Panen ikan yang diperoleh nelayan Kabupaten Jembrana, Bali saat melaut dibarengi dengan anjloknya harga seperti yang sudah biasa mereka alami.
"Harga tinggi hanya bertahan kurang dari satu minggu, setelah itu harganya anjlok hampir separuhnya," kata Akim, salah seorang nelayan di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Senin.
Ia mengatakan nelayan rata-rata hanya mengikuti harga yang ditetapkan oleh makelar atau blantik ikan, sehingga masalah harga sangat mudah dipermainkan.
Menurut dia, nelayan tidak punya pilihan selain menjual ikan kepada makelar, karena kelompok pedagang ini merupakan penyerap terbesar ikan hasil tangkapan nelayan.
"Pabrik-pabrik yang di sini maupun Pulau Jawa juga banyak menggunakan jasa makelar untuk mendapatkan ikan. Hal seperti ini sudah berlangsung puluhan tahun," katanya.
Anjloknya harga ikan ini juga dibenarkan oleh Samsuri, Madek, Hasan, Slamet serta sejumlah nelayan lainnya, namun mereka rata-rata tidak terlalu memikirkannya, karena bagi nelayan yang penting saat melaut mendapatkan hasil tangkap.
Madek mengatakan sudah hampir tiga bulan nelayan mengalami paceklik, sehingga saat laut memberikan hasil tangkap yang melimpah, ia bersama kawan-kawannya tidak terlalu mempedulikan soal harga jual ikan.
"Sekarang setiap hari melaut selalu mendapatkan ikan, antara dua sampai tiga ton. Hasil tangkap ini lumayan, daripada tidak ada sama sekali," katanya.
Dari mereka diketahui, saat awal mereka mendapatkan ikan jenis lemuru, harga jualnya mencapai Rp8000 hingga Rp9000 perkilogram, namun hanya sekitar lima hari harga itu anjlok menjadi Rp4000 hingga Rp5000 perkilogram.
"Mau bagaimana lagi? Bagi nelayan yang penting saat melaut mendapatkan ikan. Soal harga memang sudah seperti ini sejak dahulu, kalau hasil tangkap nelayan banyak pasti harganya anjlok," katanya.
Para nelayan ini hanya berharap, mereka mendapatkan hasil tangkap yang rutin, karena beberapa tahun terakhir mereka sering mengalami masa paceklik saat mencari ikan di perairan Bali. (AL)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Harga tinggi hanya bertahan kurang dari satu minggu, setelah itu harganya anjlok hampir separuhnya," kata Akim, salah seorang nelayan di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Senin.
Ia mengatakan nelayan rata-rata hanya mengikuti harga yang ditetapkan oleh makelar atau blantik ikan, sehingga masalah harga sangat mudah dipermainkan.
Menurut dia, nelayan tidak punya pilihan selain menjual ikan kepada makelar, karena kelompok pedagang ini merupakan penyerap terbesar ikan hasil tangkapan nelayan.
"Pabrik-pabrik yang di sini maupun Pulau Jawa juga banyak menggunakan jasa makelar untuk mendapatkan ikan. Hal seperti ini sudah berlangsung puluhan tahun," katanya.
Anjloknya harga ikan ini juga dibenarkan oleh Samsuri, Madek, Hasan, Slamet serta sejumlah nelayan lainnya, namun mereka rata-rata tidak terlalu memikirkannya, karena bagi nelayan yang penting saat melaut mendapatkan hasil tangkap.
Madek mengatakan sudah hampir tiga bulan nelayan mengalami paceklik, sehingga saat laut memberikan hasil tangkap yang melimpah, ia bersama kawan-kawannya tidak terlalu mempedulikan soal harga jual ikan.
"Sekarang setiap hari melaut selalu mendapatkan ikan, antara dua sampai tiga ton. Hasil tangkap ini lumayan, daripada tidak ada sama sekali," katanya.
Dari mereka diketahui, saat awal mereka mendapatkan ikan jenis lemuru, harga jualnya mencapai Rp8000 hingga Rp9000 perkilogram, namun hanya sekitar lima hari harga itu anjlok menjadi Rp4000 hingga Rp5000 perkilogram.
"Mau bagaimana lagi? Bagi nelayan yang penting saat melaut mendapatkan ikan. Soal harga memang sudah seperti ini sejak dahulu, kalau hasil tangkap nelayan banyak pasti harganya anjlok," katanya.
Para nelayan ini hanya berharap, mereka mendapatkan hasil tangkap yang rutin, karena beberapa tahun terakhir mereka sering mengalami masa paceklik saat mencari ikan di perairan Bali. (AL)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019