Denpasar (Antara Bali) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar memantapkan jalinan kerja sama dengan sekitar 20 lembaga pendidikan tinggi seni (LPTS) di Indonesia dan mancanegara dalam upaya menjadikan lembaga pendidikan tinggi seni itu "go internasional".
"Kerja sama itu juga dirintis dengan lembaga-lembaga internasional termasuk kedutaan besar RI di mancanegara," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S, MA di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, kerja sama yang telah terjalin baik selama ini antara lain dengan University of Western Australia (UWA), di mana 22 mahasiswa sekolah tinggi seni itu sempat belajar tiga minggu di ISI Denpasar.
Kerja sama lainnya dengan Asian Culture Cauncil, The Ford Foundation, Japan Foundation, UCLA, University of Hawaii, San Dioga State University Mills Collage, University UPSI of Malaysia, University Japan dan Totyo University of Arts.
Dalam negeri dengan seluruh perguruan tinggi seni yang bernaung di bawah badan kerja sama perguruan tinggi seni Indonesia yang meliputi ISI Yogyakarta, STSI Surakarta, STSI Bandung, STSI Padang Panjang, STKW Surabaya dan Institut Kesenian Jakarta.
Prof Rai menambahkan, melalui kerja sama dengan sejumlah lembaga pendidikan tinggi seni itu mampu meningkatkan wawasan dan memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak dalam meningkatkan proses belajar mengajar.
Dari kerja sama perguruan tinggi antarnegara itu, termasuk diantaranya menyangkut program pertukaran mahasiswa, di mana ISI Denpasar menerima mahasiswa dari mancanegara dan sebaliknya mahasiswa ISI Denpasar belajar ke sejumlah perguruan tinggi di luar negeri selama dua hingga empat semester.
Dengan demikian, menurut Prof Rai, mahasiswa ISI Denpasar yang ikut ambil bagian dalam program pertukaran mahasiswa dengan sejumlah perguruan tinggi seni di mancanegara akan memperoleh dua ijazah, setelah menyelesaikan pendidikan di lembaga pendidikan tinggi seni tersebut.
Satu ijazah dari ISI Denpasar dan satunya lagi dari perguruan tinggi yang menjadi mitra kerja sama, tempat mahasiswa tersebut mengikuti kuliah pertukaran mahasiswa di luar negeri.
Prof Rai menjelaskan, alumnus ISI Denpasar yang memiliki ijazah ganda diharapkan mampu memenangkan persaingan dalam merebut peluang kerja di dalam dan luar negeri.
"Kalau bekerja di Indonesia, ijazah ISI Denpasar yang digunakan, dan kalau bekerja di luar negeri ijazah dari lembaga pendidikan tinggi seni tempatnya kuliah dapat dipergunakan," ujar Prof Rai.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Kerja sama itu juga dirintis dengan lembaga-lembaga internasional termasuk kedutaan besar RI di mancanegara," kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S, MA di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan, kerja sama yang telah terjalin baik selama ini antara lain dengan University of Western Australia (UWA), di mana 22 mahasiswa sekolah tinggi seni itu sempat belajar tiga minggu di ISI Denpasar.
Kerja sama lainnya dengan Asian Culture Cauncil, The Ford Foundation, Japan Foundation, UCLA, University of Hawaii, San Dioga State University Mills Collage, University UPSI of Malaysia, University Japan dan Totyo University of Arts.
Dalam negeri dengan seluruh perguruan tinggi seni yang bernaung di bawah badan kerja sama perguruan tinggi seni Indonesia yang meliputi ISI Yogyakarta, STSI Surakarta, STSI Bandung, STSI Padang Panjang, STKW Surabaya dan Institut Kesenian Jakarta.
Prof Rai menambahkan, melalui kerja sama dengan sejumlah lembaga pendidikan tinggi seni itu mampu meningkatkan wawasan dan memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak dalam meningkatkan proses belajar mengajar.
Dari kerja sama perguruan tinggi antarnegara itu, termasuk diantaranya menyangkut program pertukaran mahasiswa, di mana ISI Denpasar menerima mahasiswa dari mancanegara dan sebaliknya mahasiswa ISI Denpasar belajar ke sejumlah perguruan tinggi di luar negeri selama dua hingga empat semester.
Dengan demikian, menurut Prof Rai, mahasiswa ISI Denpasar yang ikut ambil bagian dalam program pertukaran mahasiswa dengan sejumlah perguruan tinggi seni di mancanegara akan memperoleh dua ijazah, setelah menyelesaikan pendidikan di lembaga pendidikan tinggi seni tersebut.
Satu ijazah dari ISI Denpasar dan satunya lagi dari perguruan tinggi yang menjadi mitra kerja sama, tempat mahasiswa tersebut mengikuti kuliah pertukaran mahasiswa di luar negeri.
Prof Rai menjelaskan, alumnus ISI Denpasar yang memiliki ijazah ganda diharapkan mampu memenangkan persaingan dalam merebut peluang kerja di dalam dan luar negeri.
"Kalau bekerja di Indonesia, ijazah ISI Denpasar yang digunakan, dan kalau bekerja di luar negeri ijazah dari lembaga pendidikan tinggi seni tempatnya kuliah dapat dipergunakan," ujar Prof Rai.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011