Denpasar (Antaranews Bali) - Anggota Departemen Pemenangan Pemilu DPP Golkar Wilayah Bali, Dewa Made Widiasa Nida meminta Wakil Gubernur Bali, Ketut Sudikerta, untuk "Satya Wacana" atau jujur/setia terhadap perkataan agar menjadi contoh dan mendapat kepercayaan kembali dari masyarakat.
"Sebagai seorang negarawan dan ketua partai, beliau sebaiknya bisa memberikan contoh yang baik kepada kader dan masyarakat, apakah mau pensiun seperti disampaikan kepada kader dan sejumlah media atau maju ke DPR RI sebagaimana laporan adanya penggalangan dukungan untuknya pada Pemilu 2019," katanya saat dihubungi dari Denpasar, Senin.
Pihaknya menghormati keinginan Sudikerta untuk maju sebagai calon legislator (caleg) dalam Pemilu 2019 karena hal itu merupakan hak seseorang sebagai warga negara, namun Sudikerta selaku Ketua DPD Golkar Provinsi Bali harus "Satya Wacana" atau konsisten terhadap perkataan dan ucapannya guna memberi contoh kepada masyarakat.
"Dulu saat pilkada bilang di media dan kader partai tidak mau menjadi calon wakil, namun akhirnya tetap maju sebagai Calon Wakil Gubernur Bali. Tindakan Sudikerta yang tidak setia terhadap ucapannya itu akhirnya menghilangkan kepercayaan terhadap masyarakat," ujarnya.
Sebaiknya, menurut dia, Sudikerta sebagai Ketua Partai memberikan kesempatan dan membantu para kader yang telah berjuang membantunya saat Pilkada serta telah membesarkan partai.
"Bukan sebaliknya, malah bersaing dengan kader yang telah mendukung penuh dengan pengorbanan, baik materi maupun tenaga. Belum selesai sebulan perhelatan Pilkada Bali sudah melupakan jasa para kader," ujarnya.
Dewa Nida yang juga mantan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Klungkung tersebut telah menerima sejumlah laporan bahwa Sudikerta menggalang dukungan dari kader di DPD II untuk maju sebagai Calon DPR-RI pada Pemilu 2019.
"Seharusnya Sudikerta lebih memprioritaskan langkah-langkah untuk menata kembali partai ditingkat desa sampai provinsi yang masih banyak menghadapi kendala pascakekalahan di Pilkada Bali termasuk penuntasan janji-janji dan beban yang banyak ditangani kader, disamping pula hal prinsip yang diabaikan adalah etika organisasi, dimana seharusnya sebagai pimpinan partai yang paling bertanggung jawab atas kekalahan pilkada seharusnya melapor dan mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya kepada DPP Partai Golkar. Bukan malah sebaliknya menekan DPP Partai Golkar dengan menggalang Ketua DPD Kabupaten/Kota seluruh Bali untuk dicalonkan ke DPR-RI," ujarnya.
Selama ini banyak hal yang harus dikoreksi selama masa kepemimpinan Sudikerta sebagai ketua partai seperti halnya tiga bupati yang pernah dimiliki partai berlambang pohon beringin menjadi hilang dan ditambah kekalahan dalam Pilkada Bali 2018.
Dalam akun media sosial miliknya, Ketut Sudikerta menyampaikan keinginannya untuk maju sebagai Calon Anggota DPR-RI pasca-kalah dalam Pilkada Bali 2018. Tulisannya tersebut mendapat sejumlah tanggapan dari masyarakat, ada yang mendukung dan bahkan ada yang tidak setuju dengan langkan Sudikerta maju sebagai Caleg DPR-RI padap Pemilu 2019.
Hingga kini, Ketut Sudikerta tidak bisa dikonfirmasi melalui sambungan telepon, untuk mengklarifikasi pernyataannya dalam akun sosial media miliknya dan juga pandangan/saran dari sejumlah temannya, termasuk Dewa Nida. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Sebagai seorang negarawan dan ketua partai, beliau sebaiknya bisa memberikan contoh yang baik kepada kader dan masyarakat, apakah mau pensiun seperti disampaikan kepada kader dan sejumlah media atau maju ke DPR RI sebagaimana laporan adanya penggalangan dukungan untuknya pada Pemilu 2019," katanya saat dihubungi dari Denpasar, Senin.
Pihaknya menghormati keinginan Sudikerta untuk maju sebagai calon legislator (caleg) dalam Pemilu 2019 karena hal itu merupakan hak seseorang sebagai warga negara, namun Sudikerta selaku Ketua DPD Golkar Provinsi Bali harus "Satya Wacana" atau konsisten terhadap perkataan dan ucapannya guna memberi contoh kepada masyarakat.
"Dulu saat pilkada bilang di media dan kader partai tidak mau menjadi calon wakil, namun akhirnya tetap maju sebagai Calon Wakil Gubernur Bali. Tindakan Sudikerta yang tidak setia terhadap ucapannya itu akhirnya menghilangkan kepercayaan terhadap masyarakat," ujarnya.
Sebaiknya, menurut dia, Sudikerta sebagai Ketua Partai memberikan kesempatan dan membantu para kader yang telah berjuang membantunya saat Pilkada serta telah membesarkan partai.
"Bukan sebaliknya, malah bersaing dengan kader yang telah mendukung penuh dengan pengorbanan, baik materi maupun tenaga. Belum selesai sebulan perhelatan Pilkada Bali sudah melupakan jasa para kader," ujarnya.
Dewa Nida yang juga mantan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Klungkung tersebut telah menerima sejumlah laporan bahwa Sudikerta menggalang dukungan dari kader di DPD II untuk maju sebagai Calon DPR-RI pada Pemilu 2019.
"Seharusnya Sudikerta lebih memprioritaskan langkah-langkah untuk menata kembali partai ditingkat desa sampai provinsi yang masih banyak menghadapi kendala pascakekalahan di Pilkada Bali termasuk penuntasan janji-janji dan beban yang banyak ditangani kader, disamping pula hal prinsip yang diabaikan adalah etika organisasi, dimana seharusnya sebagai pimpinan partai yang paling bertanggung jawab atas kekalahan pilkada seharusnya melapor dan mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya kepada DPP Partai Golkar. Bukan malah sebaliknya menekan DPP Partai Golkar dengan menggalang Ketua DPD Kabupaten/Kota seluruh Bali untuk dicalonkan ke DPR-RI," ujarnya.
Selama ini banyak hal yang harus dikoreksi selama masa kepemimpinan Sudikerta sebagai ketua partai seperti halnya tiga bupati yang pernah dimiliki partai berlambang pohon beringin menjadi hilang dan ditambah kekalahan dalam Pilkada Bali 2018.
Dalam akun media sosial miliknya, Ketut Sudikerta menyampaikan keinginannya untuk maju sebagai Calon Anggota DPR-RI pasca-kalah dalam Pilkada Bali 2018. Tulisannya tersebut mendapat sejumlah tanggapan dari masyarakat, ada yang mendukung dan bahkan ada yang tidak setuju dengan langkan Sudikerta maju sebagai Caleg DPR-RI padap Pemilu 2019.
Hingga kini, Ketut Sudikerta tidak bisa dikonfirmasi melalui sambungan telepon, untuk mengklarifikasi pernyataannya dalam akun sosial media miliknya dan juga pandangan/saran dari sejumlah temannya, termasuk Dewa Nida. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018