Denpasar (Antaranews Bali) - Tujuh perupa muda akan menggelar pameran bersama bertajuk "Solilokui" di kawasan Sanur, Denpasar, pada 2-9 Desember mendatang, yang karya-karyanya menggambarkan interaksi para seniman dengan pikiran dan perasaannya.
"Karya-karya mereka menarik untuk disimak karena konsepnya yang cukup kuat. Selain itu, keberanian mereka menampilkan kejujuran dan keluguan lewat karya seni perlu diapresiasi," kata Wayan Jengki Sunarta, kurator pameran tujuh perupa tersebut, di Denpasar, Jumat.
Ketujuh perupa muda yang akan berpameran di Rumah Sanur Creative Hub, Sanur, tersebut adalah El-Laruze, Rimang Asta, Sanggarasi, Hamka, Matthew S Abel, Teguh Susanto, dan I Nyoman Bratayasa.
"Istilah solilokui atau senandika, biasanya lebih dikenal dalam seni drama atau teater ketika seorang tokoh berbicara kepada dirinya sendiri. Senandika mereka bisa menjadi bahan renungan untuk kita bersama," ujarnya.
Jengki menambahkan, dalam "solilokui" sang tokoh berinteraksi dengan pikiran dan perasaannya dan seringkali dipakai untuk mengungkapkan suara hati, firasat, atau renungan tentang suatu hal atau peristiwa.
"Tujuh perupa muda ini sejatinya sedang bersenandika atau bersolilokui. Masing-masing berbicara kepada dirinya sendiri. Namun, hasil berbicara kepada diri sendiri itu adalah karya-karya yang memberikan perenungan kepada para apresian," ucapnya.
Ketujuh perupa tersebut mereka memiliki latar belakang beragam. Ada yang pernah mengenyam pendidikan seni rupa, ada pula yang belajar secara otodidak. Karya-karya yang ditampilkan berupa lukisan bercorak abstrak dan figuratif, grafis cukil kayu, drawing, seni kinetik.
"Karya-karya mereka ada yang menunjukkan kematangan, ada pula yang sedang berproses menuju matang. Namun, semangat mereka berkesenian layak diapresiasi," kata Jengki Sunarta.
Pameran tersebut rencananya dibuka oleh perupa Tatang Bsp. Pembukaan pameran akan dimeriahkan dengan acara melukis bersama Sanggar Bares, musik, dan performance art.
Selain itu, pada 5 Desember mendatang akan digelar "workshop" cukil kayu dengan pemateri Teguh Susanto dan sebuah diskusi seni digelar pada penutupan pameran. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Karya-karya mereka menarik untuk disimak karena konsepnya yang cukup kuat. Selain itu, keberanian mereka menampilkan kejujuran dan keluguan lewat karya seni perlu diapresiasi," kata Wayan Jengki Sunarta, kurator pameran tujuh perupa tersebut, di Denpasar, Jumat.
Ketujuh perupa muda yang akan berpameran di Rumah Sanur Creative Hub, Sanur, tersebut adalah El-Laruze, Rimang Asta, Sanggarasi, Hamka, Matthew S Abel, Teguh Susanto, dan I Nyoman Bratayasa.
"Istilah solilokui atau senandika, biasanya lebih dikenal dalam seni drama atau teater ketika seorang tokoh berbicara kepada dirinya sendiri. Senandika mereka bisa menjadi bahan renungan untuk kita bersama," ujarnya.
Jengki menambahkan, dalam "solilokui" sang tokoh berinteraksi dengan pikiran dan perasaannya dan seringkali dipakai untuk mengungkapkan suara hati, firasat, atau renungan tentang suatu hal atau peristiwa.
"Tujuh perupa muda ini sejatinya sedang bersenandika atau bersolilokui. Masing-masing berbicara kepada dirinya sendiri. Namun, hasil berbicara kepada diri sendiri itu adalah karya-karya yang memberikan perenungan kepada para apresian," ucapnya.
Ketujuh perupa tersebut mereka memiliki latar belakang beragam. Ada yang pernah mengenyam pendidikan seni rupa, ada pula yang belajar secara otodidak. Karya-karya yang ditampilkan berupa lukisan bercorak abstrak dan figuratif, grafis cukil kayu, drawing, seni kinetik.
"Karya-karya mereka ada yang menunjukkan kematangan, ada pula yang sedang berproses menuju matang. Namun, semangat mereka berkesenian layak diapresiasi," kata Jengki Sunarta.
Pameran tersebut rencananya dibuka oleh perupa Tatang Bsp. Pembukaan pameran akan dimeriahkan dengan acara melukis bersama Sanggar Bares, musik, dan performance art.
Selain itu, pada 5 Desember mendatang akan digelar "workshop" cukil kayu dengan pemateri Teguh Susanto dan sebuah diskusi seni digelar pada penutupan pameran. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018