Jakarta (Antaranews) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan melaksanakan rapat pleno untuk mencari pengganti sosok KH Ma'ruf Amin di PBNU yang saat ini masih menjabat sebagai Rois Aam, namun waktunya menunggu setelah Komisi Pemilihan Umum menetapkan pasangan capres dan cawapres pada 20 September 2018.

Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini dalam konferensi pers Hari Santri 2018 di Jakarta, Rabu, mengatakan pihaknya juga akan mengundang Ma'ruf Amin ke PBNU untuk memberikan pernyataan.

"Penetapan KPU soal pasangan capres dan cawapres pada 20 September. Kemudian, 21 September pengambilan nomor urut. Insya Allah rapat pleno tanggal 22 September, kita akan dengar langsung pernyataan Rois Aam sekaligus tentu akan menjadi putusan rapat pleno tersebut," katanya.

Ia mengatakan pihaknya merasa bangga atas terpilihnya KH Ma'ruf Amin sebagai bakal cawapres mendampingi petahana Joko Widodo dalam Pilpres 2019.

"Kami merasa terhormat, kader terbaik kami ikut dalam kontestasi pilpres. Tentu ini pertimbangan matang, kita menghadapi masalah ekonomi, kedaulatan, gerakan radikalisme global membutuhkan figur ulama yang dapat kembali mempersatukan. Bagi kami ini suatu kehormatan," katanya.

Sementara, saat ditanya apakah pihaknya dan warga NU akan mendukung pencalonan Jokowi-Ma'ruf dalam Pilpres 2019, ia menyerahkan keputusan tersebut kepada warga NU. "NU itu ormas keagamaan, bukan parpol, jadi jangan ditanya soal dukungan politik secara resmi. Tapi secara informal, kami rasa warga NU sudah cerdas untuk memilih pemimpinnya," katanya.

Presiden Jokowi memutuskan KH Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden pendampingnya dalam kontestasi Pilpres 2019. Pertimbangan Jokowi menjadikan Ma'ruf sebagai pasangannya karena Ma'ruf tokoh agama yang bijaksana dan berpengalaman menjabat berbagai jabatan strategis di antaranya pernah menjadi anggota DPRD, DPR dan MPR, anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Ketua Umum MUI nonaktif serta hingga sekarang sebagai Rois Aam PBNU.

Hari Santri
PBNU berencana menggelar acara peringatan Hari Santri 2018 di Jawa Barat pada 22 Oktober 2018. "Berbeda dengan tahun sebelumnya diadakan di Jakarta. Kali ini ada kemungkinan besar digelar di Jawa Barat. Antara Tasik, Garut atau Banjar," kata Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini.

Menurut Helmy, peringatan Hari Santri akan terbagi dalam beberapa rangkaian acara yakni kegiatan istighatsah akbar dan doa satu miliar shalawat nariyah yang dilaksanakan secara serentak di seluruh pondok pesantren di seluruh Indonesia.

"Rangkaian kegiatan Hari Santri akan dilakukan sebelumnya hingga setelah tanggal 22 Oktober," katanya. Selain itu juga akan diadakan apel Hari Santri pada 22 Oktober di berbagai sekolah baik sekolah yang berafiliasi dengan NU maupun yang tidak.

Ia mengatakan, apel santri juga akan dilaksanakan di Jawa Timur pada 10 November 2018 dengan tajuk Apel Santri Bela Negara. Helmy menambahkan, pengurus cabang NU di seluruh Indonesia dan sejumlah ormas Islam lainnya juga menggelar acara Jalan Sehat Keluarga Sakinah.

Acara penghargaan Santri-preneur Award juga akan turut memeriahkan Hari Santri 2018. Ia merinci beberapa perlombaan yang akan diadakan di antaranya lomba pidato dwibahasa, musabaqoh tilawatil Quran, lomba desain grafis, lomba kaligrafi.

"Acara Santri-preneur pemberian penghargaan pengusaha-pengusaha start up Santri baik santri NU maupun santri non-NU. Kemudian lomba desain grafis untuk mendorong para santri bisa masuk ke dalam santri-preneur," katanya.

Helmy mengatakan, peringatan Hari Santri 2018 diharapkan mampu membangkitkan semangat pengabdian kaum santri untuk negeri, mengonsolidasikan kesatuan gerakan kaum santri, menempa berbagai talenta dan kemampuan santri, mendorong lahirnya kepemimpinan dari kaum santri dan menduniakan kaum santri serta mensantrikan dunia. (ed)

Pewarta: Anita Permata Dewi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018