Lombok Tengah, NTB (Antaranews Bali) - PT Pertamina (Persero) mendukung pelestarian rusa timor yang merupakan satwa langka dan dilindungi dengan membangun penangkaran di Terminal Bahan Bakar Minyak Ampenan di Lombok, NTB, sebagai salah satu program bina lingkungan perusahaan.
"Rusa timor itu ikon NTB dan sekarang keberadaannya semakin langka sehingga kami ikut melestarikannya," kata Kepala Operasional TBBM Ampenan La Imbo di Lombok Tengah, NTB, Sabtu.
Pihaknya menangkar 13 satwa dengan nama latin "Cervus Timorensis" itu sejak empat tahun lalu untuk ikut memelihara hewan yang kini semakin langka.
La Imbo menuturkan pihaknya mendapatkan belasan ekor rusa tersebut dari masyarakat kemudian ditangkar di TBBM Ampenan. Hasilnya, kata dia, saat ini sudah ada tiga betina yang bunting dan dalam waktu dekat akan lahir sehingga kembali menambah koleksi di penangkaran.
Dari 13 ekor rusa dengan tanduk yang khas tersebut, tiga di antaranya sudah diserahkan kepada Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melalui penangkaran sementara di Taman Wisata Alam Gunung Tunak pada 24 Juni 2018 sebelum mereka siap dilepasliarkan.
Menurut dia, dari sekitar 60 tempat penangkaran di Bumi Gora yang mendapatkan izin dari pemerintah, baru Pertamina yang sudah menyerahkan hewan yang menjadi ikon NTB itu kepada BKSDA.
Sementara itu petugas Pengendali Ekosistem Hutan Taman Wisata Alam Gunung Tunak Lalu Gede Gangga Widarma menjelaskan di penangkaran sementara di hutan tersebut terdapat 23 ekor rusa timor.
Selain dari Pertamina, rusa tersebut didapatkan dari hasil sitaan dan diserahkan sukarela oleh masyarakat. "Kami belum bisa memastikan kapan akan dilepasliarkan, tetapi itu membutuhkan waktu yang cukup lama agar hewan langka itu bisa menyesuaikan diri secara bertahap," ucap pria campuran Bali-Lombok itu.
Menurut Lalu, diperkirakan jumlah populasi rusa timor di seluruh NTB kurang dari 2.000 ekor. Selama beberapa tahun terakhir, jumlah hewan dilindungi itu semakin menyusut karena banyaknya perburuan yang dilakukan.
Saat ini, pihaknya melakukan upaya inventarisasi jumlah rusa timor khususnya di Taman Wisata Alam Gunung Tunak dengan metode penghitungan kotoran yang ditemukan mengingat menjumpai rusa timor secara langsung di alam liar merupakan hal yang sulit. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Rusa timor itu ikon NTB dan sekarang keberadaannya semakin langka sehingga kami ikut melestarikannya," kata Kepala Operasional TBBM Ampenan La Imbo di Lombok Tengah, NTB, Sabtu.
Pihaknya menangkar 13 satwa dengan nama latin "Cervus Timorensis" itu sejak empat tahun lalu untuk ikut memelihara hewan yang kini semakin langka.
La Imbo menuturkan pihaknya mendapatkan belasan ekor rusa tersebut dari masyarakat kemudian ditangkar di TBBM Ampenan. Hasilnya, kata dia, saat ini sudah ada tiga betina yang bunting dan dalam waktu dekat akan lahir sehingga kembali menambah koleksi di penangkaran.
Dari 13 ekor rusa dengan tanduk yang khas tersebut, tiga di antaranya sudah diserahkan kepada Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) melalui penangkaran sementara di Taman Wisata Alam Gunung Tunak pada 24 Juni 2018 sebelum mereka siap dilepasliarkan.
Menurut dia, dari sekitar 60 tempat penangkaran di Bumi Gora yang mendapatkan izin dari pemerintah, baru Pertamina yang sudah menyerahkan hewan yang menjadi ikon NTB itu kepada BKSDA.
Sementara itu petugas Pengendali Ekosistem Hutan Taman Wisata Alam Gunung Tunak Lalu Gede Gangga Widarma menjelaskan di penangkaran sementara di hutan tersebut terdapat 23 ekor rusa timor.
Selain dari Pertamina, rusa tersebut didapatkan dari hasil sitaan dan diserahkan sukarela oleh masyarakat. "Kami belum bisa memastikan kapan akan dilepasliarkan, tetapi itu membutuhkan waktu yang cukup lama agar hewan langka itu bisa menyesuaikan diri secara bertahap," ucap pria campuran Bali-Lombok itu.
Menurut Lalu, diperkirakan jumlah populasi rusa timor di seluruh NTB kurang dari 2.000 ekor. Selama beberapa tahun terakhir, jumlah hewan dilindungi itu semakin menyusut karena banyaknya perburuan yang dilakukan.
Saat ini, pihaknya melakukan upaya inventarisasi jumlah rusa timor khususnya di Taman Wisata Alam Gunung Tunak dengan metode penghitungan kotoran yang ditemukan mengingat menjumpai rusa timor secara langsung di alam liar merupakan hal yang sulit. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018