Denpasar (Antara Bali) - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR-RI) Gede Sumarjaya Linggih pesimistis terwujudnya Bandara Internasional Buleleng dengan sistem apung di tengah laut.

"Saya pesimistis Bandara Internasional Buleleng dengan sistem apung terwujud. Walau dari perencanaan investor yang selama ini sudah mempublikasikan akan mewujudkan bandara itu dengan dana mencapai Rp50 triliun," kata Sumarjaya Linggih di sela kunjungan kerja Komisi VI DPR-RI di Kuta, Bali, Selasa.

Ia mengatakan investor bisa saja mengklaim selama ini akan mampu mewujudkan impiannya. Tapi semua itu hanya sebatas kajian mereka, dan tidak ada kajian pembanding dari investor lain yang sama-sama mengkaji untuk bandara di tengah laut.

"Apa yang digembar-gemborkan investor itu nampaknya impian saja kok. Apalagi pembangunannya di tengah laut yang kedalamannya mencapai 200 meter, rasanya tidak mungkinlah," ucap politikus Partai Golkar asal Kabupaten Buleleng.

Sumarjaya Linggih yang akrab dipanggil Demer mengatakan selama ini pihaknya tidak tahu juga investor yang katanya siap mendanai Rp50 triliun untuk Bandara Internasional Buleleng.

"Saya tidak tahu dari mana dan siapa investor yang berani menganggarkan sampai Rp50 triliun itu. Sebelum mereka mengganggarkan harus wajib lapor kepada pemerintah investor yang berani berinvestasi sebesar itu," ujarnya.

Di tanya soal penentuan lokasi (penlok) Bandara Buleleng, Demer mengaku tidak mungkin secepat itu akan dikeluarkan oleh pemerintah, sebelum ada kajian yang matang dari para ahli.

"Tak mungkinlah akan secepat itu pemerintah (Kementerian Pehubungan ) mengeluarkan penlok tersebut. Apalagi dari rekanan investor menyatakan akan mulai peletakan batu pertama pada 28 Agustus mendatang. Dan pada saat itu akan dikeluarkan penlok," ujarnya.

Demer mengatakan pihaknya tidak yakin Kementerian Perhubungan pada saat peletakan batu pertama baru dikeluarkan penlok bandara. Semestinya sebelum hari peletakan batu pertama harus izin dan penlok sudah keluar.

"Saya rasa penlok bandara tidak secepat itu keluar. Apalagi dari pihak perwakilan investor berani menyatakan saat peletakan batu pertama akan bersamaan keluarnya penlok Bandara Buleleng," katanya.

Sebelumnya, Presiden Direktur PT Bandara Internasional Bali Utara (BIBU), Made Mangku menyatakan ritual "Upacara Nuasen" atau upacara untuk memulai pembangunan proyek baru ini akan dilakukan 28 Agustus 2017.

"Upacara "Nuasen" ini akan kami lakukan di Dusun Yeh Buah, Desa Kubutambahan, Buleleng pada 28 Agustus 2017. Kami pilih berdasar petunjuk pendanda (rohaniawan Hindu). Memang tanggal itu yang terbaik untuk memulai pembangunan bandara," ujarnya.

Meski sudah menentukan tanggal "Nuasen" atau hari baik untuk memulai pembangunan bandara, namun Mangku mengakui masih belum mengantongi rekomendasi Penlok atau penentuan lokasi dari pemerintah pusat.

"Upacara "Nuasen" ini sebagai bukti kepada investor jika kami serius. Jika tidak kami lakukan upacara `Nuasen`, maka investor akan mulai khawatir. Apalagi jika Penlok bandara tak kunjung turun, nanti nama Bali bisa jelek di mata investor, akan muncul pertanyaan, ini serius apa nggak mau bangun bandara. Tapi kami optimistis Penlok Bandara Buleleng akan segera turun," kata Made Mangku. (WDY)

Video oleh I Komang Suparta


Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017