Denpasar (Antaranews Bali) - Sejumlah seniman "bintang" dari Kota Denpasar tampil membawakan dramatari berjudul "Tejaning Stri" dalam ajang Pesta Kesenian Bali ke-40, di Taman Budaya Denpasar, Rabu.

"Di PKB kali ini istilahnya ada pementasan `bintang-bintang`. Kami di Denpasar mencoba mencari teman-teman (seniman) yang dianggap `bintang` juga dan mereka mau mewakili Kota Denpasar," kata I Nyoman Suarsa, Koordinator Sekaa Wahana Gurnita, Kota Denpasar di sela-sela pementasan tersebut.

Oleh karena para seniman kawakan yang dilibatkan tersebut mayoritas menguasai seni Paprembonan, ujar Suarsa, maka kesenian yang ditampilkan berupa Prembon, yang merupakan salah satu kesenian dramatari Bali.

Para seniman "bintang" yang dihadirkan sebagai pemain dalam pementasan itu antara lain I Gusti Ngurah Bagus Supartama, Nyoman Geguh, Made Kariasa, I Gede Sukaraka, I Wayan Darmida, I Putu Sujana, dan I Gede Anom Ranuara.

"Kesenian apa saja di Denpasar masih tetap eksis, karena tidak terlepas dari komitmen pemerintah yang mengedepankan Denpasar sebagai Kota Berwawasan Budaya," ujar Suarsa.

Menurut dia, sengaja diangkat dramatari berjudul "Tejaning Stri" atau yang bermakna kekuatan wanita ini karena juga menyesuaikan dengan tema PKB ke-40 yakni "Teja Dharmaning Kauripan, Api Spirit Penciptaan".

"Api janganlah dipandang sekadar membawa panas, jangan pula hanya dipandang bisa merusak. Tetapi sebenarnya bisa mengharmoniskan juga asal kita bisa mengelola. Jadi, semua yang ada di bumi ini hendaknya dihargai dan dihormati," ucapnya.

Secara ringkas, dramatari tersebut mengisahkan kegundahan hati Prabu Jaya Pangus akibat terkena kutukan Betari Danu. Akhirnya Prabu mengutus Patih Dharma Wisesa untuk membunuh Dewi Danu agar sakit hatinya terbalaskan.

Namun karena kemarahan Dewi Danu yang tidak bisa menghalangi, sehingga Dewi Danu menyebarkan wabah ke wilayah Panorajan yang menjadi kekuasaan Prabu Jayapangus yang menjadikan masyarakat bagai dilalap api Durga Geni.

Patih Dharma Wisesa bersumpah ingin membunuh Dewi Danu, namun ternyata malah Patih Dharma Wisesa yang justru menerima ajal kematiannya.

Saat itu Dewi Danu bersabda "wahai rakyat Panorajan, janganlah engkau membuat amarah seorang wanita. Jika engkau sungguh-sungguh berbakti kepada rajamu, buatlah pralingga Beliau sehingga setiap hari selalu bisa memujanya". (WDY)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018