Lima penulis "Emerging Indonesia" terpilih dalam seleksi karya 1.217 penulis dalam "Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) yang diadakan oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati, lembaga nirlaba yang menaungi UWRF.

"Pada 14 Januari-15 Maret lalu, Yayasan Mudra Swari Saraswati, telah membuka seleksi penulis pemula Indonesia 2019. Selama rentang waktu tersebut, sebanyak 1.217 penulis mengirimkan 1.253 karya berupa cerita pendek, puisi, dan naskah novel," kata manajer program UWRF 2019, Wayan Juniarta, dalam keterangan pers yang diterima di Gianyar, Senin.

Jumlah ini, tambah Wayan, merupakan jumlah paling banyak sepanjang seleksi penulis emerging Indonesia yang pertama kali diselenggarakan UWRF pada tahun 2008.

"Dari rapat kuratorial yang diadakan pada Selasa (17/06/2019) terangkum nama-nama penulis emerging terpilih, yaitu Chandra Bientang dari Jakarta, Ilhamdi Putra dari Padang, Sumatera Barat, Heru Sang Amurwabumi dari Nganjuk, Jawa Timur, Lita Lestianti dari Malang, Jawa Timur, dan Nurillah Achmad dari Jember, Jawa Timur," katanya.

Kelima nama tersebut dipilih langsung oleh Dewan Kurator UWRF 2019 yang terdiri dari penulis, jurnalis, dan sastrawan ternama Indonesia, yaitu Leila S. Chudori, Putu Fajar Arcana, dan Warih Wisatsana.

Emerging adalah istilah yang digunakan oleh UWRF untuk para penulis Indonesia yang memiliki karya berkualitas namun belum memperoleh publikasi yang memadai. Program Seleksi Penulis Emerging Indonesia adalah bagian dari komitmen Yayasan Mudra Swari Saraswati untuk mendukung kehidupan masyarakat Indonesia melalui program-program seni dan budaya.

Penulis emerging Indonesia merupakan wadah bagi para penulis-penulis berbakat Indonesia untuk menampilkan karya-karya terbaik mereka, serta membuka jalan di dunia kepenulisan profesional.

"Pada tahun ke-16 penyelengaraan UWRF ini, Yayasan Mudra Swari Saraswati dengan bangga mengumumkan bahwa lima penulis emerging telah terpilih untuk tampil dalam perhelatan sastra, seni, dan budaya terbesar di Asia Tenggara pada 23-27 Oktober 2019," katanya

Baca juga: "Nayla" dan "Gugug!" rilis di Ubud Writers & Readers Festival 2018

Proses kuratorial dimulai dari pembacaan awal yang dilakukan oleh Indonesian Program Manager UWRF, Wayan Juniarta. Dari tahap ini, terangkum daftar nominasi yang terdiri atas 30 karya dari 30 penulis. Setiap kurator kemudian memilih 10 karya, yang kemudian disaring kembali menjadi lima karya terpilih.

"Kelima karya ini dianggap telah mampu mendorong kesadaran untuk selalu berpihak kepada akal sehat. Sastra memang tidak menyodorkan solusi, tetapi harus mampu memberi pencerahan agar para penikmatnya mengutamakan penyelesaian dengan akal sehat. Secara istimewa, kelima karya terpilih hampir selalu berangkat problematika sosial-kultural yang terdapat di sekeliling mereka," ujar Putu Fajar Arcana, salah seorang anggota dewan curator UWRF 2019..

Oleh sebab itu, nuansa lokalitasnya begitu menonjol, meski kemudian tidak jatuh pada etnosentrisme kaku. Problem-problem lokal itu ditafsir sedemikian rupa dan disajikan dalam bahasa estetik, yang kemudian kita ketahui memiliki nilai-nilai universal," tambah.

"Tahun ini, karya penulis umumnya cerdas membuat lekukan pada plot hingga menimbulkan daya kejut. Membuat daya kejut pada cerita drama sebetulnya sangat sulit karena akan cenderung menjadi melodramatik atau akhir yang dipaksakan. Tetapi para penulis ini berhasil membuat daya kejut sebagai bagian dari ceritanya dengan cara yang alamiah dan cerdas," Lelia S. Chudori menambahkan.

Kelima penulis emerging terpilih datang dari latar belakang berbeda. Mereka adalah mahasiswa, penulis lepas, wiraswasta, karyawan swasta, dan ibu rumah tangga. Para penulis emerging terpilih ini berusia antara antara 25 tahun hingga 40 tahun. Semuanya terbukti memiliki kepiawaian dalam berbahasa Indonesia dengan baik.

Baca juga: 180 penulis dari 30 negara kumpul di Ubud
 

Pewarta: Adi Lazuardi

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019