Jakarta (Antaranews Bali) - Peta informasi lahan pertanian dalam bentuk peta skala 1:50.000 kini telah tersedia online untuk seluruh kabupaten dan kota di Indonesia melalui laman www.sisultan.litbang.pertanian.go.id.
"Kini dengan perkembangan teknologi informasi peta tersebut dapat diakses internet," kata Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Dedi Nursyamsi di Jakarta, Minggu.
Pihaknya mengembangkan peta yang diberi nama sisultan sejak 2013 dengan pembaharuan yang terus-menerus hingga dirilis ke publik sejak 2016.
Ia menjelaskan, sisultan merupakan media untuk menyajikan informasi geospasial pertanian ke masyarakat.
"Proses penelusuran informasi lahan dan pengelolaannya dapat cepat, mudah, dan murah diakses," kata Dedi.
Aplikasi tersebut dapat diakses dengan mudah di www.sisultan.litbang.pertanian.go.id yang terus diperbaharui dari waktu ke waktu.
"Tahun ini semua informasi lahan di semua kabupaten sudah dapat diakses," kata Dedi.
Menurut Dedi, tantangan terbesar pada upaya ini adalah merangkum dan mengharmoniskan data peta yang ada.
"Ini resultan kerja keras para peneliti sumberdaya lahan lintas generasi yang dirangkum dan dianalisis serta disajikan dalam bentuk digital," kata Kepala Bidang Kerja sama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian BBSDLP, Dr. Yiyi Sulaeman.
Ia berharap mulai saat ini masyarakat dapat melihat kondisi dan potensi lahannya secara lebih cepat dengan hanya klik aplikasi di laptop, tablet atau smartphone mereka.
Menurut Kepala Dinas Kabupaten Boalemo, Nurdin, aplikasi seperti ini sangat diperlukan di daerah.
"Kami tak perlu lagi datang ke perpustakaan litbang atau minta dicetak peta hingga berlembar-lembar," kata Nurdin yang juga Dosen Universitas Negeri Gorontalo.
Ia menilai sisultan merupakan bukti keseriusan Balitbangtan mengembangkan aplikasi lahan untuk rakyat telah dibuktikan dengan membangun Laboratorium Informasi Geospasial dan Analisis Sistem (IGAS) yang berlokasi di Bogor.
Laboratorium itu sendiri mempunyai 3 divisi yaitu divisi informasi geospasial untuk membuat peta-peta tematik pertanian, divisi analisis sistem untuk simulasi dan pemodelan, dan divisi sistem informasi yang mengembangkan aplikasi untuk percepatan penyajian informasi ke masyarakat.
Indonesia tercatat membutuh lahan baru 14 juta ha untuk mewujudkan cita-cita menjadi lumbung pangan dunia pada 2045.
Lahan tersebut berupa lahan kering dan lahan rawa yang harus dioptimalkan untuk mencapai kedaulatan pangan seperti yang diamanatkan Nawacita oleh Presiden Jokowi.
Namun pada praktiknya kebutuhan dan sebaran lokasi lahan tersebut selama ini sulit ditentukan secara pasti oleh pengambil kebijakan di pusat dan daerah karena ketiadaan peta-peta lahan pertanian. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Kini dengan perkembangan teknologi informasi peta tersebut dapat diakses internet," kata Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) Dedi Nursyamsi di Jakarta, Minggu.
Pihaknya mengembangkan peta yang diberi nama sisultan sejak 2013 dengan pembaharuan yang terus-menerus hingga dirilis ke publik sejak 2016.
Ia menjelaskan, sisultan merupakan media untuk menyajikan informasi geospasial pertanian ke masyarakat.
"Proses penelusuran informasi lahan dan pengelolaannya dapat cepat, mudah, dan murah diakses," kata Dedi.
Aplikasi tersebut dapat diakses dengan mudah di www.sisultan.litbang.pertanian.go.id yang terus diperbaharui dari waktu ke waktu.
"Tahun ini semua informasi lahan di semua kabupaten sudah dapat diakses," kata Dedi.
Menurut Dedi, tantangan terbesar pada upaya ini adalah merangkum dan mengharmoniskan data peta yang ada.
"Ini resultan kerja keras para peneliti sumberdaya lahan lintas generasi yang dirangkum dan dianalisis serta disajikan dalam bentuk digital," kata Kepala Bidang Kerja sama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian BBSDLP, Dr. Yiyi Sulaeman.
Ia berharap mulai saat ini masyarakat dapat melihat kondisi dan potensi lahannya secara lebih cepat dengan hanya klik aplikasi di laptop, tablet atau smartphone mereka.
Menurut Kepala Dinas Kabupaten Boalemo, Nurdin, aplikasi seperti ini sangat diperlukan di daerah.
"Kami tak perlu lagi datang ke perpustakaan litbang atau minta dicetak peta hingga berlembar-lembar," kata Nurdin yang juga Dosen Universitas Negeri Gorontalo.
Ia menilai sisultan merupakan bukti keseriusan Balitbangtan mengembangkan aplikasi lahan untuk rakyat telah dibuktikan dengan membangun Laboratorium Informasi Geospasial dan Analisis Sistem (IGAS) yang berlokasi di Bogor.
Laboratorium itu sendiri mempunyai 3 divisi yaitu divisi informasi geospasial untuk membuat peta-peta tematik pertanian, divisi analisis sistem untuk simulasi dan pemodelan, dan divisi sistem informasi yang mengembangkan aplikasi untuk percepatan penyajian informasi ke masyarakat.
Indonesia tercatat membutuh lahan baru 14 juta ha untuk mewujudkan cita-cita menjadi lumbung pangan dunia pada 2045.
Lahan tersebut berupa lahan kering dan lahan rawa yang harus dioptimalkan untuk mencapai kedaulatan pangan seperti yang diamanatkan Nawacita oleh Presiden Jokowi.
Namun pada praktiknya kebutuhan dan sebaran lokasi lahan tersebut selama ini sulit ditentukan secara pasti oleh pengambil kebijakan di pusat dan daerah karena ketiadaan peta-peta lahan pertanian. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018