Denpasar (Antaranews Bali) - Bali menghasilkan devisa dari ekspor aneka jenis pakaian jadi bukan rajutan sebesar 6,11 juta dolar AS selama bulan Desember 2017, meningkat 985.758 dolar AS atau 19,22 persen dibanding dengan bulan sebelumnya (November 2017) yang tercatat 5,12 juta dolar AS.
"Demikian pula dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 928.030 dolar AS atau 17,89 persen, karena pengapalan aneka jenis pakaian hasil usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga pada Desember 2016 hanya menghasilkan 5,18 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali itu mampu memberikan kontribusi sebesar 12,95 persen dari total nilai ekspor Bali sebesar 47,22 juta dolar AS selama bulan Desember 2017, meningkat 1,32 juta dolar AS atau 2,88 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 45,90 juta dolar AS.
Demikian pula total nilai ekspor Bali dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 5,81 juta dolar AS atau 14,03 persen, karena bulan Desember 2016 hanya menghasilkan 41,41 juta dolar AS.
Adi Nugroho menambahkan, busana untuk pria dan wanita dalam berbagai jenis rancang bangun (disain) hasil sentuhan tangan-tangan terampil wanita Bali itu paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yakni 28,72 persen, menyusul Australia 15,67 persen dan Singapura 11,67 persen.
Selain itu juga menembus pasaran Perancis 2,41 persen, Jerman 2,58 persen, Thailand 2,35 persen, Hong Kong 2,68 persen, Jepang 1,17 persen dan China 0,51 persen.
Sisanya 32,18 persen diserap berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena aneka jenis busana itu sangat disenangi masyarakat mancanegara dengan harga yang terjangkau.
Aneka jenis busana tersebut diproduksi secara manual, bukan produksi pabrik itu dikombinasikan dengan manik-manik sehingga menjadi unik dan menarik bagi konsumen, ujar Adi Nugroho.
Ni Made Wardani, seorang pengusaha eksportir pakaian menambahkan, pakaian buatan masyarakat Bali dengan rancangan yang unik dan menarik serta dikombinasikan dengan manik-manik cukup laku diekspor ke luar negeri.
Namun jumlahnya tidak secerah tahun 1990-an saat itu perdagangan pakaian Bali ke mancanegara sangat ramai, namun sekarang jumlahnya sangat merosot, di samping mendapatkan persaingan yang begitu ketat dari produksi China.
Pakaian Bali terutama yang dibuat dan diisi dengan manik-manik (monte) dan bordiran diproduksi secara manual memiliki nilai seni lebih apalagi rancangannya disesuaikan dengan perkembangan mode di negara tujuan ekspor yang dipadukan dengan muatan lokal, ujar Wardani. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018
"Demikian pula dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 928.030 dolar AS atau 17,89 persen, karena pengapalan aneka jenis pakaian hasil usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga pada Desember 2016 hanya menghasilkan 5,18 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan, hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali itu mampu memberikan kontribusi sebesar 12,95 persen dari total nilai ekspor Bali sebesar 47,22 juta dolar AS selama bulan Desember 2017, meningkat 1,32 juta dolar AS atau 2,88 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 45,90 juta dolar AS.
Demikian pula total nilai ekspor Bali dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 5,81 juta dolar AS atau 14,03 persen, karena bulan Desember 2016 hanya menghasilkan 41,41 juta dolar AS.
Adi Nugroho menambahkan, busana untuk pria dan wanita dalam berbagai jenis rancang bangun (disain) hasil sentuhan tangan-tangan terampil wanita Bali itu paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yakni 28,72 persen, menyusul Australia 15,67 persen dan Singapura 11,67 persen.
Selain itu juga menembus pasaran Perancis 2,41 persen, Jerman 2,58 persen, Thailand 2,35 persen, Hong Kong 2,68 persen, Jepang 1,17 persen dan China 0,51 persen.
Sisanya 32,18 persen diserap berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena aneka jenis busana itu sangat disenangi masyarakat mancanegara dengan harga yang terjangkau.
Aneka jenis busana tersebut diproduksi secara manual, bukan produksi pabrik itu dikombinasikan dengan manik-manik sehingga menjadi unik dan menarik bagi konsumen, ujar Adi Nugroho.
Ni Made Wardani, seorang pengusaha eksportir pakaian menambahkan, pakaian buatan masyarakat Bali dengan rancangan yang unik dan menarik serta dikombinasikan dengan manik-manik cukup laku diekspor ke luar negeri.
Namun jumlahnya tidak secerah tahun 1990-an saat itu perdagangan pakaian Bali ke mancanegara sangat ramai, namun sekarang jumlahnya sangat merosot, di samping mendapatkan persaingan yang begitu ketat dari produksi China.
Pakaian Bali terutama yang dibuat dan diisi dengan manik-manik (monte) dan bordiran diproduksi secara manual memiliki nilai seni lebih apalagi rancangannya disesuaikan dengan perkembangan mode di negara tujuan ekspor yang dipadukan dengan muatan lokal, ujar Wardani. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2018