Nusa Dua, Bali (Antaranews Bali) - Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali mewisuda 606 mahasiswa dari berbagai program studi kampus setempat, di Nusa Dua, Bali, Senin.

Ketua STP Bali Drs Dewa Gede Ngurah Byomantara M.Ed di Nusa Dua, Bali, menyampaikan bahwa dari 606 orang lulusan tersebut, 176 orang (29.04 persen) di antaranya telah bekerja sebelum diwisuda, dengan kata lain memiliki waktu tunggu nol bulan. 

"Dalam waktu maksimal enam bulan setelah pelaksanaan wisuda ini, kami optimis semua lulusan kami terserap di dunia kerja. Karena pada 25 dan 26 Oktober telah dilaksanakan 'Job Fairs' dengan ditawarkan 20.576 lapangan pekerjaan, baik dalam negeri maupun luar negeri," katanya.

Dewa Byomantara menambahkan bahwa selain menargetkan serapan 100 persen di dunia kerja, sesuai dengan instruksi Menteri Pariwisata Arief Yahya kepada seluruh Perguruan Tinggi Pariwisata Kementerian Pariwisata, pihaknya juga mendorong lulusan STP Bali untuk berani, kreatif dan inovatif berwirausaha. 

Lewat kewirausahaan penting untuk dikembangkan karena wirausahawan memiliki kesempatan untuk menggerakkan perekonomian masyarakat sekitar, memberdayakan masyarakat dan tentu juga mencapai tingkat kehidupan yang mapan sebagai pencapaian personal.

Dengan kompetensi yang telah dicapai oleh lulusan STP Bali, diyakini bahwa lulusan STP mampu untuk berwirausaha. Selain usaha kreatif, kuliner dan perjalanan, lulusan STP Bali juga dapat mulai melirik pengembangan usaha pariwisata berbasis komunitas, seperti pengembangan "homestay", agrowisata, dan usaha integratif lainnya di dalam pemberdayaan desa wisata. 

Dengan kemampuan teknologinya sebagai bagian dari "Generasi Emas lndonesia", lulusan STP Nusa Dua, Bali juga diharapkan mampu mengembangkan industri pariwisata digital Indonesia.

Hal ini sejalan dengan instruksi Menteri Pariwisata terkait dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan 3C, yakni "Curriculum, Certification, dan Center of Excellence".

Pada kurikulum, kata Dewa Byomantara, STP Bali telah memasukkan nilai-nilai kewirausahaan. Hal ini untuk meningkatkan "exposure" kepada mahasiswa terhadap pola pikir bahwa berwirausaha adalah "way of life", sehingga ke depannya akan ada perubahan paradigma bahwa kesuksesan tidak hanya berarti direkrut oleh hotel atau perusahaan besar saja, tapi kesuksesan juga dapat berarti membangun perusahaan sendiri, atau "building their own empire". 

Selain itu, kurikulum STP Bali mengadopsi kurikulum standar ASEAN, sehingga lulusan STP Bali dapat bersaing dalam dunia kerja ASEAN bahkan dunia. 

"Standar dunia kami berusaha bawa ke pembelajaran di STP Bali, salah satunya dengan membentuk kelas internasional bekerja sama dengan Pearson BTEC HND," ucapnya.

Ia menjelaskan tahun ini rintisan kelas internasional di buka untuk mahasiswa terbaik yang telah diseleksi secara ketat. Mahasiswa terbaik ini memperoleh pembelajaran dengan kurikulum berstandar pearson, dibimbing oleh dosen terbaik, dan setelah lulus nantinya akan mengantongi sertifikat Level 5 Pearson BTEC HND yang diakui di seluruh dunia. 

Nantinya program ini ditargetkan dapat menjadi "wajah" STP Bali sebagai lembaga pendidikan tinggi pariwisata yang diakui oleh dunia global. Program ini diproyeksikan akan dapat menjadi magnet yang dapat menarik pelajar dan akademisi dari seluruh dunia untuk datang dan menuntut ilmu di Bali, Indonesia. 

Selain program kelas internasional, kata dia, "trademark" STP Bali lainnya adalah program Magister Pariwisata Terapan yang saat ini merupakan satu-satunya di Indonesia, karena selama ini yang terlaksana di perguruan tinggi lainnya adalah Program Magister Pariwisata yang sifatnya akademis. Magister Terapan ini berbeda dengan program magister akademis, karena lulusan magister terapan akan lebih menguasai keterampilan yang bersifat praktis dari pada sekadar teoritis. 

