Jakarta (Antaranews Bali) - Riset terbaru menemukan bahwa memasukkan tomat
dan apel dalam menu makanan dapat membantu memperbaiki kerusakan
paru-paru pada bekas perokok.
Dilansir dari Independent, studi itu mengungkapkan orang dewasa yang makan dua tomat dan lebih dari tiga porsi apel sehari menunjukkan penurunan fungsi paru-paru yang lebih lambat ketimbang mereka yang makan kurang dari satu apel dan satu tomat tiap hari.
Meski demikian, efeknya hanya muncul bila yang disantap adalah buah segar, artinya tomat atau apel kalengan dan yang sudah diproses tidak bermanfaat.
Studi dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health meneliti menu makanan dan fungsi paru-paru pada lebih dari 650 orang dewasa pada 2002, kemudian tes yang sama diulangi lagi pada partisipan sepuluh tahun kemudian.
Partisipan yang berasal dari Jerman, Norwegia dan Inggris itu juga mengisi kuesioner tentang pola makan dan asupan nutrisi, juga spirometri, prosedur untuk mengukur kapasitas paru-paru mengambil oksigen.
Faktor lain seperti usia, tinggi badan, jenis kelamin, indeks massa tubuh, status sosial-ekonomi, aktivitas fisik dan total asupan energi juga menjadi pertimbangan.
Yang menarik, penemuan yang diterbitkan di European Respiratory Journal edisi Desember itu menemukan bahwa hubungan antara menu makan dengan fungsi paru-paru terlihat lebih jelas pada bekas perokok. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Dilansir dari Independent, studi itu mengungkapkan orang dewasa yang makan dua tomat dan lebih dari tiga porsi apel sehari menunjukkan penurunan fungsi paru-paru yang lebih lambat ketimbang mereka yang makan kurang dari satu apel dan satu tomat tiap hari.
Meski demikian, efeknya hanya muncul bila yang disantap adalah buah segar, artinya tomat atau apel kalengan dan yang sudah diproses tidak bermanfaat.
Studi dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health meneliti menu makanan dan fungsi paru-paru pada lebih dari 650 orang dewasa pada 2002, kemudian tes yang sama diulangi lagi pada partisipan sepuluh tahun kemudian.
Partisipan yang berasal dari Jerman, Norwegia dan Inggris itu juga mengisi kuesioner tentang pola makan dan asupan nutrisi, juga spirometri, prosedur untuk mengukur kapasitas paru-paru mengambil oksigen.
Faktor lain seperti usia, tinggi badan, jenis kelamin, indeks massa tubuh, status sosial-ekonomi, aktivitas fisik dan total asupan energi juga menjadi pertimbangan.
Yang menarik, penemuan yang diterbitkan di European Respiratory Journal edisi Desember itu menemukan bahwa hubungan antara menu makan dengan fungsi paru-paru terlihat lebih jelas pada bekas perokok. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017