Singaraja (Antaranews Bali) - Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng, Bali, segera berkoordinasi dengan Dinas Pertanian untuk menggenjot produksi telur di sentra pemeliharaan ayam untuk menormalkan harga telur yang melonjak.

"Daerah penghasil telur ayam dan ayam pedaging di Buleleng ada di Desa Busungbiu dan Desa Gerokgak. Ini kami koordinasikan untuk ditingkatkan agar pasokan telur kembali normal," kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Dagprin) Buleleng Ketut Suparto di Singaraja, Bali, Minggu.

Ia mengatakan Bupati juga sudah meminta Dinas Pertanian untuk melakukan survei dan evaluasi ke kabupaten kota se-Bali untuk melihat daerah yang bisa memproduksi telur dalam jumlah yang banyak.  

"Dimana ada produksi yang lebih bagus, kami bisa datangkan telur dan daging ayam dari sana," katanya.

Sejak seminggu ini, katanya, terjadi kenaikan harga telur di sejumlah pasar di Buleleng. Saat normal, harga telur berada di kisaran Rp22 ribu per kilogram, namun  minggu terakhir naik menjadi Rp26 ribu per kilogram.

"Kamis, harga telur sempat mengalami penurunan menjadi Rp24 ribu per kilogram," katanya.

Kenaikan juga terjadi pada penjualan telur dengan sistem krat yang isian 30 butir. Sejak minggu terakhir, satu krat telur harganya Rp42 ribu tiap krat, padahal sebelumnya hanya Rp36 ribu per krat.

"Artinya, per butir telur harganya sekitar Rp1.400 rupiah. Sebelumnya per butir Rp1.250," ujar Kadis Suparto.

Suparto menyebutkan, naiknya harga telur dipicu oleh kenaikan pakan, selain itu juga dipicu oleh musim dingin pada sasih karo.

"Pada musim dingin, produksi telur ayam biasanya menurun, sehingga pasokan telur dari daerah lain berkurang," ujarnya. (ed)

Pewarta: Made Adnyana

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018