Denpasar (Antaranews Bali) - Ajang Pesta Kesenian Bali akan mendapat anugerah kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan karena masuk nominasi kegiatan seni terbesar dan terpanjang di Indonesia yang telah didukung penuh oleh berbagai komunitas seni.
 
"PKB bertahan sampai saat ini karena didukung oleh komunitas seni, peran pemerintah justru hanya memfasilitasi penyelenggaraannya. Komunitas senilah yang sesungguhnya menyebabkan PKB bisa berlangsung hingga ke-40 kalinya ini," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha saat memimpin Rapat Evaluasi PKB ke-40 di Taman Budaya Denpasar, Selasa.
 
Anugerah kebudayaan dari Kemendikbud tersebut, lanjut Dewa Beratha, akan diserahkan pada September 2018, bertepatan dengan pemberian anugerah kebudayaan pada kategori lainnya, seperti kategori maestro, pelestari seni dan sebagainya.
 
"Untuk PKB sendiri, anugerah kebudayaan yang diterima itu dalam konteks komunitas seni karena PKB sampai bertahan hingga saat ini berkat peran komunitas seni. Biarpun pemerintah menyiapkan dana, jika tidak didukung komunitas seni, paling hanya bisa berlangsung beberapa hari," ucapnya didampingi Kabid Kesenian dan Tenaga Kebudayaan Disbud Bali Ni Wayan Sulastriani itu.
 
Sementara itu, PKB yang digelar setiap tahun dan berlangsung selama sebulan penuh, hingga saat ini masih banyak komunitas maupun sanggar seni yang mengantre dan protes karena belum bisa tampil.

"Dengan anugerah kebudayaan tersebut, tentu menjadi tantangan dan kewajiban kita  untuk terus mengelola manajemen PKB menjadi lebih profesional. Tidak hanya panitia yang profesional, tetapi didukung oleh seniman yang juga profesional," kata Dewa Beratha.

Sementara itu, Prof Dr I Wayan Dibia, selaku Koordinator Tim Kurator PKB mengatakan evaluasi terhadap pelaksanaan PKB memang harus terus dilakukan agar ajang seni tahunan terbesar di Taman Budaya Denpasar tersebut menjadi lebih sempurna.
 
Menurut dia, untuk pelaksanaan PKB tahun ini jika dilihat dari persiapannya sudah cukup matang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
      Meskipun demikian, Prof Dibia tidak memungkiri memang masih ada beberapa hal yang dikoreksi seperti masih ada pementasan yang terkesan biasa dan bisa ditemukan di desa-desa. Padahal yang seharusnya ditampilkan dalam PKB adalah garapan yang bersifat unggulan dan tidak mudah didapatkan di luar PKB.
       Demikian juga masih ada beberapa kesenian dengan pelakunya yang tampil berulang-ulang, yang seharusnya memberikan kesempatan kepada seniman-seniman baru. Di sisi lain, masih ada penampil yang tidak mematuhi kesepakatan dengan membawa dekorasi tambahan ke atas panggung pementasan.
 
"Sound system dan lighting di panggung terbuka, juga perlu perhatian segera karena sempat saat pementasan tiba-tiba terputus dan pencahayaannya drop sehingga berpengaruh pada penampilan seniman," kata Dibia.

Sedangkan Ketua Tim Pengawas Independen Prof Dr I Made Bandem mengharapkan dalam pelaksanaan PKB ke depan, agar Presiden yang akan melepas pawai PKB pada saat hari H itu tidak menghadiri banyak agenda, sehingga menyebabkan pawai mundur hingga satu jam. Akibatnya ada peserta pawai yang tidak mendapatkan apresiasi dari penonton yang sudah meninggalkan lokasi pawai karena terlalu malam.

Terkait dengan sorotan masyarakat yang terkadang mengesankan PKB monoton, menurut Bandem, sesungguhnya sudah ada kreativitas dan inovasi.

"Seringkali yang dibilang monoton dilihat dari bentuk dan jenis keseniannya terutama kesenian klasik memang tetap sama. Kreativitas dan inovasi perlu dalam seni klasik, tetapi jangan sampai tercerabut dari akarnya," ujarnya.
 
Sejumlah perwakilan Dinas Kebudayaan dari Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar juga mengharapkan agar "sound system" di sejumlah panggung pementasan ke depannya agar ditingkatkan kualitasnya sehingga tidak sampai mengganggu penampilan para seniman.***4***

 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018