
"Atas arahan Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar, hari ini kita melakukan evaluasi. Untuk yang kurang aktif, kita motivasi untuk bisa lebih diaktifkan lagi,” terang Ketua Pokja II, Bintari Suradnya saat melakukan evaluasi bersama tim kepada empat salon desa yakni, Salon Desa Lodtunduh, Salon Desa Bresela, Salon Desa Batubulan serta Salon Desa Tulikup, Senin, (5/8).
Ni Wayan Subekti, pengelola Salon Desa Bresela mengatakan, pengelolaan Salon Desa Bresela selama ini dilakukan secara profesional dan berada di bawah naungan Bumdes. Sehingga dari segi permodalan, selain dari Pemkab Gianyar juga mendapat bantuan permodalan dari Bumdes. Dalam hal pemberdayaan masyarakat yang memiliki ketrampilan bidang tata rias, Salon Desa berdayakan dengan sistem "freelance".
“Kami berterima kasih kepada Ketua TP. PKK Kabupaten Gianyar Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra dan Pemkab Gianyar atas program yang telah diluncurkan ini yakni karena ini sangat dirasakan oleh masyarakat terutama menambah penghasilan keluarga” imbuh Wayan Subekti.
Di tahun 2018, Salon Desa Bresela tercatat telah mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp45 juta lebih dengan total pendapatan bersih sebesar Rp29 juta lebih.
“Selain bantuan tambahan modal sampai Oktober 2018, kita juga dibantu oleh Bumdes untuk biaya operasional salon. Selanjutnya, mulai November kita bebankan di unit usaha salon desa, sehingga tidak membebani Bumdes lagi,” imbuh Wayan Subekti.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Evaluasi perlu dilakukan untuk mendata salon-salon desa yang ada sekaligus mencari tahu kendala-kendala yang selama ini dihadapi," kata Ketua PKK Kabupaten Gianyar, Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra, demikian siaran pers Diskominfo Gianyar, Jumat.
Sejak diluncurkan 2015 lalu, keberadaan salon desa sudah mulai menunjukkan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat. Beberapa diantaranya bahkan telah mampu menyumbang pendapatan kepada desa bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), maupun dikelola secara mandiri.
Namun demikian, di tengah keberhasilan beberapa salon desa mengaplikasikan program dari Pemkab Gianyar dalam hal pemberdayaan masyarakat terutama kalangan ibu-ibu rumah tangga, beberapa salon desa juga ditemui terkesan masih setengah jalan atau kurang aktif.
Saat ini dari 64 desa yang ada di Kabupaten Gianyar, sebanyak 59 desa sudah memiliki salon desa. Sisanya, tidak mengajukan permohonan karena alasan ketidaktersediaan tempat dan tenaga pengelola. Sedangkan, dari 59 salon desa tersebut, saat ini yang aktif sekitar 22 salon desa.
“Saya harap salon desa yang lain juga mau untuk terus berusaha. Sehingga segi pemberdayaan manusia bidang salon bisa meningkat. Salon sudah menjadi kebutuhan pokok bagi kalangan ibu-ibu, terutama saat ada Upacara Keagamaan. Saya optimistis ini akan maju asal pengelolaan dan keterampilannya bagus,” kata Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra.
Saat ini banyak masyarakat khususnya kaum perempuan sangat tertarik dengan dunia tata rias. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang mengikuti pelatihan-pelatihan yang selama ini sering dilaksanakan.
“Jika kita memulai sesuatu perlu kesabaran dan butuh proses, lakukan dengan sungguh-sungguh niscaya hasilnya pun baik,” imbuh Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra.
"Atas arahan Ketua TP PKK Kabupaten Gianyar, hari ini kita melakukan evaluasi. Untuk yang kurang aktif, kita motivasi untuk bisa lebih diaktifkan lagi,” terang Ketua Pokja II, Bintari Suradnya saat melakukan evaluasi bersama tim kepada empat salon desa yakni, Salon Desa Lodtunduh, Salon Desa Bresela, Salon Desa Batubulan serta Salon Desa Tulikup, Senin, (5/8).
Ni Wayan Subekti, pengelola Salon Desa Bresela mengatakan, pengelolaan Salon Desa Bresela selama ini dilakukan secara profesional dan berada di bawah naungan Bumdes. Sehingga dari segi permodalan, selain dari Pemkab Gianyar juga mendapat bantuan permodalan dari Bumdes. Dalam hal pemberdayaan masyarakat yang memiliki ketrampilan bidang tata rias, Salon Desa berdayakan dengan sistem "freelance".
“Kami berterima kasih kepada Ketua TP. PKK Kabupaten Gianyar Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra dan Pemkab Gianyar atas program yang telah diluncurkan ini yakni karena ini sangat dirasakan oleh masyarakat terutama menambah penghasilan keluarga” imbuh Wayan Subekti.
Di tahun 2018, Salon Desa Bresela tercatat telah mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp45 juta lebih dengan total pendapatan bersih sebesar Rp29 juta lebih.
“Selain bantuan tambahan modal sampai Oktober 2018, kita juga dibantu oleh Bumdes untuk biaya operasional salon. Selanjutnya, mulai November kita bebankan di unit usaha salon desa, sehingga tidak membebani Bumdes lagi,” imbuh Wayan Subekti.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019