Singaraja (Antaranews Bali) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng menyiapkan 80.000 masker untuk dibagi-bagikan secara gratis kepada warga di Bali Utara, guna mengantisipasi paparan hujan abu akibat erupsi Gunung Agung.
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Made Subur, di Singaraja, Rabu, mengatakan petugas BPBD langsung bergerak ke sejumlah lokasi yang terdampak erupsi Gunung Agung, diantaranya di wilayah Danau Buyan, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, yang dilaporkan terjadi embusan angin mengandung abu yang cukup keras.
"Kami sarankan warga yang keluar rumah untuk selalu menggunakan masker, memakai baju lengan panjang dan menggunakan topi. Masker itu kami bagikan di tempat strategis, seperti di persimpangan Jalan Ngurah Rai, Jalan Udayana, Jalan Kapten Muka, dan Jalan Pramuka," katanya.
Paparan abu vulkanik itu dibenarkan oleh seorang penjual laklak di Desa Pancasari, Renggo. "Hujan abu yang cukup keras itu terjadi sekitar pukul 11.00 hingga pukul 12.00 siang. Mungkin karena angin cukup kencang, akhirnya hujan abu perlahan menghilang," katanya.
Meski begitu, Renggo mengatakan ia bersama keluarganya tetap menggunakan masker dan kacamata saat melakukan kegiatan di warungnya.
Sementara itu, para pengguna jalan di Jalan Raya Singaraja-Denpasar juga banyak yang sudah melindungi dirinya dengan memakai masker, kacamata dan memakai baju lengan panjang.
Lain halnya di Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali, atau di lereng utara Gunung Agung yang bukan hanya terpapar abu, namun mereka akhirnya memutuskan untuk tetap mengungsi di kantor desa dan balai desa setempat sebelum kondisi benar-benar aman.
Para pengungsi itu mulai membangun dapur umum secara swadaya, namun petugas BPBD Karangasem juga sudah turun langsung memfasilitasi warga dengan menyediakan satu unit mobil dapur umum.
"Warga pengungsi Gunung Agung itu ditampung di areal kantor kepala desa dan balai desa. Mereka berasal dari enam dusun di Desa Ban yang wilayah masuk dalam zona berbahaya, yakni dari Dusun Cegi, Dusun Pengalusan, Dusun Daya, Dusun Pucang, Dusun Belong dan Dusun Bonyoh," kata Kepala Desa Ban, Wayan Potag.
Ia mengatakan pembangunan dapur umum dilakukan secara swadaya oleh pengungsi, karena mereka memilih tetap tinggal di kantor desa yang posisinya aman. "Beberapa warga memang ada yang kembali pulang. Namun mereka pulang untuk mengambil barang-barang, lalu kembali lagi ke pengungsian," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Made Subur, di Singaraja, Rabu, mengatakan petugas BPBD langsung bergerak ke sejumlah lokasi yang terdampak erupsi Gunung Agung, diantaranya di wilayah Danau Buyan, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, yang dilaporkan terjadi embusan angin mengandung abu yang cukup keras.
"Kami sarankan warga yang keluar rumah untuk selalu menggunakan masker, memakai baju lengan panjang dan menggunakan topi. Masker itu kami bagikan di tempat strategis, seperti di persimpangan Jalan Ngurah Rai, Jalan Udayana, Jalan Kapten Muka, dan Jalan Pramuka," katanya.
Paparan abu vulkanik itu dibenarkan oleh seorang penjual laklak di Desa Pancasari, Renggo. "Hujan abu yang cukup keras itu terjadi sekitar pukul 11.00 hingga pukul 12.00 siang. Mungkin karena angin cukup kencang, akhirnya hujan abu perlahan menghilang," katanya.
Meski begitu, Renggo mengatakan ia bersama keluarganya tetap menggunakan masker dan kacamata saat melakukan kegiatan di warungnya.
Sementara itu, para pengguna jalan di Jalan Raya Singaraja-Denpasar juga banyak yang sudah melindungi dirinya dengan memakai masker, kacamata dan memakai baju lengan panjang.
Lain halnya di Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Bali, atau di lereng utara Gunung Agung yang bukan hanya terpapar abu, namun mereka akhirnya memutuskan untuk tetap mengungsi di kantor desa dan balai desa setempat sebelum kondisi benar-benar aman.
Para pengungsi itu mulai membangun dapur umum secara swadaya, namun petugas BPBD Karangasem juga sudah turun langsung memfasilitasi warga dengan menyediakan satu unit mobil dapur umum.
"Warga pengungsi Gunung Agung itu ditampung di areal kantor kepala desa dan balai desa. Mereka berasal dari enam dusun di Desa Ban yang wilayah masuk dalam zona berbahaya, yakni dari Dusun Cegi, Dusun Pengalusan, Dusun Daya, Dusun Pucang, Dusun Belong dan Dusun Bonyoh," kata Kepala Desa Ban, Wayan Potag.
Ia mengatakan pembangunan dapur umum dilakukan secara swadaya oleh pengungsi, karena mereka memilih tetap tinggal di kantor desa yang posisinya aman. "Beberapa warga memang ada yang kembali pulang. Namun mereka pulang untuk mengambil barang-barang, lalu kembali lagi ke pengungsian," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018