Denpasar (Antara Bali) - Gunung Agung, salah satu dari tiga gunung di Bali yang memiliki ketinggian 3.143 meter di atas permukaan laut kini statusnya meningkat dari waspada menjadi siaga dan berbagai upaya dan antisipasi telah dilakukan.

TNI-Polri dan seluruh instansi terkait Pemerintah Provinsi Bali, Pemkab Karangasem dan daerah tetangga secara berbaur telah membangun tempat pengungsian.

Namun demikian wisatawan mancanegara yang sedang menikmati liburan di Bali sama sekali tidak terpengaruh oleh meningkatnya aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Agung yang meningkat, karena jaraknya sekitar 85 kilometer timur Denpasar.

Demikian pula masyarakat, terutama yang bermukim di sekitar lereng Gunung Agung agar tidak panik karena kepanikan itu justru akan membuat masyarakat terhanyut dengan berita tidak jelas.

Bahkan, Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyatakan, meningkatnya aktivitas gunung api itu tidak akan mengganggu kegiatan wisatawan dalam dan luar negeri saat menikmati liburan di Pulau Dewata, karena jika terjadi kondisi terburuk daerah terdampak sejauh sepuluh kilometer.

Ia pun berbaur dengan masyarakat melaksanakan kegiatan ritual "Panglempana" di kawasan Pura Besakih untuk memohon Kepada Tuhan Yang Maha Esa agar Gunung Agung tidak meletus dan masyarakat diberikan keselamatan.

Masyarakat atau siapaun diminta untuk tidak memukul "kulkul bulus" atau kentongan tanda bahaya sebelum ada informasi yang jelas dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengingatkan, masyarakat di sekitar kawasan Gunung Agung agar mendengarkan informasi perkembangan status vulkanik dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Menurut Mangku Pastika pemerintah sudah siap dengan segala kemungkinan yang terjadi dan apa saja yang harus dilakukan untuk menekan sekecil mungkin dampak jika situasi buruk itu harus terjadi.

Mantan Kapolda Bali itu didampingi pimpinan instansi terkait, Kamis (21/9) berkeliling untuk mengecek kembali kesiapan dan memantau perkembangan aktivitas Gunung Agung karena ada aspek keilmuan yang patut dijadikan acuan.

Selain itu telah mengintruksikan kepada seluruh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten/Kota di Bali untuk membantu kesiapan logistik dan sejauh ini semuanya sudah dipersiapkan untuk mengantisipasi kemungkinan 50 ribu jiwa masyarakat yang mungkin terdampak dalam radius enam kilometer dari Gunung Agung.

Tanggap informasi

Sementara itu Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Bali Cokorda Oka Artha Ardana Sukawati mengatakan, pihaknya tanggap memberikan informasi yang akurat tentang perkembangan aktivitas Gunung Agung kepada "buyer" dan agen di luar negeri.

Demikian pula kepada pelaku pariwisata untuk setiap saat memperbaharui informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi tentang perkembangan Gunung Agung yang terbaru.

Untuk itu PHRI telah menjalin komunikasi dengan aparat terkait salah satunya pengelola Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Penerbangan merupakan salah satu akses utama kedatangan wisatawan yang terdampak jika aktivitas gunungapi tidak stabil dan menyemburkan abu vulkanik.

Hal itu akan terganggu karena wisatawan tidak jadi datang manakala bandara tutup karena terdampak abu vulkanik. Hingga saat ini penerbangan Bandara Ngurah Rai berjalan lancar seperti biasa, tidak ada pembatalan kedatangan maupun penundaan yang disampaikan pelanggan mancanegara, sehubungan status Gunung Agung naik menjadi siaga.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Arie Ahsanurrohim, bahwa aktivitas penerbangan hingga saat ini normal, untuk jalur penerbangan mancanegara maupun domestik.

Meskipun demikian pihaknya tetap menjalin koordinasi intensif dengan BMKG hingga maskapai penerbangan menyikapi peningkatan aktivitas gunung api setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu.

Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso penerbangan Bandara Ngurah Rai masih aman dalam status siaga.

Imbauan kepada pelaku penerbangan hingga kini belum dikeluarkan karena belum ada tanda-tanda semburan abu vulkanik, meskipun terjadi peningkatan aktivitas.

setiap bandara di Indonesia memiliki rencana tersendiri jika menghadapi bencana alam di antaranya penanganan calon penumpang apabila mereka tidak bisa berangkat karena faktor alam.

"Kalau rencana semua bandara punya dan jika terjadi kondisi krusial kami sudah siap bagaimana menanganinya tetapi kami tidak mengharap itu terjadi," ujar Agus Santoso.

Sementara Ketua Asosiasi General Manajer Hotel Indonesia (IHGMA) Bali Nyoman Astama menjelaskan, pelaku pariwisata telah melakukan pendekatan kepada wisatawan domestik dan mancanegara untuk menyosialisasikan mitigasi yang dilakukan pemerintah menyusul meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Agung.

Sosialisasi itu dinilai sangat penting agar pelancong mendapatkan informasi sehingga tidak terjadi kepanikan. Komunikasi intensif juga dilakukan dengan pelanggan dari agen perjalanan wisata luar negeri termasuk wisatawan asing yang akan ke Bali bahwa pariwisata masih berjalan seperti biasa.

Dengan demikian level siaga Gunung Agung tidak membuat wisatawan khususnya mancanegara membatalkan atau menjadwal ulang kedatangannya ke Pulau Dewata.  (WDY)

-----------
*) Penulis (keduanya) adalah wartawan LKBN Antara Biro Bali.

Pewarta: Dewa Wiguna dan I Ketut Sutika *)

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017