Negara (Antaranews Bali) - Seorang laki-laki yang bekerja sebagai nelayan tanpa identitas ditemukan tewas di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan, Kabupaten Jembrana, Bali.
Informasi yang dihimpun menyebutkan laki-laki yang belakangan diketahui berasal dari Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur ini ditemukan tewas di balai salah satu warung di PPN Pengambengan, Kecamatan Negara, Kamis.
"Saat saya membuka warung sekitar pukul 06.00 wita, ia sudah tidur di balai itu. Saya tidak menyangka kalau sudah meninggal dunia," kata Sutami, pemilik warung yang lokasinya bersebelahan dengan balai tempat nelayan tersebut ditemukan tewas.
Ia mengatakan dirinya baru panik saat Sayu, pemilik warung lainnya melihat kejanggalan pada orang yang tidur itu dengan mengatakan kemungkinan sudah meninggal dunia, karena jari hingga telapak kakinya membiru.
Menurut dia, pada saat yang bersamaan kebetulan melintas anggota Polisi Perairan Polres Jembrana yang kantornya berdekatan dengan lokasinya, sehingga ia memberitahu kecurigaan apabila laki-laki yang terlentang di balai itu kemungkinan meninggal dunia.
"Polisi itu lalu memberitahu kawannya di kantor, setelah diperiksa memang sudah tidak ada nafas dan detak jantungnya," katanya.
Sontak tewasnya laki-laki yang menurut nelayan lain tidak memiliki tempat tinggal tetap, dan sehari-hari bearda di PPN Pengambengan ini membuat geger warga.
Rizal, salah seorang nelayan yang mengaku pernah satu perahu dengan korban dan memiliki nomer telepon kawan korban yang di Probolinggo, segera menghubunginya untuk memberitahu keluarga laki-laki tersebut.
"Saya tidak tahu siapa nama aslinya. Cuma orang-orang sini memanggilnya dengan Mamat, katanya sih namanya Slamet. Sehari-hari ia tinggal dan tidur di balai warung-warung disini," katanya.
Ia mengatakan karena tidak memiliki tempat tinggal, ia juga tidak tahu dimana korban menaruh bajunya, karena yang sering ia lihat yang bersangkutan terkadang hanya membawa tas plastik yang diduga berisi baju-bajunya.
Selama tinggal di Pengambengan selama sekitar satu tahun, laki-laki ini sudah beberapakali pindah kerja menjadi anak buah perahu dan tidak pernah pulang ke Probolinggo.
"Ia dulu datang bersama kawan-kawannya dari Probolinggo untuk mencari pekerjaan menjadi anak buah perahu disini, tapi saat kawan-kawannya pulang karena paceklik ikan, ia tetap tinggal disini," katanya.
Sejumlah nelayan menduga Mamat atau Slamet ini tewas akibat terlalu banyak menenggak minuman keras yang selalu ia konsumsi setiap hari.
Beberapa saksi mengatakan, meskipun tidak pernah membuat onar, setiap hari dipastikan ia mengkonsumsi minuman keras jenis arak, bahkan sering lupa makan.
"Di kalangan orang yang kenal dia sudah tahu semua jika ia jarang makan. Saat punya uang, lebih banyak dihabiskan untuk membeli minuman keras. Tapi meskipun mabuk, ia tidak pernah berbuat yang aneh-aneh. Orangnya pendiam," kata salah seorang nelayan.
Sayu pemilik warung yang pertamakali curiga Mamat meninggal mengatakan, dirinya curiga karena tidak melihat hembusan nafas dari laki-laki ini saat membuka warung pukul 16.30 wita.
"Biasanya kalau orang tidur kan dadanya naik turun karena hembusan nafas, tapi saya lihat tidak ada tanda-tanda hembusan nafas itu. Melihat kakinya membiru saya curiga ia meninggal, dan memberitahu bu Sutami yang warungnya lebih dekat dengan tempat berbaring orang itu," katanya.
