Bali Skinhead Jambore #5 (kelima), yang merupakan acara komunitas "sub kultur" dan sempat vakum 10 tahun, kini dikemas dalam perpaduan konser musik, tato, hingga aktivitas barber shop atau tukang cukur, yang kembali diadakan di Kota Denpasar, Bali, 16 Juni 2019.
Ketua panitia acara Bali Skinhead Jambore #5, Lalu Hendryawan, dalam keterangan tertulis di Denpasar, Sabtu, mengatakan Bali Skinhead Jambore ke-5 tahun 2019 dikemas berbeda dengan kegiatan yang pernah diadakan sebelumnya.
"Kali ini kami akan hadir dengan tema dan konsep serta kemasan baru, kita bikin unik, selain musik juga ada 'booth' tato, ada 'booth' barber shop, mulai siang sampai malam. Juga ada aksi DJ (disc jockey) dengan kemasan menarik. Dengan tema 'Sambung Rasa Sambung Saudara'," ujar Hendryawan yang akrab dipanggil Hendry.
Ia mengatakan tidak hanya diramaikan peserta dari Bali dan Pulau Jawa, kegiatan ini juga dihadiri komunitas skinhead dari Singapura dan Manado, Sulawesi Utara.
"Konsepnya benar-benar beda, jika sebelumnya hanya konser musik, kali ini ada kegiatan tato dan barber shop (cukur rambut). Setelah 10 tahun sempat vakum, kali ini kita ajak semuanya terlibat dari setiap kota di Indonesia, sekalian untuk silaturahmi juga pasca-lebaran," ujarnya.
"Skinhead", kata Henry, merujuk pada komunitas kelas pekerja, yang memang suka bekerja keras beridentitas kepala botak dengan alasan agar praktis saat bekerja. Sementara kaitan dengan musiknya yakni punk, oi, ska, hingga reggae, hal itu merupakan hiburan kelas pekerja saat usai bekerja.
Eka Waves, President Indonesia Sub Culture (ISC) Chapter Bali yang akan mengisi acara tato dalam kegiatan ini mengatakan sangat senang dengan adanya keterlibatan Indonesia Sub Culture (ISC) dalam acara ini.
"Sub Culture itu adalah suatu budaya yang berbeda. Sama halnya dengan komunitas skinhead, tato juga merupakan "sub culture", karena tidak semua orang suka skinhead yang identik dengan kepala botak dan punk dan juga tidak semua orang suka tato. Musik punk dan tato yang merupakan sub culture, selama ini sering diidentikkan dengan dunia kriminal, padahal tidak demikian sebenarnya. Malahan artis tato Indonesia sudah sering membawa harum nama Indonesia dalam berbagai kontes tato di luar negeri," ujar Eka Waves.
Sementara Hanafi dari Unyil Tato mengatakan lewat kegiatan ini diharapkan pemahaman orang terhadap komunitas skinhead yang identik dengan punk dan komunitas tato bisa lebih baik.
"Perlu ada perubahan pola pikir. Baik punk maupun tato itu tidak identik dengan kriminal. Semua kembali kepada pribadi masing-masing. Tato itu adalah seni dan ungkapan rasa," ucap Unyil.
Dalam kegiatan ini, Unyil akan menggelar atraksi tato yang cukup ekstrim. Ia akan mentato seorang vokalis salah satu band punk di akhir acara. Aksi mentato akan dilakukan selama vokalis itu menyanyikan lagu-lagu yang dibawakan bersama bandnya.
"Kita akan tampilkan yang benar-benar beda dalam acara ini. Nanti para pengunjung akan kita ajak sama-sama untuk menyaksikan atraksi ekstrim ini," katanya.
