Denpasar (Antara Bali) - PT Maybank Indonesia Tbk mengharapkan kebijakan penurunan suku bunga acuan dapat menjadi insentif sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional mengantisipasi kinerja sejumlah sektor usaha yang tumbuh melambat.
"Kami tetap selektif, mudah-mudahan apa yang dilakukan pemerintah dengan menurunkan suku bunga bisa memberikan insentif agar ekonomi bisa bertumbuh," kata Direktur Maybank Indonesia, Eri Budiono di sela-sela "Maybank Bali Marathon", di Kabupaten Gianyar, Minggu (27/8).
Menurut Eri, perlambatan tersebut ditunjukkan dengan penurunan kredit kepada komunitas atau "Community Financial Services" (CFS) ritel yang turun 6,4 persen menjadi Rp42,5 triliun pada Juni 2017 karena diprediksi melambatnya daya beli konsumen.
Di sisi lain realisasi untuk pembiayaan sektor UKM dan "business banking" tumbuh dua persen menjadi Rp50,1 triliun. Eri lebih lanjut menjelaskan tingkat kredit bermasalah atau "NPL" terjaga pada 3,6 persen gross dan net 2,4 persen per Juni 2017 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pihaknya juga membukukan biaya provisi 15,7 persen lebih rendah yaitu sebesar Rp835,8 miliar pada Juni 2017 dibandingkan Rp991,1 miliar pada Juni 2016.
Eri mengatakan Maybank memiliki laba bersih setelah pajak dan kepentingan nonpengendali meningkat 16,3 persen menjadi Rp998,5 miliar pada semester pertama 2017 dari Rp858,4 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan bunga bersih (NII) meningkat tujuh persen menjadi Rp3,8 triliun pada semester pertama 2017 dari Rp3,6 triliun pada semester pertama 2016.
Pertumbuhan NII, kata dia, terutama disebabkan oleh kedisiplinan bank dalam melakukan "pricing" kredit dan pengelolaan dana secara aktif.
Sementara itu pendapatan nonbunga bank meningkat 9,1 persen dari Rp1,3 triliun pada Juni 2016 menjadi Rp1,5 triliun pada Juni 2017 yang didongkrak oleh produk "bancassurance, loan recovery", remitan dan layanan lainnya.
Bank juga mencatat pertumbuhan simpanan atau dana pihak ketiga (DPK) nasabah mencapai lima persen dari Rp114,1 triliun pada semester pertama 2016 menjadi Rp119,8 triliun pada semester pertama 2017 dengan rasio seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana atau LDR bank mencapai 86,7 persen, angka yang masih dianggap cukup sehat.
Meskipun demikian pihaknya tetap berhati-hati dengan kualitas kredit sehubungan bisnis masih terkena dampak perlambatan ekonomi.
Beberapa waktu lalu Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI "seven days Repo Rate" sebesar 25 basis poin dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen.(*/DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Kami tetap selektif, mudah-mudahan apa yang dilakukan pemerintah dengan menurunkan suku bunga bisa memberikan insentif agar ekonomi bisa bertumbuh," kata Direktur Maybank Indonesia, Eri Budiono di sela-sela "Maybank Bali Marathon", di Kabupaten Gianyar, Minggu (27/8).
Menurut Eri, perlambatan tersebut ditunjukkan dengan penurunan kredit kepada komunitas atau "Community Financial Services" (CFS) ritel yang turun 6,4 persen menjadi Rp42,5 triliun pada Juni 2017 karena diprediksi melambatnya daya beli konsumen.
Di sisi lain realisasi untuk pembiayaan sektor UKM dan "business banking" tumbuh dua persen menjadi Rp50,1 triliun. Eri lebih lanjut menjelaskan tingkat kredit bermasalah atau "NPL" terjaga pada 3,6 persen gross dan net 2,4 persen per Juni 2017 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pihaknya juga membukukan biaya provisi 15,7 persen lebih rendah yaitu sebesar Rp835,8 miliar pada Juni 2017 dibandingkan Rp991,1 miliar pada Juni 2016.
Eri mengatakan Maybank memiliki laba bersih setelah pajak dan kepentingan nonpengendali meningkat 16,3 persen menjadi Rp998,5 miliar pada semester pertama 2017 dari Rp858,4 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan bunga bersih (NII) meningkat tujuh persen menjadi Rp3,8 triliun pada semester pertama 2017 dari Rp3,6 triliun pada semester pertama 2016.
Pertumbuhan NII, kata dia, terutama disebabkan oleh kedisiplinan bank dalam melakukan "pricing" kredit dan pengelolaan dana secara aktif.
Sementara itu pendapatan nonbunga bank meningkat 9,1 persen dari Rp1,3 triliun pada Juni 2016 menjadi Rp1,5 triliun pada Juni 2017 yang didongkrak oleh produk "bancassurance, loan recovery", remitan dan layanan lainnya.
Bank juga mencatat pertumbuhan simpanan atau dana pihak ketiga (DPK) nasabah mencapai lima persen dari Rp114,1 triliun pada semester pertama 2016 menjadi Rp119,8 triliun pada semester pertama 2017 dengan rasio seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana atau LDR bank mencapai 86,7 persen, angka yang masih dianggap cukup sehat.
Meskipun demikian pihaknya tetap berhati-hati dengan kualitas kredit sehubungan bisnis masih terkena dampak perlambatan ekonomi.
Beberapa waktu lalu Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI "seven days Repo Rate" sebesar 25 basis poin dari 4,75 persen menjadi 4,5 persen.(*/DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017