Malam itu cuaca di Kota Shanghai sangat cerah dibandingkan dengan dua hari setelahnya yang turun hujan.

Tidak heran jika Jumat (4/5) malam itu orang-orang, terutama turis asing masih belum beranjak dari kawasan "Oriental Pearl Tower" (OPT), objek wisata sekaligus "tetenger" kota terbesar di daratan Tiongkok itu.

Meskipun ketinggiannya 468 meter telah dikalahkan oleh dua gedung pencakar langit yang baru berdiri di sekitarnya, OPT yang dalam bahasa Mandarinnya adalah "Dongfang Mingzhuta" itu masih menawan dipandang dari segala penjuru.

Letaknya yang berada di kelokan Sungai Huangpu menambah pesona gedung yang mulai dibangun pada 1991 dan mendapatkan klasifikasi "AAAAA scenic area" dari Kementerian Pariwisata China itu.

Namun keelokan gedung yang menyedot ribuan wisatawan domestik dan mancanegara setiap harinya itu bukan saja karena cuaca cerah. Gedung berbentuk mutiara pada bagian puncak dan bawah tersebut bermandikan sinar lampu yang tersusun dari warna merah dan putih pada malam itu memberikan kesan tersendiri.

Tidak biasanya memang gedung yang mirip mercusuar bagi kapal-kapal besar pengangkut barang industri dan sumber daya alam yang lalu-lalang di sepanjang aliran Sungai Huangpu yang bermuara di Laut China Timur itu berhiaskan lampu sewarna bendera Indonesia.

Bahkan, di The Bund, pusat konsentrasi massa terbesar di Shanghai, orang-orang tak henti-hentinya mengabadikan momentum langka pada malam hari itu.

Malam itu terasa spesial lantaran pada siang harinya sudah dihelat berbagai pergelaran tanda dimulainya Pekan Indonesia atau InaWeek yang berlangsung hingga 13 Mei 2018.

"Ini layak saya 'share' ke International Chambers yang lain," kata Liky Sutikno selaku Chairman of Indonesia Chamber of Commerce in China (Inacham) mengomentari foto OPT berhiaskan lampu merah-putih yang dikirimkan oleh Konsul Jenderal RI untuk Shanghai Siti Nugraha Mauludiah di grup WeChat.

Semarak Luar-Dalam
Tidak saja di bagian luar, nuansa Merah-Putih juga merasuk ke bagian relung salah satu ikon pariwisata populer di dunia itu.

Revolving Restaurant di dalam gedung OPT itu tidak hanya berhiaskan bendera Merah-Putih, melainkan juga sajiannya pun kental dengan selera khas Nusantara.

Bahkan manajemen restoran ternama di Shanghai itu harus memboyong juru masak dari Indonesia untuk memanjakan lidah para pengunjung restoran yang mengular sampai ke lantai dasar OPT.

Tidak tanggung-tanggung pasangan suami-istri yang sama-sama berprofesi sebagai "chef", Hendra Herdiyana-Teti Roswati, didatangkan dari Subang, Jawa Barat.

Restoran berpanorama Kota Shanghai dari ketinggian 267 meter itu pun terkesan spesial karena suguhannya yang berbeda dari hari-hari biasa.

Ada gado-gado, lontong sayur, nasi goreng, mi goreng, sate kambing, sate ayam, dan soto tersaji secara khusus.

Di setiap meja makan, pengunjung pun terpasang bendera kecil Indonesia dan China. Ditambah dengan tarian khas Betawi dan Bali memberikan hiburan tersendiri bagi pengunjung restoran yang rela merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa menikmati hidangan spesial.

Memang tujuan orang datang ke OPT selain ingin mendapatkan sensasi tersendiri di atas puncak ketinggian gedung yang selesai dibangun pada 1994 itu adalah menikmati sajian khas berselera.

Wajar kiranya jikalau pemilik gedung ingin mendapatkan pengunjung lebih banyak lagi melalui pergelaran InaWeek yang pembukaannya dipusatkan di pelataran OPT dalam acara Festival Indonesia atau InaFest selama tiga hari pada 4-6 Mei 2018.

Bahkan dalam dua hari pertama kegiatan tersebut digelar didatangi lebih dari 52.000 orang pengunjung. Padahal gelaran yang sama pada tahun lalu hanya mampu mendatangkan 26.000 orang.

Hujan di dua hari terakhir yang membuncahkan pikiran penyelenggara kegiatan berubah total begitu mereka melihat gelombang pengunjung terus berdatangan.

Bahkan tenda-tenda pameran yang menjual produk-produk makanan dan minuman dari Indonesia dijubeli para pengunjung.

Cuaca yang tidak menentu tidak menyurutkan minat para pengunjung untuk mengikuti beragam jenis permainan tradisional khas Nusantara yang pesertanya khusus orang asing dan warga China.

Pada saat panitia memutar lagu Gemu Fa Mi Re dari Maumere, pengunjung di area pelataran OPT pun spontan berjoget ke kiri dan kanan seperti yang dicontohkan dua orang di panggung terbuka.

Seketika hujan yang turun pada siang itu menjadi gerah oleh keringat para pengunjung yang tidak henti-hentinya berjoget mengikuti irama dangdut.

"Kami tidak menduga, mereka terus berdatangan, meskipun hujan," kata Konjen Siti Nugraha Mauludiah.

Acara tersebut makin berkelas manakala para peragawati dari Indonesia berkolaborasi dengan para peragawati dan peragawan dari China, Amerika Serikat, dan Italia membawakan pakaian khas Nusantara.

Wastra Nusantara berbahan batik, kain tenun, dan kain songket sentuhan tangan kreatif Novita Yunus tampak anggun dibawakan para peragawati dan peragawan di arena InaFest tersebut.

Sementara di dinding-dinding lorong antrean menuju lif yang akan mengantarkan para pengunjung ke atas puncak gedung itu juga terpasang foto-foto objek wisata di Indonesia lengkap dengan keanekaragaman budaya masyarakat Nusantara.

Menteri Pariwisata Arief Yahya yang menyempatkan diri hadir pada hari terakhir InaFest pun tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.

"Sangat bagus. Pengenalan produk dan pariwisata, sudah dapat," ujarnya mengomentari InaWeek yang juga dinilainya sebagai sarana efektif promosi pariwisata itu. (ed)

Pewarta: M Irfan Ilmie

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018