Setelah diperiksa tim identifikasi Satuan Reserse Kriminal Polres Jembrana, jenazah Mamat dibawa ke RSU Negara dengan kabar terakhir, keluarganya di Probolinggo sudah berhasil dihubungi dan segera berangkat untuk menjemput jenazahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Informasi yang dihimpun menyebutkan laki-laki yang belakangan diketahui berasal dari Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur ini ditemukan tewas di balai salah satu warung di PPN Pengambengan, Kecamatan Negara, Kamis.
"Saat saya membuka warung sekitar pukul 06.00 wita, ia sudah tidur di balai itu. Saya tidak menyangka kalau sudah meninggal dunia," kata Sutami, pemilik warung yang lokasinya bersebelahan dengan balai tempat nelayan tersebut ditemukan tewas.
Ia mengatakan dirinya baru panik saat Sayu, pemilik warung lainnya melihat kejanggalan pada orang yang tidur itu dengan mengatakan kemungkinan sudah meninggal dunia, karena jari hingga telapak kakinya membiru.
Menurut dia, pada saat yang bersamaan kebetulan melintas anggota Polisi Perairan Polres Jembrana yang kantornya berdekatan dengan lokasinya, sehingga ia memberitahu kecurigaan apabila laki-laki yang terlentang di balai itu kemungkinan meninggal dunia.
"Polisi itu lalu memberitahu kawannya di kantor, setelah diperiksa memang sudah tidak ada nafas dan detak jantungnya," katanya.
Sontak tewasnya laki-laki yang menurut nelayan lain tidak memiliki tempat tinggal tetap, dan sehari-hari bearda di PPN Pengambengan ini membuat geger warga.
Rizal, salah seorang nelayan yang mengaku pernah satu perahu dengan korban dan memiliki nomer telepon kawan korban yang di Probolinggo, segera menghubunginya untuk memberitahu keluarga laki-laki tersebut.
"Saya tidak tahu siapa nama aslinya. Cuma orang-orang sini memanggilnya dengan Mamat, katanya sih namanya Slamet. Sehari-hari ia tinggal dan tidur di balai warung-warung disini," katanya.
Ia mengatakan karena tidak memiliki tempat tinggal, ia juga tidak tahu dimana korban menaruh bajunya, karena yang sering ia lihat yang bersangkutan terkadang hanya membawa tas plastik yang diduga berisi baju-bajunya.
Selama tinggal di Pengambengan selama sekitar satu tahun, laki-laki ini sudah beberapakali pindah kerja menjadi anak buah perahu dan tidak pernah pulang ke Probolinggo.
"Ia dulu datang bersama kawan-kawannya dari Probolinggo untuk mencari pekerjaan menjadi anak buah perahu disini, tapi saat kawan-kawannya pulang karena paceklik ikan, ia tetap tinggal disini," katanya.
Sejumlah nelayan menduga Mamat atau Slamet ini tewas akibat terlalu banyak menenggak minuman keras yang selalu ia konsumsi setiap hari.
Beberapa saksi mengatakan, meskipun tidak pernah membuat onar, setiap hari dipastikan ia mengkonsumsi minuman keras jenis arak, bahkan sering lupa makan.
"Di kalangan orang yang kenal dia sudah tahu semua jika ia jarang makan. Saat punya uang, lebih banyak dihabiskan untuk membeli minuman keras. Tapi meskipun mabuk, ia tidak pernah berbuat yang aneh-aneh. Orangnya pendiam," kata salah seorang nelayan.
Sayu pemilik warung yang pertamakali curiga Mamat meninggal mengatakan, dirinya curiga karena tidak melihat hembusan nafas dari laki-laki ini saat membuka warung pukul 16.30 wita.
"Biasanya kalau orang tidur kan dadanya naik turun karena hembusan nafas, tapi saya lihat tidak ada tanda-tanda hembusan nafas itu. Melihat kakinya membiru saya curiga ia meninggal, dan memberitahu bu Sutami yang warungnya lebih dekat dengan tempat berbaring orang itu," katanya.
Setelah diperiksa tim identifikasi Satuan Reserse Kriminal Polres Jembrana, jenazah Mamat dibawa ke RSU Negara dengan kabar terakhir, keluarganya di Probolinggo sudah berhasil dihubungi dan segera berangkat untuk menjemput jenazahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019