Singaraja (Antaranews Bali) - Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Gedong Kirtya, Buleleng, Bali, melakukan proses alih aksara dan alih bahasa atau penerjemahan terhadap lontar yang dikoleksi di gedung itu sejak tahun 2002 dan hingga kini sudah 81 judul lontar yang sudah diterjemahkan.

"Dari 81 judul lontar yang diterjemahkan itu, sebanyak 40 diantaranya sudah dibukukan," kata Kepala UPTD Gedong Kirtya, Gede Wiriasa, di Singaraja, Buleleng, Bali, Selasa.

Tahun ini, Gedong Kirtya memprogramkan pengalihaksaraan dua buah lontar koleksi Gedong Kirtya, yakni lontar usada dan purana. Proses pengalihaksaraan dan pengalihbahasaan itu dilakukan oleh staf UPTD Gedong Kirtya.

"Penerjemahan lontar memang agenda tahunan, bertujuan untuk membantu memudahkan wisatawan dan masyarakat dalam mencari referensi," katanya.

Sejauh ini, kata Wiriasa, koleksi lontar di Gedong Kirtya sebanyak 1.808 buah yang hampir semuanya merupakan lontar-lontra kuno. Bahkan lontar tertua di Gedong Kirtya diperkirakan ditulis pada tahun 350 tentang Ramayana.

Selain itu, juga ada 5.200 salinan lontar yang dimiliki oleh UPTD Gedong Kirtya yang didapatkan dari masyarakat.

"Ribuan salinan lontar itu adalah lontar milik masyarakat pribadi dan Gedong Kirtya akan menuliskan salinan lontar itu langsung di atas daun lontar sehingga koleksi lontar di Gedung Kirtya semakin banyak," katanya.

Yang menjadi kendala, kata Wiriasa, adalah masalah anggaran sehingga proses pengalihaksaraan dan pengalihbahasaan dilakukannya secara bertahap dengan memprioritaskan lontar-lontar yang banyak dicari masyraakat dan wisatawan sebagai bahan referensi, seperti lontar usada, wariga, dan kawisesan.

Menurut Wiriasa, proses alih aksara dan alih bahasa memerlukan waktu cukup lama bahkan setahun dua orang ahli lontar yang dimiliki UPTD Gedong Kirtya hanya mampu menyelesaikan 2-3 lontar.

"Awalnya, satu lontar dialihaksarakan dari aksara Bali menjadi huruf latin. Setelah itu baru  dialihbahasakan dari bahasa awal Sansekerta, Jawa Kuno atau Bali Kuno ke dalam bahasa Indonesia, sehingga gampang dimengerti pembaca," katanya. (ed)

Pewarta: Made Adnyana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018