Denpasar (Antara Bali) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM meningkatkan status Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali, dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas), mulai Jumat (22/9) malam.

Dengan peningkatan status itu maka wilayah steril yang semula radius enam kilometer dari puncak gunung diperluas menjadi sembilan kilometer, serta ditambah perluasan wilayah sektoral yang semula 7,5 kilometer menjadi 12 kilometer ke arah utara, timur laut, tenggara, dan selatan-baratdaya.

Dengan demikian seluruh desa di lereng gunung yang berbahaya itu telah dikosongkan dan masyarakatnya dievakuasi sejak Jumat (22/9), pukul 20.30 Wita.

Selain itu, tutur Kepala PVMBG Kasbani, tidak boleh ada wisatawan atau aktivitas masyarakat di dalam radius yang telah ditetapkan itu, guna mengantisipasi hal-hal terburuk yang kemungkinan bisa terjadi.

Bersamaan dengan peningkatan status gunung berapi dengan ketinggian 3.143 meter di atas permukaan air laut tersebut, Pemerintah Kabupaten Karangasem, melalui Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga setempat sejak Jumat (22/9) pagi juga telah menghentikan proses belajar mengajar di 36 sekolah di enam desa yang masuk daerah rawan bencana atau terdampak dari kemungkinan erupsi.

"Menghentikan sementara proses belajar mengajar hingga dalam batas waktu yang tidak ditentukan," ujar Kepala Disdikpora Karangsem I Gusti Ngurah Kartika.

Sejak peningkatan status, arus pengungsi terus mengalir ke berbagai tempat yang aman di Kabupaten Karangasem serta enam kabupaten terdekat, yakni Buleleng, Klungkung, Bangli, Gianyar, Tabanan, dan Kota Denpasar hingga Jumat (22/9) malam, mencapai 12.448 jiwa.

Sekolah yang dihentikan proses belajar mengajarnya itu, sebagian besar sekolah dasar tersebar di enam desa dan satu unit SMP. Para murid dan siswa ditempat pengungsian dapat mengikuti proses belajar mengajar di sekolah terdepat.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga telah menginstruksikan bahwa sekolah di tempat pengungsian jika tidak mampu menampung murid dapat menerapkan kelas ganda.

Dengan demikian, anak-anak sekolah di tempat pengungsian tetap dapat melaksanakan proses belajar mengajar.

Sekolah yang dihentikan aktivitas proses belajar mengajar itu, di Desa Ban, Kecamatan Kubu delapan unit, Desa Buana Giri, Bebandem tujuh unit, Desa Jungutan, Bebandem enam unit, Desa Besakih, Kecamatan Rendang enam unit, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu empat unit, dan Desa Sebudi, Kecamatan Selat empat unit.

Lakukan Koordinasi

Kartika menjelaskan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan kepala sekolah di sekitar tempat penampungan sementara untuk menerima murid yang mengungsi dengan menggunakan kelas ganda.

Siswa dari kalangan pengungsi agar datang ke sekolah terdekat tempat tinggalnya sementara, meskipun tanpa mengenakan seragam sekolah atau tidak membawa buku.

Di hadapan anak-anak dan keluarga yang mengungsi di Balai Banjar Sanggam, Desa Sangkan Gunung, Kecamatan Sideman, ia mengungkapkan sedapat mungkin mengupayakan agar tidak ada siswa yang terbengkalai kelangsungan pendidikannya, mengingat mereka yang Kelas VI SD dan Kelas IX SMP segera akan menghadapi ujian.

Meskipun secara resmi 36 sekolah itu ditutup, sebenarnya sejak Selasa (19/9) sudah tidak melakukan proses belajar mengajar dengan baik akibat terganggunya aktivitas kegempaan Gunung Agung makin meningkat.

Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra yang leluhurnya (Prof. Dr Ida Bagus Mantra, mantan Gubernur Bali) dari Karangasem meninjau warga lereng Gunung Agung di tempat pengungsian di kawasan Sanur, Denpasar.

Ia menginstruksikan organisasi perangkat daerah (OPD) di Kota Denpasar untuk mengupayakan tempat pengungsian yang layak dan representatif dan bisa tinggal sampai kondisi di daerahnya dinyatakan aman.

Selain itu menyediakan tempat yang memadai, mengantisipasi kemungkinan bertambahnya pengungsi. Untuk itu, para perbekel (kepala desa) dan lurah agar mendata secara akurat keberadaan para pengungsi.

Rai Mantra yang disebut-sebut sebagai bakal calon Gubernur Bali periode 2018-2023 itu, menginstruksikan kepada kepala dinas terkait untuk menyiapkan pasar lelang hewan agar harga jual hewan milik pengungsi tersebut tetap stabil dan terjaga kesehatannya.

Namun yang paling mendesak dilakukan pendataan para pengungsi, terutama mereka yang masih balita dan anak-anak.

Jika bencana ini melebihi seminggu, pihaknya juga mengoordinasikan dengan sekolah terdekat dan dinas terkait untuk membantu sementara pelaksanaan pendidikan anak-anak.

Ida Bagus Rai Dharmawijaya juga membuka pos bantuan kemanusiaan bencana alam Gunung Agung di Kantor Lurah Sanur di bawah Koordinasi BPBD Kota Denpasar untuk menampung bantuan dari masyarakat.

Pengungsi dari Karangasem ke Kota Denpasar tersebar di empat lokasi di kawasan Sanur, yakni di Jalan Sekuta Gang Harum tercatat 34 kepala keluarga (KK), di Sanur Kauh 110 orang, di Jalan Batur Sari 18 KK, serta di Gang Tunjung Sari 15 KK.

Menurut Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Denpasar Made Prapta, masyarakat lereng Gunung Agung mengungsi secara mandiri, sedangkan Pemkot Denpasar telah menyiapkan tempat yang layak, bantuan pemeriksaan kesehatan, dan paket sembako.

Seorang pengungsi, Ketut Numpek (42), asal Banjar Bantas, Desa Baturingit, Kecamatan Kubu, Karangasem mengucapkan terima kasih kepada Wali Kota Rai Mantra beserta jajaran atas bantuan yang sudah diberikan.

"Semoga situasi ini cepat nomal seperti sedia kala sehingga kami bisa kembali beraktivitas sebagai mana mestinya di desa kami," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017