Gubernur Bali Wayan Koster menginginkan pembangunan daerah setempat bisa selaras antara sekala (lahiriah) dan niskala (batiniah), yang dapat membedakan Pulau Dewata dengan daerah lainnya.

"Bukan hanya secara lahiriah, tetapi juga secara batiniah, arah kebijakan yang juga menyentuh pendekatan niskala adalah keunggulan Bali yang tidak dimiliki daerah lain," kata Koster di hadapan ratusan perangkat desa, perbekel serta kelian se-Kabupaten Gianyar dalam kunjungan kerjanya, di Gianyar, Sabtu.

Dia menambahkan sesuai dengan visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali", dirinya berkomitmen untuk menjaga kesucian dan keharmonisan "sekala lan niskala" yang telah turun-temurun menjadi kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di Bali.

"Keharmonisan alam Bali berserta isinya, melalui pembangunan yang terpola, menyeluruh, terintegrasi dan berakar dari warisan leluhur kita. Konsep ini yang saya gali kembali dan merupakan pedoman dari pola pembangunan semesta berencana untuk 'Bali Era Baru'  ke depannya,"  papar Koster dalam paparannya terkait arah pembangunan Bali dalam masa jabatannya lima tahun ke depan.

Menurut pria asal Buleleng ini, keseimbangan alam, manusia serta budaya yang telah ada turun-temurun di Bali adalah harga mati sehingga apa-apa yang berakar pada kearifan lokal harus dijaga dan pengaruh modernisasi pun tak boleh merusak atau menghancurkan budaya yang ada.

"Kita harus sadar betul jika intervensi dari luar jika tidak ditangani dengan baik berpotensi menggerus budaya kita. Harus diperhitungkan dalam suatu sistem, sehingga Bali senantiasa nyaman , aman dan damai," ujarnya.

Program-program yang telah dijalankan, maupun yang akan segera dijalankan, lanjut dia, secara umum bersumber dari naskah-naskah kuno manusia Bali, dari konsep-konsep yang ditemukan dan disusun oleh leluhur orang Bali.

"Konsep seperti Tri Hita Karana, dicetuskan leluhur kita tanpa sarana pendidikan seperti sekarang, namun dapat diaplikasikan sepanjang masa dan menjadi akar budaya. Ini luar biasa menurut saya. Saya pelajari betul itu," katanya.

Dalam kesempatan tersebut, mantan anggota DPR RI ini menjelaskan pula beberapa regulasi atau peraturan yang telah dituangkannya dalam peraturan gubernur (pergub) yang kesemuanya ditujukan untuk menjaga keharmonisan alam dan budaya Bali.

"Contohnya saja peraturan yang membatasi penggunaan plastik sekali pakai. Banyak yang memuji peraturan ini karena hasilnya jelas, tujuannya jelas karena sampah plastik sudah demikian mengancam alam kita," ucap Koster.

Begitupun dengan peraturan penggunaan aksara Bali serta pakaian adat Bali, itu semua merupakan ciri khas, dasar budaya  sebagai orang Bali yang harus kita tunjukkan.

Kini para pengusaha dan produsen pakaian adat Bali seperti "kebanjiran" order mengingat pergub tersebut mewajibkan minimal enam kali dalam sebulan untuk berpakaian adat Bali. "Ada dampak langsung pula kepada pedagang, pengusaha, industri kecil kita di bidang pakaian adat Bali," ujarnya.

Sementara itu, Bupati Gianyar I Made Mahayastra mengapresiasi kedatangan Gubernur Bali yang bertatap muka langsung dengan para perangkat desa dari penjuru Kabupaten Gianyar. 

"Saya lihat hampir semuanya hadir untuk mendengar paparan Bapak Gubernur Bali mengenai program yang diljalankan, agar kita semua di Kabupaten Gianyar khususnya mengetahui seperti apa gambaran arah pembangunan dari gubernur terpilih," kata Mahayastra.

Kabupaten Gianyar menurut Mahayastra sudah berkomitmen untuk mendukung program-program yang nantinya akan berjalan dengan konsep satu pulau, satu pola dan satu tata kelola seperti yang dicetuskan Gubernur Bali dalam visinya.

"Kami di Gianyar menyatakan siap, bergeliat melangkah maju bersama serta tak meninggalkan ciri khas masyarakat kami yang adem, tentram dan santun," ujarnya.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019