Denpasar (Antaranews Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakan telah mengeluarkan rekomendasi untuk perluasan apron sebelah barat di Bandar Udara Ngurah Rai dengan cara reklamasi seluas 40 hektare.

"Dari 50 hektare yang rencananya direklamasi untuk perluasan apron, maka mereka sepakat mengurangi 10 hektare, karena 10 hektare itu merupakan kawasan konservasi," kata Pastika, di Denpasar, Senin.

Meskipun pihaknya telah mengeluarkan rekomendasi karena memang perluasan apron sangat diperlukan, namun tetap izinnya dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Menurut Pastika, perluasan apron tersebut tidak saja untuk kepentingan pertemuan IMF dan World Bank pada Oktober 2018, namun juga untuk memenuhi kebutuhan Bali pada tahun-tahun ke depan. "Sekarang pesawat harus muter-muter di atas lama sekali, karena tidak bisa ditampung di bandara," ujarnya.

Setiap harinya, lanjut Pastika, Bandara Ngurah Rai menerima kedatangan wisatawan mancanegara rata-rata sebanyak 17 ribu orang, dan jumlah itu belum termasuk kedatangan wisatawan domestik.

"Belum lagi wilayah Bali bagian selatan ke depannya akan sangat padat, sekarang di jalan tol saja sudah macet," ucap mantan Kapolda Bali itu.

Di sisi lain, kata Pastika, setidaknya untuk lima tahun ke depan, di Bali diperlukan adanya bandara baru karena tidak bisa bertahan hanya dengan satu bandara yakni Bandara Ngurah Rai.

"Kalau membangun Bandara Buleleng (bandara di kawasan Bali utara-red), belum tentu 10 tahun jadi, nggak gampang bikin bandara baru. Minimal lima tahun, bisa-bisa 10 tahun," ucapnya.

Bahkan untuk mempercepat turunnya izin penetapan lokasi (penlok) bandara baru di Bali utara itu, Pastika mengaku sudah bersurat ke Presiden Joko Widodo, di samping menyampaikan secara langsung.

Menurut Pastika, siapapun dari dua investor (PT BIBU dan PT Pembari-red) yang nantinya dipilih oleh Kementerian Perhubungan untuk membangun Bandara Buleleng, pihaknya tidak bermasalah.

"Silakan mau yang mana saja, bagi saya tidak masalah. Itu harus dikontes oleh Kemenhub karena mereka mengerti secara teknis. Jika kita bilang ini bagus, padahal tidak cocok secara teknis," katanya. (WDY)

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018