Semarapura (Antara Bali) - Menjelang Hari Raya Galungan yang jatuh pada 5-7 Juli mendatang, harga bunga terutama jenis pacar galuh di pasaran Kabupaten Klungkung, Bali, kini mulai merambah naik.

"Kenaikan harga bunga sejak beberapa hari ini merupakan dambaan kami sebagai petani. Masalahnya, harga bunga sebelumnya sempat terperosok jatuh," kata I Gusti Putu Kota, salah seorang petani bunga di Banjar Celepik, Desa Tojan, Kecamatan Semarapura, Selasa.

Ia menyebutkan, pada hari biasa harga bunga pacar galuh hanya Rp500 per kilogram, namun saat ini sudah mencapai Rp5 ribu per kilogram.

Kenaikan itu, kata dia, biasa terjadi menjelang tibanya Hari Raya Galungan yang berlangsung setiap tujuh bulan sekali atau enam bulan pada penangggalan Bali.

"Biasanya, tiga hari menjelang hari raya besar umat Hindu itu, harga bunga bisa mencapai Rp12 ribu per kilogramnya," ujarnya.

Dikatakan, para petani bunga di daerahnya memanen bunga jenis pacar galuh setiap dua hari sekali.

"Kalau tiap hari dipetik, bunya belum mekar betul," ujarnya menjelaskan.

Putu Kota sendiri mengaku bertanam bunga tidak setiap musim, namun hanya sebagai selingan tanaman padi saja.

Sebenarnya, jelas dia, kalau harga bunga bisa bertahan antara Rp5.000 sampai Rp10 ribu perkilogramnya, petani akan lebih diuntungkan ketimbang harus menanam padi.

"Hanya saja, harga bunga selalu tidak stabil, hingga tak jarang membuat petani bunga harus merugi. Inilah yang membuat para petani tak berani total menanam bunga," jelasnya.

Ia mengatakan, untuk menanam bunga pacar galuh, petani memerlukan waktu 60 hari untuk menunggu hasil panen.

"Agar tenaman bagus, petani juga memupuk tanaman tersebut sebenyak tiga kali," ucapnya.

Menurut dia, saat akan mulai menanam, petani menebar pupuk petroganik, dan begitu tanaman tumbuh muda, dipupuk dengan urea.

Sementara saat sudah berbunga, dipupuk mempergunakan phonska. "Bahkan untuk phonska dipupuk sempai lima kali setiap bulan, yakni sehabis bunga dipetik," ujarnya.

Pupuk sendiri, kata dia, tidak menjadi kendala buat para petani, karena mudah mendapatkannya di subak, yakni organisasi pertanian tradisional di Bali.

Untuk pupuk urea, harganya Rp87 per zak (50kg), sementara phonska Rp100 ribu dan petroganik Rp15 ribu per zak.

Putu Kota sendiri mengaku hanya menanam satu jenis, yakni bunga pacar galuh sebagai selingan tanaman padi.

Sementara untuk bunga kemitir, dia mengaku jarang tananamnya, karena akarnya keras. "Akar keras mengakibatkan sawah menjadi kering dan merusak kesuburan tanah," jelasnya.

Sementara kalau tanaman pacar galuh tidak masalah, bahkan begitu tua tanaman tersebut bisa langsung dijadikan pupuk dicampur langsung ke dalam gemburan tanah, katanya.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011