Dewa Byomantara lebih lanjut menjelaskan melalui Program Magister Terapan ini di harapkan akan lahir semakin banyak praktisi pariwisata yang mumpuni dalam pendidikan formal selain mumpuni dalam pengalaman di industri. STP Bali menargetkan tahun depan lulusan STP Bali dengan gelar Master Terapan Pariwisata pertama di Indonesia akan di wisuda.

Selain itu, STP Bali telah berhasil meraih sertifikasi TEDQUAL yang diterbitkan oleh UNWTO yang berstandar dunia serta tersertifikasi oleh APIEM, yaitu "Asia Pacific Institute for Event Management". Namun, untuk menjadikan sebuah lembaga berstandar global, tentu tidak hanya lembaganya saja yang distandarisasi, namun yang juga penting adalah standar kualitas sumber daya manusianya.

Dosen dan tenaga pengajar STP Bali harus berstandar global. STP Bali mendorong seluruh dosen untuk terbang melihat dunia luar dan belajar dari akademisi terbaik di seluruh dunia melalui konferensi dan seminar. 

"Saat ini, lulusan STP Bali telah menggenggam sertifikat kompetensi yang menjadikan lulusan kami lebih unggul apabila dibandingkan lulusan lembaga pendidikan tinggi lainnya yang belum memiliki sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi yang dimiliki oleh lulusan kami saat ini diakui oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi yang berskala nasional," ucapnya.

Untuk mengukuhkan diri sebagai "Center of Excellence in Cultural Tourism", STP Bali telah membentuk "Center for Community-Based Tourism (CCBT)". Sebagai lembaga independen yang menjadi wadah diskusi para akademisi dan praktisi pariwisata, CCBT berperan aktif dalam mencari solusi terhadap berbagai persoalan dalam pengembangan pariwisata berbasis kerakyatan. 

Selain itu keberadaannya dimaksudkan untuk mengeliminasi dikotomi menara gading perguruan tinggi, sehingga CCBT juga akan melakukan kajiankajian yang memberi implikasi langsung terhadap pengembangan pariwisata berbasis kerakyatan. Salah satu capaiannya adalah telah diterbitkannya buku Homestay Mozaik Pariwisata Berbasis Kerakyatan pada tahun 2018 ini. Pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat menjadi kolaborasi CCBT dengan institusi di berbagai destinasi prioritas & superprioritas. 

Dalam hal sertifikasi para dosennya, empat orang dosen telah menyandang gelar CHT (Certified Hotel Trainer), dua orang CHE (Certified Hotel Educator) dan dua orang CHA (Certified Hotel Administrator) dari American Hotel and lodging Educational Institute [AHLEl). 

Sementara itu, lulusan STP Bali telah menggenggam sertifikat kompetensi yang menjadikan lulusan lebih unggul apabila dibandingkan lulusan lembaga pendidikan tinggi lainnya yang belum memiliki sertiiikat kompetensi. Sertifikat kompetensi yang dimiliki oleh lulusan kami saat ini diakui oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi yang berskala nasional.

"Ke depannya akan kami canangkan untuk membekali semua lulusan STP Bali agar mengantongi sertifikat kompetensi yang berstandar dunia, seperti Pearson BTEC," ujarnya.

Lebih lanjut Dewa Byomantara juga menyampaikan bahwa akan mencanangkan untuk membentuk "Center for English Mastery" dengan menggandeng lembaga dunia yakni Victoria University, Australia. 

Saat ini, mahasiswa STP Bali didorong untuk menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, salah satunya dengan memberikan program matrikulasi khusus Bahasa Inggris pada awal program pembelajaran. 

"Selanjutnya, bukan hanya program matrikulasi saja yang akan kami berikan untuk terus meningkatkan kemampuan berbahasa putra-putri kami. Program lainnya mengantongi sertifikat kompetensi yang berstandar dunia, seperti Pearson BTEC," katanya.

Selain hal tersebut, STP Bali secara aktif menyediakan ruang belajar yang secara nyata dapat memungkinkan mahasiswa dan juga dosen berinteraksi sebagai bagian dari masyakarat global. Salah satunya, pada bulan Oktober 2018, STP Bali menjadi pendukung pelaksanaan "Annual Meeting IMF World Bank". 

Dalam pelaksanaan event internasional tersebut, STP Bali melibatkan mahasiswa sebagai pendukung utama. Dalam event ini mahasiswa berpartisipasi sebagai panitia pelaksana serta sebagai "liaison officers". (*)

Video oleh I Komang Suparta



    
 

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Ni Luh Rhismawati


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018