Bogor (Antaranews Bali) - Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, Irjen Pol Maltha menyebutkan untuk pertama kalinya pada 2018 Indonesia mengirimkan pasukan Garuda Bhayangkara dalam misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan jumlah lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya.
"Tahun ini jumlah personel yang dikirim lebih besar dibanding tahun sebelumnya, peningkatan ini atas permintaan dari PBB karena Indonesia termasuk kontingen yang paling siap dalam misi perdamaian ini," kata Maltha usai Upacara Tradisi Pembaretan Formed Police Unit dan Individual Police Officer di Pusat Pelatihan Multifungsi Polri, di Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Maltha merincikan, total ada 381 personel yang dikirim, 40 diantaranya merupakan anggota Polisi wanita (Polwan). Dari 381 tersebut terdiri atas, 198 personel Formed Police Unit (FPU) 11 ke UNAMID (Sudan), 151 personel FPU 11 ke MINUSCA (Afrika Tengah).
Sementara itu, Police Advisor berjumlah 29 orang, yang dikirim ke Haiti (MINUSTJUH) dua personel, ke Sudan Selatan (UNMISS) tujuh personel, ke Kongo 14 personel, dan ke Afrika Tengah (MONUSCO) berjumlah enam orang.
Menurutnya, perjalanan kontingen Garuda Bhayangkara Polri dalam misi perdamaian dunia memiliki sejarah panjang, dimulai sejak tahun 1989 di Namibia, dan masih berlangsung hingga sekarang.
"PBB memberikan apresiasi luar biasa terhadap pelayanan internasional dan kinerja maksimal yang selalu dipersembahkan Polri," kata Maltha.
Para petugas FPU dan Police Advisor Indonesia ini akan bertuga selama satu tahun. Tugas khusus yang harus dijalankan yakni pengamanan terhadap objek-objek vital milik PBB, mengamankan pelaksanaan tugas Police Advisor, melindungi para pengungsi, seta mengamankan proses distribusi bantuan kemanusiaan.
Sebelum diberangkatkan seluruh personel mengikiti upacara tradisi Pembaretan yang dihadiri oleh seluruh anggota keluarga masing-masing personel.
Upacara pembaretan tersebut juga diisi dengan simulasi pengamanan yang dijalankan oleh para personel Garuda Bhayangkara, yang menceritakan tahapan dan prosedur pengamanan yang dijalankan oleh para anggota penjaga perdamaian.
"Pembaretan adalah tradisi yang kita jaga, setiap anggota Polri yang ditugaskan kita upayakan ada simbol-simbol yang membuat mereka bangga lewat pembaretan," katanya.
Maltha menamnahkan, tradisi pembaretan bertujuan untuk mempertahankan netralitas pasukan, kekompakan, dan sosialisasi.
"Ini menjadi disimbolkan dengan baret mereka," kata Maltha.
Untuk diketahui, FPU adalah satuan tugas Polri yang secara administratif pembinaan di bawah Biro Misi Internasional (Romisinter) Divisi Hubungan Internasional (Hubinter) Polri.
Namun secara operasional, FPU Indonesia berkedudukan di bawah misi gabungan Uni Afrika-PBB di Darfur (AU-UN Hybrid Mission in Darfur/UNAMID).
Dalam amanatnya, Maltha berpesan kepada para personel yang bertugas agar menjaga kekompakan, menunjukkan kinerja terbaik dan menjauhi pelanggaran selama menjalankan tugas.
Baca juga: Kontingen Garuda Bhayangkara berangkat ke Sudan
Baca juga: Kapolri lepas pasukan perdamaian ke Darfur
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Tahun ini jumlah personel yang dikirim lebih besar dibanding tahun sebelumnya, peningkatan ini atas permintaan dari PBB karena Indonesia termasuk kontingen yang paling siap dalam misi perdamaian ini," kata Maltha usai Upacara Tradisi Pembaretan Formed Police Unit dan Individual Police Officer di Pusat Pelatihan Multifungsi Polri, di Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Maltha merincikan, total ada 381 personel yang dikirim, 40 diantaranya merupakan anggota Polisi wanita (Polwan). Dari 381 tersebut terdiri atas, 198 personel Formed Police Unit (FPU) 11 ke UNAMID (Sudan), 151 personel FPU 11 ke MINUSCA (Afrika Tengah).
Sementara itu, Police Advisor berjumlah 29 orang, yang dikirim ke Haiti (MINUSTJUH) dua personel, ke Sudan Selatan (UNMISS) tujuh personel, ke Kongo 14 personel, dan ke Afrika Tengah (MONUSCO) berjumlah enam orang.
Menurutnya, perjalanan kontingen Garuda Bhayangkara Polri dalam misi perdamaian dunia memiliki sejarah panjang, dimulai sejak tahun 1989 di Namibia, dan masih berlangsung hingga sekarang.
"PBB memberikan apresiasi luar biasa terhadap pelayanan internasional dan kinerja maksimal yang selalu dipersembahkan Polri," kata Maltha.
Para petugas FPU dan Police Advisor Indonesia ini akan bertuga selama satu tahun. Tugas khusus yang harus dijalankan yakni pengamanan terhadap objek-objek vital milik PBB, mengamankan pelaksanaan tugas Police Advisor, melindungi para pengungsi, seta mengamankan proses distribusi bantuan kemanusiaan.
Sebelum diberangkatkan seluruh personel mengikiti upacara tradisi Pembaretan yang dihadiri oleh seluruh anggota keluarga masing-masing personel.
Upacara pembaretan tersebut juga diisi dengan simulasi pengamanan yang dijalankan oleh para personel Garuda Bhayangkara, yang menceritakan tahapan dan prosedur pengamanan yang dijalankan oleh para anggota penjaga perdamaian.
"Pembaretan adalah tradisi yang kita jaga, setiap anggota Polri yang ditugaskan kita upayakan ada simbol-simbol yang membuat mereka bangga lewat pembaretan," katanya.
Maltha menamnahkan, tradisi pembaretan bertujuan untuk mempertahankan netralitas pasukan, kekompakan, dan sosialisasi.
"Ini menjadi disimbolkan dengan baret mereka," kata Maltha.
Untuk diketahui, FPU adalah satuan tugas Polri yang secara administratif pembinaan di bawah Biro Misi Internasional (Romisinter) Divisi Hubungan Internasional (Hubinter) Polri.
Namun secara operasional, FPU Indonesia berkedudukan di bawah misi gabungan Uni Afrika-PBB di Darfur (AU-UN Hybrid Mission in Darfur/UNAMID).
Dalam amanatnya, Maltha berpesan kepada para personel yang bertugas agar menjaga kekompakan, menunjukkan kinerja terbaik dan menjauhi pelanggaran selama menjalankan tugas.
Baca juga: Kontingen Garuda Bhayangkara berangkat ke Sudan
Baca juga: Kapolri lepas pasukan perdamaian ke Darfur
(AL)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018