Denpasar (Antaranews Bali) - Kepolisian Daerah Bali melatih para pelaku pariwisata di Pulau Dewata untuk berpartisipasi dalam upaya pencegahan aksi terorisme melalui pelatihan dan lokakarya selama tiga hari di Gedung Perkasa Raga Garwita (PRG) Polda Bali, 8-10 Januari 2019.
Lokakarya pemberantasan terorisme (counter terrorism awareness workshop) yang dibuka oleh Kapolda Bali, Irjen Pol. Petrus Reinhard Golose, di Denpasar, Selasa, itu diikuti sebanyak 25 orang pelaku pariwisata di Bali atas kerja sama Polda Bali dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) dan Pemerintah Inggris.
"Saat ini terorisme telah menjadi isu utama dalam keamanan dunia internasional. Kejahatan terorisme berkembang sangat pesat, semakin canggih dan terorganisir sehingga menempatkan terorisme sebagai musuh setiap negara," ujar Golose dalam acara yang dihadiri JCLEC Executive Director Brigjen Pol. Nugroho S. Wibowo dan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Bali, Kombes Pol. Andi Fairan itu.
Jenderal bintang dua ini menegaskan, para pelaku pariwisata dari Bali Tourism Board dan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Bali akan dilatih oleh delapan personel Polda Bali.
Mereka akan dilatih bagaimana mencegah ancaman terorisme serta meningkatkan kesadaran pelaku pariwisata khususnya di Bali terhadap bahaya dan ancaman terorisme itu sendiri. Nantinya, hasil lokakarya ini dapat dipraktekkan secara profesional dan maksimal sesuai dengan SOP yang telah dilatihkan.
Golose mengatakan, Polri sebagai penegak hukum harus memiliki cara dan strategi untuk menanggulangi serta memberantas permasalahan yang berkaitan dengan terorisme.
"Mulai dari melakukan pendekatan-pendekatan lembut untuk mencegah perkembangan ideologi teroris (soft approach), hingga melakukan tindakan tegas dan terukur untuk memberikan efek jera terhadap pelaku teror maupun keluarganya (hard approach)," ujarnya.
Tidak hanya itu, kerja sama antar instansi pemerintah, pelaku pariwisata dan masyarakat harus dilakukan secara maksimal dan berkelanjutan, sehingga tercipta tatanan masyarakat yang siaga terorisme.
"Apabila seluruh aparat penegak hukum dan masyarakat memiliki komitmen yang sama, maka saya yakin dan percaya, kita mampu memberantas terorisme," kata jenderal lulusan Akpol tahun 1988 ini.
Terkait kesiapsiagaan personel Polda Bali atas situasi yang mungkin terjadi, Kapolda dengan tegas menyampaikan bahwa Polda Bali selalu siap terhadap situasi apapun.
Selain membentuk Satgas CTOC (Counter Transnational and Organized Crime), pihaknya juga sudah bekerja sama dengan sejumlah negara di dunia untuk mengantisipasi terjadinya aksi terorisme.
"Jika mendengar informasi dan ada sesuatu yang mencurigakan, silakan hubungi petugas kepolisian. Mari berbagi informasi untuk sama-sama menjaga Bali. Bali bukan hanya tentang counter terrorism, tapi kita juga suarakan ke seluruh dunia tentang toleransi. Hanya di Bali kita temukan toleransi yang begitu luar biasa dengan sikap saling menghormati antar umat beragama dan konsep Tri Hita Karana yang begitu mendunia," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Lokakarya pemberantasan terorisme (counter terrorism awareness workshop) yang dibuka oleh Kapolda Bali, Irjen Pol. Petrus Reinhard Golose, di Denpasar, Selasa, itu diikuti sebanyak 25 orang pelaku pariwisata di Bali atas kerja sama Polda Bali dengan Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation (JCLEC) dan Pemerintah Inggris.
"Saat ini terorisme telah menjadi isu utama dalam keamanan dunia internasional. Kejahatan terorisme berkembang sangat pesat, semakin canggih dan terorganisir sehingga menempatkan terorisme sebagai musuh setiap negara," ujar Golose dalam acara yang dihadiri JCLEC Executive Director Brigjen Pol. Nugroho S. Wibowo dan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Bali, Kombes Pol. Andi Fairan itu.
Jenderal bintang dua ini menegaskan, para pelaku pariwisata dari Bali Tourism Board dan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia Bali akan dilatih oleh delapan personel Polda Bali.
Mereka akan dilatih bagaimana mencegah ancaman terorisme serta meningkatkan kesadaran pelaku pariwisata khususnya di Bali terhadap bahaya dan ancaman terorisme itu sendiri. Nantinya, hasil lokakarya ini dapat dipraktekkan secara profesional dan maksimal sesuai dengan SOP yang telah dilatihkan.
Golose mengatakan, Polri sebagai penegak hukum harus memiliki cara dan strategi untuk menanggulangi serta memberantas permasalahan yang berkaitan dengan terorisme.
"Mulai dari melakukan pendekatan-pendekatan lembut untuk mencegah perkembangan ideologi teroris (soft approach), hingga melakukan tindakan tegas dan terukur untuk memberikan efek jera terhadap pelaku teror maupun keluarganya (hard approach)," ujarnya.
Tidak hanya itu, kerja sama antar instansi pemerintah, pelaku pariwisata dan masyarakat harus dilakukan secara maksimal dan berkelanjutan, sehingga tercipta tatanan masyarakat yang siaga terorisme.
"Apabila seluruh aparat penegak hukum dan masyarakat memiliki komitmen yang sama, maka saya yakin dan percaya, kita mampu memberantas terorisme," kata jenderal lulusan Akpol tahun 1988 ini.
Terkait kesiapsiagaan personel Polda Bali atas situasi yang mungkin terjadi, Kapolda dengan tegas menyampaikan bahwa Polda Bali selalu siap terhadap situasi apapun.
Selain membentuk Satgas CTOC (Counter Transnational and Organized Crime), pihaknya juga sudah bekerja sama dengan sejumlah negara di dunia untuk mengantisipasi terjadinya aksi terorisme.
"Jika mendengar informasi dan ada sesuatu yang mencurigakan, silakan hubungi petugas kepolisian. Mari berbagi informasi untuk sama-sama menjaga Bali. Bali bukan hanya tentang counter terrorism, tapi kita juga suarakan ke seluruh dunia tentang toleransi. Hanya di Bali kita temukan toleransi yang begitu luar biasa dengan sikap saling menghormati antar umat beragama dan konsep Tri Hita Karana yang begitu mendunia," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019