Gubernur Bali Wayan Koster akan menggratiskan seluruh biaya sewa stan (galeri pameran) kerajinan dan kuliner dalam ajang Pesta Kesenian Bali ke-41 yang akan dimulai dari 15 Juni-13 Juli 2019.
"Pergub mengenai pembebasan biaya sewa stan PKB, sejauh ini masih sedang proses harmonisasi di Kementerian Dalam Negeri dan nanti mungkin Bapak Gubernur yang akan merilis karena Beliau yang mempunyai ide menggratiskan tersebut," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Putu Astawa, di Denpasar, Jumat.
Dari hitung-hitungan sementara, lanjut Astawa, nanti dalam PKB yang dipusatkan di Taman Budaya Denpasar itu akan ada lebih dari 300 galeri pameran. Pada tahun-tahun sebelumnya, harga sewa galeri pameran bervariasi, mulai dari Rp5 juta, Rp6 juta dan Rp 12 juta.
"Untuk satu stan juga memungkinkan diisi lebih dari satu perajin karena sebenarnya tidak perlu semua barang dipajang, bisa contoh-contohnya saja, yang penting dikenal masyarakat Bali," ucapnya.
Desain pameran juga akan dipilah-pilah untuk yang kelompok sandang, papan dan pangan. Berbeda halnya dengan pelaksanaan pameran dalam PKB tahun-tahun sebelumya yang dalam satu ruangan dicampur ada kerajinan perhiasan perak, keris, maupun songket dan sebagainya. "Sekarang satu ruangan kalau kerajinan perhiasan perak, ya perak semuanya," ucapnya.
Astawa menambahkan, terkait dengan prosedur dalam rekrutmen peserta pameran dilakukan berjenjang dari kabupaten/kota. Setelah lolos seleksi oleh pemerintah kabupaten/kota, baru diseleksi oleh pemerintah provinsi peserta yang diusulkan tersebut mulai 7 Mei mendatang.
"Syarat menjadi peserta pameran diantaranya tentu harus memiliki KTP Bali, produk yang dihasilkan juga di Bali, bukan dari luar. Namanya saja Pesta Kesenian Bali, sehingga produk yang dihasilkan itu harus dari Bali," ujarnya.
Untuk proses kurasi peserta pameran, pihaknya juga bekerja sama dengan akademisi ISI Denpasar yang memiliki standar-standar kualitas kerajinan yang layak dipamerkan.
Terkait dengan anggapan di masyarakat yang selama ini berpandangan peserta pameran PKB itu-itu saja, Astawa tidak menampik karena ada sejumlah kendala yang dihadapi peserta pameran.
"Terutama untuk peserta pameran yang berasal dari kabupaten yang jauh dari Denpasar seperti dari Kabupaten Jembrana, Buleleng dan Karangasem. Seringkali para perajin dari kabupaten tersebut, sejak awal mengaku tidak sanggup meninggalkan pekerjaan di rumahnya, dan untuk tinggal di Denpasar sudah tentu harus mengeluarkan biaya untuk makan, tempat tinggal," ucapnya.
Menurut Astawa, beberapa persoalan itu yang kemudian menyebabkan perajin agak sulit untuk berpameran selama sebulan penuh di Pesta Kesenian Bali. Akhirnya siapa yang bisa sebulan, itulah yang diseleksi.
"Sempat ada wacana mau dibagi shift 15 hari, 15 hari. Tetapi kalau diganti pesertanya, kami rasa akan berantakan stannya karena lagi membuka ornamen dan membawa rak, jadi agak ribet," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Pergub mengenai pembebasan biaya sewa stan PKB, sejauh ini masih sedang proses harmonisasi di Kementerian Dalam Negeri dan nanti mungkin Bapak Gubernur yang akan merilis karena Beliau yang mempunyai ide menggratiskan tersebut," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali I Putu Astawa, di Denpasar, Jumat.
Dari hitung-hitungan sementara, lanjut Astawa, nanti dalam PKB yang dipusatkan di Taman Budaya Denpasar itu akan ada lebih dari 300 galeri pameran. Pada tahun-tahun sebelumnya, harga sewa galeri pameran bervariasi, mulai dari Rp5 juta, Rp6 juta dan Rp 12 juta.
"Untuk satu stan juga memungkinkan diisi lebih dari satu perajin karena sebenarnya tidak perlu semua barang dipajang, bisa contoh-contohnya saja, yang penting dikenal masyarakat Bali," ucapnya.
Desain pameran juga akan dipilah-pilah untuk yang kelompok sandang, papan dan pangan. Berbeda halnya dengan pelaksanaan pameran dalam PKB tahun-tahun sebelumya yang dalam satu ruangan dicampur ada kerajinan perhiasan perak, keris, maupun songket dan sebagainya. "Sekarang satu ruangan kalau kerajinan perhiasan perak, ya perak semuanya," ucapnya.
Astawa menambahkan, terkait dengan prosedur dalam rekrutmen peserta pameran dilakukan berjenjang dari kabupaten/kota. Setelah lolos seleksi oleh pemerintah kabupaten/kota, baru diseleksi oleh pemerintah provinsi peserta yang diusulkan tersebut mulai 7 Mei mendatang.
"Syarat menjadi peserta pameran diantaranya tentu harus memiliki KTP Bali, produk yang dihasilkan juga di Bali, bukan dari luar. Namanya saja Pesta Kesenian Bali, sehingga produk yang dihasilkan itu harus dari Bali," ujarnya.
Untuk proses kurasi peserta pameran, pihaknya juga bekerja sama dengan akademisi ISI Denpasar yang memiliki standar-standar kualitas kerajinan yang layak dipamerkan.
Terkait dengan anggapan di masyarakat yang selama ini berpandangan peserta pameran PKB itu-itu saja, Astawa tidak menampik karena ada sejumlah kendala yang dihadapi peserta pameran.
"Terutama untuk peserta pameran yang berasal dari kabupaten yang jauh dari Denpasar seperti dari Kabupaten Jembrana, Buleleng dan Karangasem. Seringkali para perajin dari kabupaten tersebut, sejak awal mengaku tidak sanggup meninggalkan pekerjaan di rumahnya, dan untuk tinggal di Denpasar sudah tentu harus mengeluarkan biaya untuk makan, tempat tinggal," ucapnya.
Menurut Astawa, beberapa persoalan itu yang kemudian menyebabkan perajin agak sulit untuk berpameran selama sebulan penuh di Pesta Kesenian Bali. Akhirnya siapa yang bisa sebulan, itulah yang diseleksi.
"Sempat ada wacana mau dibagi shift 15 hari, 15 hari. Tetapi kalau diganti pesertanya, kami rasa akan berantakan stannya karena lagi membuka ornamen dan membawa rak, jadi agak ribet," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019