Denpasar (Antaranews Bali) - Bank Indonesia mendorong pelaku usaha di Bali mengoptimalkan ekspor dengan muatan lokal mengantisipasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Ekspor dengan muatan lokal lebih menguntungkan karena komponennya dari dalam negeri bukan komponen impor," kata Kepala Devisi Sistem Pembayaran Pengelolaan Uang Rupiah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Teguh Setiadi di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, ekspor bermuatan lokal dari Bali yang potensial adalah kerajinan seperti patung dan kerajinan kayu yang banyak diminati pasar luar negeri.
Eksportir muatan lokal, lanjut dia, juga berpotensi mendapat keuntungan karena pembeli asing memiliki kesempatan yang lebih besar untuk membeli lebih banyak produk dari Pulau Dewata.
"Jika sebelumnya satu dolar AS, pembeli bisa dapatkan satu barang sekarang bisa mendapatkan lebih banyak," ucap Teguh.
Teguh lebih lanjut menjelaskan pelemahan rupiah tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia karena dialami juga oleh sejumlah negara.
Menurut dia, pelemahan rupiah disebabkan karena pengaruh global yakni kebijalan bank sentral Amerika Serikat, the Fed yang akan menaikkan suku bunga bahkan hingga empat kali dalam setahun.
"Setiap mereka menaikkan suku bunga maka akan memperkuat dolar AS. Tentu investor akan balik ke mata uang yang lebih aman yakni dolar AS," ucapnya.
Perekonomian dalam negeri, kata dia, juga tidak ada masalah karena masih sehat yang tercermin dari pertumbuhan tetap tinggi, inflasi terkendali, cadangan devisa cukup dan anggaran masih di bawah target.
Sejak beberapa pekan terakhir nilai tukar rupiah melemah bahkan sempat menyentuh Rp14.000 dan saat ini berada pada kisaran Rp13.900 per dolar AS.
Bank Indonesia di Bali mendorong perluasan ekspor termasuk mendorong minimalisasi produk impor seperti dengan memperkuat kelompok tani atau "cluster" untuk beberapa komoditas pertanian seperti bawang merah, bawang putih, cabai dan beras.
Pihaknya membina pelaku usaha berorientasi ekspor seperti perkebunan kopi dan cokelat. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Ekspor dengan muatan lokal lebih menguntungkan karena komponennya dari dalam negeri bukan komponen impor," kata Kepala Devisi Sistem Pembayaran Pengelolaan Uang Rupiah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Teguh Setiadi di Denpasar, Selasa.
Menurut dia, ekspor bermuatan lokal dari Bali yang potensial adalah kerajinan seperti patung dan kerajinan kayu yang banyak diminati pasar luar negeri.
Eksportir muatan lokal, lanjut dia, juga berpotensi mendapat keuntungan karena pembeli asing memiliki kesempatan yang lebih besar untuk membeli lebih banyak produk dari Pulau Dewata.
"Jika sebelumnya satu dolar AS, pembeli bisa dapatkan satu barang sekarang bisa mendapatkan lebih banyak," ucap Teguh.
Teguh lebih lanjut menjelaskan pelemahan rupiah tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia karena dialami juga oleh sejumlah negara.
Menurut dia, pelemahan rupiah disebabkan karena pengaruh global yakni kebijalan bank sentral Amerika Serikat, the Fed yang akan menaikkan suku bunga bahkan hingga empat kali dalam setahun.
"Setiap mereka menaikkan suku bunga maka akan memperkuat dolar AS. Tentu investor akan balik ke mata uang yang lebih aman yakni dolar AS," ucapnya.
Perekonomian dalam negeri, kata dia, juga tidak ada masalah karena masih sehat yang tercermin dari pertumbuhan tetap tinggi, inflasi terkendali, cadangan devisa cukup dan anggaran masih di bawah target.
Sejak beberapa pekan terakhir nilai tukar rupiah melemah bahkan sempat menyentuh Rp14.000 dan saat ini berada pada kisaran Rp13.900 per dolar AS.
Bank Indonesia di Bali mendorong perluasan ekspor termasuk mendorong minimalisasi produk impor seperti dengan memperkuat kelompok tani atau "cluster" untuk beberapa komoditas pertanian seperti bawang merah, bawang putih, cabai dan beras.
Pihaknya membina pelaku usaha berorientasi ekspor seperti perkebunan kopi dan cokelat. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018