Karangasem (Antara Bali) - Pesawat tanpa awak atau "drone" yang dikerahkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) gagal mencapai puncak Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, untuk memantau kawah karena jatuh dan menghantam jembatan
BNPB, PVMBG dan tim pengendali jarak jauh mencoba menerbangkan pesawat mini tanpa awak jenis Koax 3.0 itu di Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Kamis, yang termasuk kawasan rawan bencana.
Tim menerbangkan "drone" sekitar pukul 15.00 Wita pada upaya kedua, namun pesawat mini itu jatuh menukik sesaat setelah lepas landas dan menabrak jembatan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho ketika dikonfirmasi mengatakan "drone" itu jatuh karena saat lepas landas terkena batu krikil dan tidak mendapat kecepatan udara yang sempurna.
"Landasan banyak kerikil kurang ideal untuk lepas landas. Kecapatan saat lepas landas di bawah 60 kilometer per jam," ucapnya.
Rencananya misi pemantauan kawah Gunung Agung akan tetap dilakukan dengan menggunakan "drone" yang lain bernama Tawon V tail 1.8.
Sebelumnya tim telah menerbangkan "drone" pada Rabu (11/10) di lokasi yang sama namun kamera pada pesawat tanpa awak itu tidak normal pada ketinggian 1.800 meter sehingga drone mendarat kembali.
Saat itu, lanjut dia, "drone" tidak ada masalah dan normal dengan kemampuan jelajah hingga ketinggian 3.200 meter.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bekerja sama dengan BNPB ingin memetakan kondisi kawah Gunung Agung melalui udara termasuk warna asap yang keluar dari kawah gunungapi itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
BNPB, PVMBG dan tim pengendali jarak jauh mencoba menerbangkan pesawat mini tanpa awak jenis Koax 3.0 itu di Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Kamis, yang termasuk kawasan rawan bencana.
Tim menerbangkan "drone" sekitar pukul 15.00 Wita pada upaya kedua, namun pesawat mini itu jatuh menukik sesaat setelah lepas landas dan menabrak jembatan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho ketika dikonfirmasi mengatakan "drone" itu jatuh karena saat lepas landas terkena batu krikil dan tidak mendapat kecepatan udara yang sempurna.
"Landasan banyak kerikil kurang ideal untuk lepas landas. Kecapatan saat lepas landas di bawah 60 kilometer per jam," ucapnya.
Rencananya misi pemantauan kawah Gunung Agung akan tetap dilakukan dengan menggunakan "drone" yang lain bernama Tawon V tail 1.8.
Sebelumnya tim telah menerbangkan "drone" pada Rabu (11/10) di lokasi yang sama namun kamera pada pesawat tanpa awak itu tidak normal pada ketinggian 1.800 meter sehingga drone mendarat kembali.
Saat itu, lanjut dia, "drone" tidak ada masalah dan normal dengan kemampuan jelajah hingga ketinggian 3.200 meter.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bekerja sama dengan BNPB ingin memetakan kondisi kawah Gunung Agung melalui udara termasuk warna asap yang keluar dari kawah gunungapi itu. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017