Gianyar (Antara Bali) - Kuliner ayam panggang "sambal matah" atau sambal mentah yang dihidangkan oleh Desak Nyoman Santhi di Warung Santhi di sisi barat Puri Agung Gianyar, Kota Gianyar, Bali, semakin diburu oleh wisatawan lokal, domestik maupun turis asing.
"Dalam sehari kami menerima kunjungan sampai ratusan tamu, baik wisatawan asing, lokal maupun domestik yang hilir-mudik datang bergantian," kata Desak Nyoman Santhi, pemilik Warung Santhi ketika ditemui di warungnya, Minggu.
Ia mengaku warungnya yang buka sejak pukul 07.00 sampai 16.00 Wita itu, setiap harinya menghabiskan 30 ekor ayam kampung guna memenuhi permintaan konsumen yang terus berdatangan.
"Kami telah membuka warung itu sejak 10 tahun yang lalu, sehingga semakin dikenal dari mulut ke mulut, termasuk oleh kalangan pemandu wisata yang sering membawa tamu ke sini," katanya.
Pada awalnya, warung itu dirancang sangat sederhana, dan sampai saat ini kesederhanaan tersebut masih nampak karena kondisi warung masih tetap seperti sejak baru didirikan.
"Kami tak mementingkan membangun tempat baru, yang penting bersih saja. Kami mengutamakan masakan yang akan disajikan, karena semakin lezat makanannya pasti akan diburu pembeli," jelasnya.
Impian itu, kata dia, bisa terwujud, yakni ayam panggang sambal matah yang merupakan masakan tradisional Bali hasil karyanya banyak diburu konsumen.
Sambal matah itu terbuat dari ramuan rempah-rempah seperti bawang merah yang diiris tipis-tipis, cabai, ditambah terasi dan lumuran minyak kelapa asli atau khas tradisional Bali.
"Setelah rempah-rempah diiris dan diulek, tanpa digoreng hanya di campur minyak kepala seadanya langsung dihidangkan bersama daging ayam panggang tersebut," ujar Desak Nyoman Santhi.
Konsep sederhana masakan ayam panggang sambal matah itu, menurut para pembeli, terasa enak ketika dikunyah.
"Supaya konsumen tak bosan, ayam panggang itu kami hidangkan dengan sisitan daging ayam betutu disertai kaldu ramuan khas masakan Bali," ujarnya.
Khusus untuk ayamnya sendiri, kara Santhi, juga merupakan daging pilihan.
"Harus benar-benar daging ayam kampung. Dagingnya terasa kenyal namun mudah dikunyah, yang terasa jauh lebih enak dibandingkan menggunakan daging ayam ras," katanya.
Ayam panggang hasil garapan Desak Nyoman Santhi yang berasal dari Banjar Teges, Kelurahan/Kabupaten Gianyar itu dijual dengan harga Rp15.000 per porsi. "Harga itu belum termasuk minumannya," katanya menjelaskan.
Pada hari biasa, Warung Santhi rata-rata menghabiskan sekitar 30 ekor ayam, namun pada hari raya atau hari libur pesanan daging ayam panggang serta betutu bisa 200 ekor.
Selain wisatawan asing, domestik maupun lokal, para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gianyar juga kerap kali memesan, tambah Santhi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Dalam sehari kami menerima kunjungan sampai ratusan tamu, baik wisatawan asing, lokal maupun domestik yang hilir-mudik datang bergantian," kata Desak Nyoman Santhi, pemilik Warung Santhi ketika ditemui di warungnya, Minggu.
Ia mengaku warungnya yang buka sejak pukul 07.00 sampai 16.00 Wita itu, setiap harinya menghabiskan 30 ekor ayam kampung guna memenuhi permintaan konsumen yang terus berdatangan.
"Kami telah membuka warung itu sejak 10 tahun yang lalu, sehingga semakin dikenal dari mulut ke mulut, termasuk oleh kalangan pemandu wisata yang sering membawa tamu ke sini," katanya.
Pada awalnya, warung itu dirancang sangat sederhana, dan sampai saat ini kesederhanaan tersebut masih nampak karena kondisi warung masih tetap seperti sejak baru didirikan.
"Kami tak mementingkan membangun tempat baru, yang penting bersih saja. Kami mengutamakan masakan yang akan disajikan, karena semakin lezat makanannya pasti akan diburu pembeli," jelasnya.
Impian itu, kata dia, bisa terwujud, yakni ayam panggang sambal matah yang merupakan masakan tradisional Bali hasil karyanya banyak diburu konsumen.
Sambal matah itu terbuat dari ramuan rempah-rempah seperti bawang merah yang diiris tipis-tipis, cabai, ditambah terasi dan lumuran minyak kelapa asli atau khas tradisional Bali.
"Setelah rempah-rempah diiris dan diulek, tanpa digoreng hanya di campur minyak kepala seadanya langsung dihidangkan bersama daging ayam panggang tersebut," ujar Desak Nyoman Santhi.
Konsep sederhana masakan ayam panggang sambal matah itu, menurut para pembeli, terasa enak ketika dikunyah.
"Supaya konsumen tak bosan, ayam panggang itu kami hidangkan dengan sisitan daging ayam betutu disertai kaldu ramuan khas masakan Bali," ujarnya.
Khusus untuk ayamnya sendiri, kara Santhi, juga merupakan daging pilihan.
"Harus benar-benar daging ayam kampung. Dagingnya terasa kenyal namun mudah dikunyah, yang terasa jauh lebih enak dibandingkan menggunakan daging ayam ras," katanya.
Ayam panggang hasil garapan Desak Nyoman Santhi yang berasal dari Banjar Teges, Kelurahan/Kabupaten Gianyar itu dijual dengan harga Rp15.000 per porsi. "Harga itu belum termasuk minumannya," katanya menjelaskan.
Pada hari biasa, Warung Santhi rata-rata menghabiskan sekitar 30 ekor ayam, namun pada hari raya atau hari libur pesanan daging ayam panggang serta betutu bisa 200 ekor.
Selain wisatawan asing, domestik maupun lokal, para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Gianyar juga kerap kali memesan, tambah Santhi.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011