Gianyar (Antaranews Bali) - Pemerintah tetap menggelontorkan bantuan sosial (Bansos) ke Kabupaten Gianyar, Bali pada tahun 2018 sebesar Rp44,9 miliar bagi keluarga yang kurang beruntung di daerah ini, walau kabupaten itu bukanlah kantong daerah miskin.
"Gianyar tahun ini menerima bantuan sosial sebesar Rp44.967.270.000 yang akan disalurkan kepada 10.989 KPM (Keluarga Penerima Manfaat) dan Bantuan Pangan Beras Sejahtera 19.309 keluarga. Dana program keluarga harapan (PKH) akan disalurkan melalui BNI dan penyaluran beras akan bekerja sama dengan Perum Bulog," kata Kepala Dinas Sosial Pemkab Gianyar, I Made Watha, di Gianyar Minggu.
Pemberian Bansos itu diserahkan langsung oleh Dirjen Penanganan Fakir Miskin Andi ZA Dulung di Gianyar, Sabtu (16/9), dan hadir pula dalam acara tersebut, Irjen Kemensos Dadang Iskandar, Sekda Bupati Gianyar I Made Wisnu Wijaya, Kadinas Sosial propinsi Bali Nyoman Wenten, Kepala BNI Wilayah Bali Viktor Saragih, dan Kadis Sosial Pemkab Gianyar I Made Watha.
Bansos sebesar Rp44,9 miliar itu terdiri dari Bantuan PKH Reguler sebesar Rp18.807.390.000,- bagi 9.951 Keluarga Penerima Manfaat (KPM), bantuan Pangan Pangan Beras Sejahtera sebesar Rp23.170.800.000 bagi 19.309 keluarga, bantuan Sosial Disabilitas sebesar Rp188.000.000 bagi 94 Keluarga, bantuan Sosial Lanjut Usia sebesar Rp484.000.000 bagi 242 Keluarga.
Hadir pula, ratusan wakil keluarga penerima manfaat, dan penerima beras, serta para pelajar prestasi, tapi yang menarik adalah kehadiran Ni Balik Sekar (40 thn) mengenakan kebaya putih dipadu kain songket warna ungu, sambil mengangkat piagam penghargaan dengan senyum cerah.
Perempuan berkulit sawo matang ini adalah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) yang menyatakan keluar dari kepesertaan program pengentasan kemiskinan ini karena telah mandiri secara ekonomi.
Ni Balik Sekar mengaku lega telah graduasi mandiri dari kepesertaan PKH sejak Februari 2018. Ibu dua anak yang tinggal di Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh ini mengisahkan ia menerima bansos sejak tahun 2016.
"Uang PKH dimanfaatkan untuk biaya sekolah anak saya yang kedua. Waktu itu dia masih SMA. Untuk modal usaha saya pinjam ke koperasi untuk beli dua mesin jahit. Berdua dengan anak saya, kami membuka pesanan kebaya," katanya.
Sekar juga mengambil baju-baju dari usaha konvensi rumahan rekan-rekannya, untuk dijual ke berbagai toko dan pasar di Gianyar dan sekitarnya. "Sekarang saya lebih tenang karena usaha sudah berjalan baik dan sudah lepas dari penerima PKH," tambahnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018