Denpasar,  (Antaranews Bali) - Siswa-siswi dari SMPN 2 Semarapura, Kabupaten Klungkung, berupaya "mendobrak" citra tari Joged Bumbung melalui pementasan bertajuk "Cahaya dalam Kegelapan", yang belakangan cenderung didegradasi oleh oknum tak bertanggung jawab.

"Gelapnya tari Joged itu harus ada generasi yang mendobrak keluar dari citra joged yang belakangan dipandang sebagai kesenian porno," kata Pande Nyoman Budiarta, guru mata pelajaran Seni Budaya SMPN 2 Semarapura, di sela-sela pementasan siswanya dalam ajang Bali Mandara Nawanatya di Taman Budaya Denpasar, Jumat malam.

Menggarap penampilan yang bertajuk "Cahaya dalam Kegelapan", lanjut dia, mengisyaratkan sebuah makna terkait mirisnya kondisi kesenian Joged di era global.

Baginya, yang mengemban tanggung jawab untuk mendobrak hal itu adalah generasi muda saat ini. "Generasi muda lah yang menjadi seberkas cahaya yang menerangi dari gelap itu," ujar Budiarta.

Penampilan sarat makna ini berasal dari kombinasi berbagai ekstra kurikuler dan kelas yang berbeda (kelas 7, 8, dan 9 ikut terlibat-red). Meskipun terbentur ujian, namun penampilan yang digarap tetap lah maksimal.

"Karena kami berproses, waktu yang dihabiskan khusus untuk Nawanatya adalah dua bulan dan semua benturan itu (ujian-red) bisa kami atasi dengan mengatur jam latihan," ucapnya.

Turut mengusung Joged, I Gusti Kadiarta selaku bagian kesiswaan dari SMP Negeri 2 Kuta, Kabupaten Badung pun menuturkan bahwa Joged Bumbung yang digarap tak ubah layaknya Joged pada umumnya. "Joged yang kita kenal sebagai hiburan rakyat dan itulah yang kita tampilkan sekarang," ucapnya.

Tak hanya Joged Bumbung, sekolah yang pada tahun 2016 pernah menjadi wakil Bali dalam FL2SN bidang paduan suara ini pun turut unjuk gigi dengan paduan suaranya dengan membawakan lagu Gebyar-Gebyar dan Gita Permata Nusantara.

Tak luput pula tarian maskot sekolah "Panca Sesana" dan Tari Sekar Jepun sebagai maskot Kabupaten Badung turut ditampilkan.

Kedua pria yang sama-sama sebagai tenaga pendidik ini pun memiliki harapan yang serupa. Meskipun agak tersandung pada bagian pendanaan, keduanya tetap mengharap Bali Mandara Nawanatya senantiasa dilanjutkan.

"Harapanya ini agak politis ya, siapapun yang memimpin lanjutkan terus acara seperti ini," ujar Pande Nyoman Budiarta.

Menurut dia, keterlibatan seluruh pihak sangatlah penting dalam mengupayakan keajegan kesenian Bali. "Pemerintah kasih kesempatan, sekolah memanfaatkan, anak-anak berkreativitas," katanya.  (lhs)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018