Jakarta (Antaranews Bali) - Indonesia berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan implementasi Industri 4.0. Untuk itu, Presiden Joko Widodo secara resmi meluncurkan Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah peta jalan dan strategi Indonesia memasuki era digital yang sedang berjalan saat ini.

“Dengan mengucap Bismillahirahmannirahim, dengan ini saya meresmikan Industrial Summit 2018 dan peluncuran Making Indonesia 4.0,” kata Presiden Joko Widodo pada acara Peluncuran Making Indonesia 4.0 sebagai bagian rangkaian acara Indonesia Industrial Summit 2018 di Jakarta Convention Center.

Pada kesempatan tersebut, Presiden menyampaikan optimismenya terhadap peluncuran Making Indonesia 4.0 yang akan berdampak positif terhadap Indonesia. “Menurut Mc Kinsey, revolusi industri 4.0 dampaknya akan 3.000 kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama sekitar 200 tahun yang lalu. Saya percaya itu,” kata Presiden Jokowi.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan industri nasional membutuhkan konektivitas serta interaksi melalui teknologi, informasi dan komunikasi yang terintegrasi dan dapat dimanfaatkan di seluruh rantai nilai manufaktur guna mencapai efisiensi dan peningkatan kualitas produk.

Menperin menjelaskan, Making Indonesia 4.0 memberikan arah yang jelas bagi pergerakan industri nasional di masa depan, termasuk fokus pada pengembangan lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan serta menjalankan 10 inisiatif nasional dalam upaya memperkuat struktur perindustrian Indonesia.

“Implementasi Making Indonesia 4.0 yang sukses akan mampu mendorong pertumbuhan PDB riil sebesar 1-2 persen per tahun, sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik dari baseline sebesar 5 persen menjadi 6-7 persen pada periode tahun 2018-2030,” paparnya. 

Dari capaian tersebut, industri manufaktur akan berkontribusi sebesar 21-26 persen terhadap PDB pada tahun 2030.

Selanjutnya, pertumbuhan PDB bakal digerakkan oleh kenaikan signifikan pada ekspor netto, di mana Indonesia diperkirakan mencapai 5-10 persen rasio ekspor netto terhadap PDB pada tahun 2030. 

Selain itu, Making Indonesia 4.0 menjanjikan pembukaan lapangan pekerjaan sebanyak 7-19 juta orang, baik di sektor manufaktur maupun non-manufaktur pada tahun 2030 sebagai akibat dari permintaan ekspor yang lebih besar.

Adapun lima teknologi utama yang menopang implementasi Industri 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing.

Untuk penerapan awal Industri 4.0, Indonesia akan berfokus pada lima sektor manufaktur, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, serta industri elektonik. 

“Sektor ini dipilih setelah melalui evaluasi dampak ekonomi dan kriteria kelayakan implementasi yang mencakup ukuran PDB, perdagangan, potensi dampak terhadap industri lain, besaran investasi, dan kecepatan penetrasi pasar,” terangnya. (WDY)

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018