Denpasar (Antaranews Bali) - Pelaku pariwisata di Bali mengkhawatirkan Gunung Agung di Kabupaten Karangasem kembali erupsi sejak mengalami peningkatan aktivitas vulkanik pada Kamis (28/6) malam, apalagi Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sempat ditutup.
"Memang alam tidak bisa kita prediksi. Apalagi kita bergerak di sektor jasa pariwisata. Kalau kembali Gunung Agung erupsi (meletus) maka sektor pariwisata pasti terganggu," kata Manager Marketing Hotel Grand Inna Bali Beach Sanur Ari Sulistiari di Sanur, Kota Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, transportasi penerbangan juga berpengaruh terhadap intensitas letusan yang dikeluarkan oleh gunung tertinggi di Pulau Dewata itu.
"Pengaruh penerbangan itu katena jadwal pada Jumat (29/6) ada sejumlah wisatawan asing yang menginap di hotel tersebut yang akan melakukan "check out" secara perorangan, yang memesan lewat agen "online"," katanya.
Namun, pengaruh itu tidak terlalu ada untuk tamu rombongan dari Amerika dan Tiongkok masih menginap sampai ini. "Karena Bandara Ngurah Rai ditutup sementara, maka mereka masih memperpanjang menginapnya dengan biaya sendiri," katanya.
Bahkan, pihaknya sudah mengajak pimpinan rombongan tamu dari Amerika yang menggelar pertemuan tersebut ke Bandara Ngurah Rai untuk melihat situasi guna memastikan kondisi penerbangan.
"Memang sampai kemarin siang masih dinyatakan ditutup bandara tersebut. Dengan kondisi itu, maka rombongan wisatawan yang sedang mengadakan pertemuan itu memutuskan untuk memperpanjang dan mengisi libur dengan mendatangi sejumlah objek wisata," ujarnya.
Ari Sulistiari mengatakan dengan kondisi tersebut, rombongan wisatawan Amerika Serikat yang menempati kamar sebanyak 177 unit, selama mereka masih belum bisa terbang memutuskan untuk tetap menginap di hotel, dan mereka siap masih membayar secara personal.
"Ini adalah kejadian alam. Namun kalau wisatawan masih belum bisa kembali ke negaranya, mereka dengan terpaksa pasti harus tinggal di Bali dulu. Dari pihak kami nantinya pasti akan memberlakukan aturan sesuai dengan imbauan dari gubernur dan PHRI Bali, seperti memberangkatkan ke bandara terdekat, namun masih aman," ucapnya.
Baca juga: Gunung Agung dan Pertemuan IMF
Ditanya okupansi hotel saat ini, Ari Sulistiari mengatakan hunian hotel saat ini mencapai 95 persen, khususnya yang ada di menara/tower dari jumlah 245 kamar. "Okupansi hotel kami cukup bagus. Ada dua rombongan wisatawan asing, yakni Amerika dan Tiongkok. Mereka melakukan pertemuan saat ini," ujarnya.
Revitalisasi Hotel
Sementara itu, kawasan Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur Kota Denpasar akan dilakukan pencanangan revitalisasi dalam upaya memperluas serta menambah fasilitas yang lebih elegan dengan anggaran dana Rp2,8 triliun.
"Kawasan Hotel Grand Inna Bali Beach akan segera direvitalisasi. Pencanangan revitalisasi kawasan hotel tersebut merupakan tindak lanjut arahan Presiden Joko Widodo yang meminta agar kawasan Grand Inna Bali Beach yang memiliki luas 42 hektare, dan memiliki nilai sejarah yang tinggi dapat dikembangkan menjadi ikon, serta hotel negara di kawasan objek wisata Sanur, Bali," kata Dirut PT Hotel Indonesia Natour (Persero) Iswandi Said.
Ia menngatakan revitalisasi hotel tersebut akan kerja sama dengan PT Waskita, PT Wijaya Karya Tbk, PT Hutama Karya, dan PT Pembangunan Perumahan.
Menurut Iswandi Said, sebagai tindak lanjut dari kegiatan pencanangan revitalisasi, akan dilaksanakan peletakan batu pertama (ground breaking) pada Oktober 2018 sejalan dengan pemenuhan aspek perizinan yang dilakukan.
Melalui pencanangan revitalisasi yang dilaksanakan tersebut, kata Iswandi Said, maka kawasan Grand Inna Bali Beach akan dikembangkan menjadi "Hotel Indonesia Bali" yang terdiri dari "convention centre" (pusat konferensi) yang dilengkapi fasilitas akomodasi, pasar seni dan diperkaya dengan "eco park" yang merupakan daya tarik tersendiri.
Sementara Itu, Deputi Menteri BUMN bidang Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata, Edwin Hidayat Abdullah mengatakan bahwa pencanangan revitalisasi kawasan Grand Inna Bali Beach dilaksanakan secara bersinergi antara PT Hotel Indonesia Natour (Persero) sebagai pengelola Grand Inna Bali Beach dengan empat BUMN Karya yang dilandasi semangat "BUMN Hadir Untuk Negeri".
Edwin mengatakan bahwa dengan dikembangkan kawasan Grand Inna Bali Beach, maka hal tersebut akan dapat lebih meningkatkan dan menggerakkan industri kepariwisataan di Sanur khususnya, dan Bali pada umumnya.
