Fuzhou (Antaranews Bali) - Pengamat studi Indonesia di China Prof Cai Jincheng mengatakan Bali potensial mengembangkan desa wisata membaca karena tidak hanya mengenalkan potensi pariwisata budaya dan pertanian, tetapi juga edukasi kepada masyarakat.

"Wisata membaca itu juga menarik banyak wisatawan," katanya ketika mendampingi awak media Bali mengunjungi Desa Wisata Yue Zhou di Kecamatan Songkou, Fuzhou, Provinsi Fujian, China, Sabtu.

Mantan Ketua Pusat Studi Indonesia di Universitas Guangdong, China, itu mengatakan Indonesia memiliki banyak destinasi wisata, termasuk Bali, yang juga memiliki desa wisata.

Dia menjelaskan desa wisata semacam itu dikembangkan di Desa Yue Zhou, Kecamatan Songkou, Kabupaten Yongtai, Fujian, yang bertransformasi dari desa kurang mampu kini berkembang menjadi destinasi wisata yang menarik wisatawan.

Kecamatan Songkou di Kabupaten Yongtai memiliki 21 kelurahan atau desa dengan total jumlah penduduk mencapai sekitar 32 ribu orang.

Camat Songkou Ye Wen Zhen mengatakan Yue Zhou merupakan desa bersejarah dengan usia lebih dari 1.000 tahun yang memiliki sekitar 1.400 penduduk dengan sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani.

Untuk memasuki desa wisata itu pengunjung tidak dipungut biaya, namun dikenakan biaya jika berminat merasakan pengalaman memetik buah li secara langsung.

Di desa itu, pengunjung dapat menikmati pemandangan perbukitan bambu dan sungai yang mengelilingi desa penghasil buah li, buah manis berbentuk bulat kecil berwarna kuning.

Penghasilan setiap rumah tangga keluarga di desa itu, kata dia, setiap tahun mencapai sekitar 100 ribu Yuan atau setara dengan Rp220 juta dengan kurs satu Yuan mencapai sekitar Rp2.200.

Inovasi ysng dilakukan dalam mendukung potensi itu yakni mengubah salah satu bangunan yang sebelumnya menjadi kantor pembangkit listrik tenaga air di desa itu, kini sedang disulap menjadi perpustakaan dengan desain bergaya anak muda agar menarik pengunjung.

Kawasan itu, kata dia, dikembangkan menjadi inkubator bisnis pertanian dengan menarik 10 perusahaan yang ditujukan khususnya bagi pemuda agar urbanisasi tidak semakin membesar.

Sedangkan salah satu bangunan rumah bergaya klasik milik seorang penyair terkenal bernama Zhang Yuangan disulap menjadi perpustakaan.

Bangunan tua terbuat dari kayu itu masih terawat dengan koleksi lebih dari 400 buku berisi puisi dan karya penulis lain yang dipajang rapi di rak berbahan kaca transparan.

Selain wisatawan keluarga, sebagian besar pengunjung merupakan para pelajar sehingga menjadi wisata edukasi.

Pihaknya juga sedang membangun fasilitas lain, seperti penginapan, restoran dan warung kecil menyerupai zaman dahulu untuk menambah daya tarik dan penghasilan warga.

Camat muda berusia 32 tahun tersebut juga mengaku melakukan restorasi, khususnya sejumlah bangunan bernilai historis di sekitar Songkou, sebagai daya tarik pengunjung.

Pemerintah Provinsi Bali menargetkan hingga tahun 2018 dapat mengembangkan 100 desa wisata tersebar di sembilan kabupaten/kota di daerah itu.

Sejak tahun 2013 hingga pertengahan tahun 2017, sudah lebih dari 60 desa yang difasilitasi untuk menjadi desa wisata di Pulau Dewata itu.

Desa wisata yang telah dikembangkan, tidak hanya mendapatkan bantuan anggaran, tetapi juga pembinaan terkait dengan program Sapta Pesona maupun potensi yang cocok untuk dikembangkan sesuai dengan keunggulan yang dimiliki.(*)

Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018