Negara  (Antaranews Bali) - Akumulasi antara cuaca buruk dan munculnya predator, membuat nelayan perahu selerek di Kabupaten Jembrana, Bali kembali mengalami paceklik iklan hasil tangkap.
    
"Dalam beberapa hari belakangan sebenarnya cuaca membaik, cuma di laut muncul ikan layur yang merupakan predator ikan lemuru yang kami cari. Munculnya ikan layur ini membuat lemuru tidak berani naik ke permukaan," kata Maskurin, salah seorang nelayan di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Senin.
    
Ia mengatakan ikan layur merupakan predator alami dari ikan lemuru, selain ikan tongkol yang membuat jenis ikan untuk bahan baku sarden itu menjauh dari areal tangkap yang biasanya dijelajahi perahu selerek.
    
Menurut dia, musim ikan tongkol di satu sisi membawa rejeki bagi nelayan yang menangkap ikan jenis itu dengan pancing, namun di sisi lain membuat susah nelayan perahu selerek yang memburu ikan jenis lemuru.
    
Selain membuat ikan lemuru kabur, Slamet nelayan lainnya mengatakan, dengan gigi-giginya yang tajam, ikan layur juga berpotensi merusak jaring nelayan perahu selerek, yang membutuhkan waktu dan biaya untuk memperbaikinya.
    
"Makanya nelayan perahu selerek memilih untuk menghindar menurunkan jaring saat melihat gerombolan ikan layur. Bisa-bisa jaring kami rusak berat, dan itu membutuhkan biaya serta waktu untuk memperbaikinya," katanya.
    
Ia mengatakan dalam kondisi munculnya predator ikan lemuru ini, nelayan perahu selerek harus jeli melihat celah sebelum menurunkan jaring untuk menangkap lemuru atau ikan lainnya yang diincar layur.
    
Namun, ia mengungkapkan, nelayan seringkali kalah cepat dengan ikan layur yang mendadak datang membuat rombongan ikan lemuru yang hendak ditangkap kocar-kacir dengan menyelam ke laut yang lebih dalam.
    
Cuaca buruk serta munculnya ikan lemuru juga dikeluhkan Madek, nelayan lainnya dari Desa Pengambengan yang mengaku, selama gelap bulan yang merupakan waktu bagi nelayan selerek menangkap ikan nyaris tidak mendapatkan hasil.
    
"Setiap melaut kami paling hanya mendapatkan satu atau dua keranjang ikan, hanya sekali mendapatkan satu ton dalam gelap bulan ini. Hasil itu masih jauh dari biaya operasional yang kami keluarkan," keluhnya.
    
Ia mengakui munculnya ikan layur membuat ikan lemuru menyelam lebih dalam ke laut, sehingga jaring nelayan perahu selerek tidak mampu menjangkaunya.
    
Saat nelayan perahu selerek mengeluhkan munculnya ikan layur, bagi nelayan yang memburu ikan predator ini menganggapnya sebagai rejeki, apalagi jika ikan layur yang muncul memiliki kualitas ekspor.
    
Untuk menangkap ikan layur, nelayan biasanya menggunakan sampan dengan pancing sebagai alat tangkapnya dan bisa satu hari satu malam, bahkan lebih berada di tengah laut.
    
Jika nelayan yang menggunakan perahu selerek berpusat di Desa Pengambengan, nelayan yang memburu ikan layur lebih banyak berasal dari Desa Air Kuning dan Perancak di Kecamatan Jembrana.
    
Sebelumnya, khusus nelayan perahu selerek, setelah sempat sekitar tiga bulan mendapatkan hasil tangkap yang banyak, dalam dua bulan terakhir mereka kembali mengalami paceklik karena cuaca buruk di tengah laut disusul dengan kemunculan ikan layur.
    
Berbeda dengan nelayan yang menggunakan sampan, nelayan yang menggunakan perahu selerek hanya bekerja selama gelap bulan atau sekitar 20 hari dalam satu bulan dengan jumlah awak perahu antara 35 orang sampai 40 orang.
     

 

Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019