Bali Skinhead Jambore #5 2019 ini diperkirakan akan dihadiri minimal 1.000 orang pengunjung dengan menampilkan sebanyak 22 band beraliran punk, oi, ska, skapunk, hingga reggae. Band-band yang akan tampil mulai siang hingga malam hari ini berasal dari Bali, Lombok, Bandung, Jakarta, Singapura, Cimahi, Bogor, Solo, Yogya, Blitar, Sidoarjo, Malang, dan Manado.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Ketua panitia acara Bali Skinhead Jambore #5, Lalu Hendryawan, dalam keterangan tertulis di Denpasar, Sabtu, mengatakan Bali Skinhead Jambore ke-5 tahun 2019 dikemas berbeda dengan kegiatan yang pernah diadakan sebelumnya.
"Kali ini kami akan hadir dengan tema dan konsep serta kemasan baru, kita bikin unik, selain musik juga ada 'booth' tato, ada 'booth' barber shop, mulai siang sampai malam. Juga ada aksi DJ (disc jockey) dengan kemasan menarik. Dengan tema 'Sambung Rasa Sambung Saudara'," ujar Hendryawan yang akrab dipanggil Hendry.
Ia mengatakan tidak hanya diramaikan peserta dari Bali dan Pulau Jawa, kegiatan ini juga dihadiri komunitas skinhead dari Singapura dan Manado, Sulawesi Utara.
"Konsepnya benar-benar beda, jika sebelumnya hanya konser musik, kali ini ada kegiatan tato dan barber shop (cukur rambut). Setelah 10 tahun sempat vakum, kali ini kita ajak semuanya terlibat dari setiap kota di Indonesia, sekalian untuk silaturahmi juga pasca-lebaran," ujarnya.
"Skinhead", kata Henry, merujuk pada komunitas kelas pekerja, yang memang suka bekerja keras beridentitas kepala botak dengan alasan agar praktis saat bekerja. Sementara kaitan dengan musiknya yakni punk, oi, ska, hingga reggae, hal itu merupakan hiburan kelas pekerja saat usai bekerja.
Eka Waves, President Indonesia Sub Culture (ISC) Chapter Bali yang akan mengisi acara tato dalam kegiatan ini mengatakan sangat senang dengan adanya keterlibatan Indonesia Sub Culture (ISC) dalam acara ini.
"Sub Culture itu adalah suatu budaya yang berbeda. Sama halnya dengan komunitas skinhead, tato juga merupakan "sub culture", karena tidak semua orang suka skinhead yang identik dengan kepala botak dan punk dan juga tidak semua orang suka tato. Musik punk dan tato yang merupakan sub culture, selama ini sering diidentikkan dengan dunia kriminal, padahal tidak demikian sebenarnya. Malahan artis tato Indonesia sudah sering membawa harum nama Indonesia dalam berbagai kontes tato di luar negeri," ujar Eka Waves.
Sementara Hanafi dari Unyil Tato mengatakan lewat kegiatan ini diharapkan pemahaman orang terhadap komunitas skinhead yang identik dengan punk dan komunitas tato bisa lebih baik.
"Perlu ada perubahan pola pikir. Baik punk maupun tato itu tidak identik dengan kriminal. Semua kembali kepada pribadi masing-masing. Tato itu adalah seni dan ungkapan rasa," ucap Unyil.
Dalam kegiatan ini, Unyil akan menggelar atraksi tato yang cukup ekstrim. Ia akan mentato seorang vokalis salah satu band punk di akhir acara. Aksi mentato akan dilakukan selama vokalis itu menyanyikan lagu-lagu yang dibawakan bersama bandnya.
"Kita akan tampilkan yang benar-benar beda dalam acara ini. Nanti para pengunjung akan kita ajak sama-sama untuk menyaksikan atraksi ekstrim ini," katanya.
Bali Skinhead Jambore #5 2019 ini diperkirakan akan dihadiri minimal 1.000 orang pengunjung dengan menampilkan sebanyak 22 band beraliran punk, oi, ska, skapunk, hingga reggae. Band-band yang akan tampil mulai siang hingga malam hari ini berasal dari Bali, Lombok, Bandung, Jakarta, Singapura, Cimahi, Bogor, Solo, Yogya, Blitar, Sidoarjo, Malang, dan Manado.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019