Negara (Antaranews Bali) - Nelayan di Kabupaten Jembrana, Bali, mengalami paceklik ikan, khususnya jenis ikan lemuru, akibat terpengaruhanomali cuaca yang membuat ikan buruan mereka masuk ke laut yang lebih dalam.

"Ikan jenis lemuru tetap ada di perairan Bali, tapi karena anomali cuaca yang mempengaruhi suhu air laut di permukaan, membuat ikan jenis ini mencari suhu agar sesuai kebutuhan tubuhnya di laut yang lebih dalam," kata Kepala Balai Riset Dan Observasi Laut I Nyoman Radiarta, di Negara, Jembrana, Jumat.

Akibat dari posisi ikan di perairan yang lebih dalam, katanya, jaring nelayan Kabupaten Jembrana tidak mampu menjangkaunya sehingga terkesan ikan lemuru menghilang dari perairan Bali.

Ia mengatakan, ikan lemuru adalah jenis ikan yang merupakan endemi di perairan Bali, sehingga tidak akan hilang atau berpindah ke perairan daerah lain.

Terkait adanya ikan lemuru yang informasinya tertangkap di perairan daerah lain seperti Maluku, menurutnya, belum tentu ikan tersebut sama dengan yang berada di perairan Bali.

"Dibutukan penelitian lebih lanjut termasuk genetik dari ikan yang informasinya dikatakan seperti lemuru, karena sepanjang penelitian kami lemuru hanya ada di perairan Bali," katanya.

Meskipun dari penelitian terlihat gerombolan atau habitat lemuru yang besar di perairan Bali, ia tidak bisa memastikan kapan ikan jenis tersebut akan naik ke permukaan sehingga nelayan bisa menangkapnya.

Menurutnya, naiknya ikan ini ke permukaan, sangat tergantung pada suhu air laut yang tidak bisa diprediksi dengan tepat kapan akan terjadi.

"Sederhananya saat ini siklus paceklik ikan lemuru di perairan Bali juga dipengaruhi perubahan iklim. Hal ini berbeda dengan siklus paceklik sebelumnya, yang erat berhubungan dengan waktu saat ikan lemuru berkembangbiak," katanya.

Selain untuk mendorong produktivitas dan peningkatan hasil tangkap nelayan, Kementerian Kelautan Dan Perikanan bekerja sama dengan operator selular PT XL Axiata meluncurkan program aplikasi Sistem Prediksi Kelautan dan Laut Nusantara yang bisa diakses lewat telepon genggam berbasis android.

Saat sosialisasi di Balai Riset Dan Observasi Laut di Desa Perancak, Kabupaten Jembrana, Kamis (30/8) lalu, Kepala Badan Riset dan Sumberdaya Manusia Kelautan Dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan R.Sjarief Widjaja mengatakan, inovasi bahari merupakan dukungan terhadap salah satu pilar riset kelautan, yaitu masyarakat industri.

"Hasil riset kelautan harus dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat nelayan, untuk mengembangkan dan menyelenggarakan tata kelola sumberdaya kelautan yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan," katanya.

Sedangkan Direktur Teknologi PT XL Axiata Yessie D Yosetya mengatakan, dasar pemikiran pengembangan aplikasi yang dilakukan selama lima bulan tersebut sederhana, yaitu Indonesia memiliki laut yang sangat luas dengan belasan ribu pulau dengan sumberdaya perikanan yang luar biasa besar.

Ia mengatakan, dengan inovasi berbasis teknologi, pihaknya ingin berperan dalam mengembalikan kejayaan laut Indonesia seperti yang dahulu dilakukan dan dicapai nenek moyang bangsa ini.

"Nenek moyang kita pernah berjaya dengan hasil dari laut, tapi kini masih banyak masyarakat yang harus menjalani hidup yang keras serta sulit sebagai nelayan," katanya.

Bekerjasama dengan Balai Riset Dan Observasi Laut, menurutnya, aplikasi Laut Nusantara akan memuat data yang lengkap serta detail termasuk posisi ikan, sehingga memberikan manfaat praktis bagi nelayan kecil.

Usai kegiatan di Balai Riset Dan Observasi Laut, sosialisasi aplikasi ini dilanjutkan dengan bertemu langsung nelayan di lapangan dengan memberikan pembinaan cara mengunduh serta menggunakan aplikasi tersebut.

Untuk diketahui, sudah sekitar tiga tahun terakhir, ikan lemuru yang merupakan jenis ikan tangkapan andalan nelayan Kabupaten Jembrana yang melaut dengan menggunakan perahu selerek seolaj-olah menghilang dari perairan Bali. (WDY).

Pewarta: Gembong Ismadi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018