"Kami berharap ke depan perkembangan pariwisata akan terus meningkat di kawasan Sanur, dan Bali pada umumnya, oleh karena itu kami berharap BUMN mampu membangun fasilitas yang presentatif dan memiliki ciri khusus," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Memang alam tidak bisa kita prediksi. Apalagi kita bergerak di sektor jasa pariwisata. Kalau kembali Gunung Agung erupsi (meletus) maka sektor pariwisata pasti terganggu," kata Manager Marketing Hotel Grand Inna Bali Beach Sanur Ari Sulistiari di Sanur, Kota Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, transportasi penerbangan juga berpengaruh terhadap intensitas letusan yang dikeluarkan oleh gunung tertinggi di Pulau Dewata itu.
"Pengaruh penerbangan itu katena jadwal pada Jumat (29/6) ada sejumlah wisatawan asing yang menginap di hotel tersebut yang akan melakukan "check out" secara perorangan, yang memesan lewat agen "online"," katanya.
Namun, pengaruh itu tidak terlalu ada untuk tamu rombongan dari Amerika dan Tiongkok masih menginap sampai ini. "Karena Bandara Ngurah Rai ditutup sementara, maka mereka masih memperpanjang menginapnya dengan biaya sendiri," katanya.
Bahkan, pihaknya sudah mengajak pimpinan rombongan tamu dari Amerika yang menggelar pertemuan tersebut ke Bandara Ngurah Rai untuk melihat situasi guna memastikan kondisi penerbangan.
"Memang sampai kemarin siang masih dinyatakan ditutup bandara tersebut. Dengan kondisi itu, maka rombongan wisatawan yang sedang mengadakan pertemuan itu memutuskan untuk memperpanjang dan mengisi libur dengan mendatangi sejumlah objek wisata," ujarnya.
Ari Sulistiari mengatakan dengan kondisi tersebut, rombongan wisatawan Amerika Serikat yang menempati kamar sebanyak 177 unit, selama mereka masih belum bisa terbang memutuskan untuk tetap menginap di hotel, dan mereka siap masih membayar secara personal.
"Ini adalah kejadian alam. Namun kalau wisatawan masih belum bisa kembali ke negaranya, mereka dengan terpaksa pasti harus tinggal di Bali dulu. Dari pihak kami nantinya pasti akan memberlakukan aturan sesuai dengan imbauan dari gubernur dan PHRI Bali, seperti memberangkatkan ke bandara terdekat, namun masih aman," ucapnya.
Baca juga: Gunung Agung dan Pertemuan IMF
Ditanya okupansi hotel saat ini, Ari Sulistiari mengatakan hunian hotel saat ini mencapai 95 persen, khususnya yang ada di menara/tower dari jumlah 245 kamar. "Okupansi hotel kami cukup bagus. Ada dua rombongan wisatawan asing, yakni Amerika dan Tiongkok. Mereka melakukan pertemuan saat ini," ujarnya.
Revitalisasi Hotel
Sementara itu, kawasan Hotel Grand Inna Bali Beach, Sanur Kota Denpasar akan dilakukan pencanangan revitalisasi dalam upaya memperluas serta menambah fasilitas yang lebih elegan dengan anggaran dana Rp2,8 triliun.
"Kawasan Hotel Grand Inna Bali Beach akan segera direvitalisasi. Pencanangan revitalisasi kawasan hotel tersebut merupakan tindak lanjut arahan Presiden Joko Widodo yang meminta agar kawasan Grand Inna Bali Beach yang memiliki luas 42 hektare, dan memiliki nilai sejarah yang tinggi dapat dikembangkan menjadi ikon, serta hotel negara di kawasan objek wisata Sanur, Bali," kata Dirut PT Hotel Indonesia Natour (Persero) Iswandi Said.
Ia menngatakan revitalisasi hotel tersebut akan kerja sama dengan PT Waskita, PT Wijaya Karya Tbk, PT Hutama Karya, dan PT Pembangunan Perumahan.
Menurut Iswandi Said, sebagai tindak lanjut dari kegiatan pencanangan revitalisasi, akan dilaksanakan peletakan batu pertama (ground breaking) pada Oktober 2018 sejalan dengan pemenuhan aspek perizinan yang dilakukan.
Melalui pencanangan revitalisasi yang dilaksanakan tersebut, kata Iswandi Said, maka kawasan Grand Inna Bali Beach akan dikembangkan menjadi "Hotel Indonesia Bali" yang terdiri dari "convention centre" (pusat konferensi) yang dilengkapi fasilitas akomodasi, pasar seni dan diperkaya dengan "eco park" yang merupakan daya tarik tersendiri.
Sementara Itu, Deputi Menteri BUMN bidang Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata, Edwin Hidayat Abdullah mengatakan bahwa pencanangan revitalisasi kawasan Grand Inna Bali Beach dilaksanakan secara bersinergi antara PT Hotel Indonesia Natour (Persero) sebagai pengelola Grand Inna Bali Beach dengan empat BUMN Karya yang dilandasi semangat "BUMN Hadir Untuk Negeri".
Edwin mengatakan bahwa dengan dikembangkan kawasan Grand Inna Bali Beach, maka hal tersebut akan dapat lebih meningkatkan dan menggerakkan industri kepariwisataan di Sanur khususnya, dan Bali pada umumnya.
"Kami berharap ke depan perkembangan pariwisata akan terus meningkat di kawasan Sanur, dan Bali pada umumnya, oleh karena itu kami berharap BUMN mampu membangun fasilitas yang presentatif dan memiliki ciri khusus," katanya. (ed)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018