"Bu, saya sudah memiliki usaha gantungan kunci, berkat pengajaran Ibu dulu".

"Hati saya diliputi rasa bangga kalau mendengar kabar seperti ini," ucap AAA Mas Utari Noviyanthi, seorang relawan dan pengajar keterampilan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kerobokan, Denpasar.

Baginya, ungkapan yang membanggakan itu membikin haru. "Itulah rasa bangga bercampur haru, ketika ada salah seorang yang sudah keluar dari lapas, kemudian menghubungi saya dan mengatakan ha itu," tuturnya.

Perempuan yang juga pelaku usaha kerajinan berbasis bahan limbah yang sering dipanggil Gung Mas itu memang menjadi sukarelawan pengajar di Lapas Kerobokan sejak menjelang tahun 2010-an.

Cucu dari aktor legendaris Benyamin S itu khusus mengajari keterampilan membatik pada wadah keben, yakni wadah yang sering digunakan sebagai tempat "banten" (sesajen) oleh masyarakat Bali.

Melalui pengajaran Gung Mas, maka para lelaki penghuni lapas itu mulai memiliki keterampilan yang diharapkan bisa menjadi bekal mandiri, jika kemudian masa tahanannya telah berakhir.

Ya, keterampilan yang dipelajari di dalam penjara itu diharapkan dapat menjadi lahan mencari penghasilan untuk menafkahi diri dan keluarganya.

"Ketika itu, saya khusus mengajari cara membatik di keben. Kebanyakan, penghuni lapas yang datang untuk belajar, benar-benar antusias ingin bisa membatik. Meski mereka lelaki, tapi ketekunan dan ketelatenannya belajar tidak kalah dengan perempuan," paparnya.

Namun, beberapa waktu lalu, terjadi kerusuhan di Lapas Kerobokan, sehingga untuk sementara waktu Gung Mas menghentikan kegiatannya mengajar keterampilan.

Jika kondisi sudah kondusif,  perempuan kelahiran Singaraja, 6 November 1971, masih berminat untuk melakukan alih keterampilan ke penghuni Lapas Kerobokan, agar mereka siap berdikari jika masa penahanannya telah usai.




Kipas Lipat Berbahan Limbah

Tak hanya bergelut dengan pengajaran di lingkungan Lapas Kerobokan, Gung Mas pun terpikir menggeluti kerajinan berbasis limbah di rumahnya di Jalan A Yani, Denpasar. Ia mengusung nama 'Bee Handicrafts' untuk memberi merek pada berbagai kreasinya.

Menurut dia, keinginannya bergelut dengan kerajinan limbah dikarenakan sejak kecil sudah terbiasa memanfaatkan barang bekas tidak terpakai di sekitar rumahnya.

Bertepatan dengan pencanangan Kain Endek (batik khas Bali) di Kota Denpasar, Gung Mas mulai berkreasi dengan kain batik koleksi keluarganya. Kain itu dibentuk menjadi baju dengan setelan kipas.

"Melihat penampilan kipas saya, akhirnya banyak yang tertarik. Apalagi, tampilan kipasnya unik, karena gagang kayunya dibatik sehingga terlihat elegan dan etnik. Sampai-sampai Ibu Selly Mantra (istri Wali Kota Denpasar) memberi kepercayaan dengan memesan kipas untuk souvenir," paparnya.

Tahun berikutnya, ia ditawari untuk ikut berpameran pada ajang Inacraft di Jakarta. "Kali ini, saya membawa banyak kreasi kipas dengan menggunakan bahan kain limbah dari sejumlah garmen," ujarnya.

Kipas yang dibawa Gung Mas ke ajang pameran itu terbilang unik, karena bentuknya menyerupai dompet koin. Kipas ini bisa dilipat, sehingga praktis dibawa bepergian.

"Ide pembuatan kipas karena saya pernah melihat produk tempat sampah yang bisa dilipat, serta melihat salah seorang putra saya yang iseng menyambung-nyambung pipet minuman. Ini yang menjadi dasar gagasan pembuatan kipas lipat produksi Bee Handicrafts, yang laku keras dalam ajang pameran," ungkapnya.

Sampai-sampai, ucap Gung Mas, kipas itu diborong beramai-ramai oleh konsumen. Dalam sehari, Gung Mas sampai kewalahan menjual hingga ribuan "pieces" kipas. Harga kipas ini bervariasi, mulai dari Rp12.500 sampai yang berukuran 30 cm yang harganya Rp300.000.

Sampai kini, kipas lipat ini masih menjadi produk unggulan "Bee Handicrafts" dan masih sering dipesan sebagai souvenir pernikahan, promosi produk, atau cendera mata hotel. Beberapa hotel ternama di Bali, memang memercayai Bee Handicrafts untuk pembuatan cendera mata.  
            

Tas Ondel-Ondel

Berkat keintensifan Gung Mas menggeluti kerajinan, beberapa penghargaan pun diraihnya. Ia pernah meraih Juara I - Desain Favorit Endek pada Denpasar Festival 2011, serta menerima piagam penghargaan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atas dedikasi dan pengabdian dalam mengembangkan produk melalui pemberdayaan narapidana (April 2013).

Selain itu, penghargaan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah atas partisipasinya pada Koperasi dan UKM Fashion & Aksesories Expo 3-7 April 2013, Jakarta SMETOWER serta sejumlah penghargaan lainnya.

"Saya mensyukuri berkat usaha ini, ternyata mampu menghidupi 53 orang karyawan. Sesuai tujuan memberi nama usaha, yakni 'Bee' artinya lebah yang suka bekerja keras, namun sekaligus suka berbagi. Inilah tujuan pendirian Bee Handicrafts, agar bisa saling berbagi," ujar Gung Mas.

Seiring padatnya jadwal kegiatan dan produksi kerajinan, Gung Mas merasa bersyukur keluarganya turut bergabung membantu usahanya. Ibunda Mariana bertugas mengontrol kualitas produk kerajinan, serta memberi ide untuk menciptakan berbagai kreasi baru agar pasar tidak jenuh. Selain itu, salah seorang adik Gung Mas terlibat dalam menciptakan desain produk.

"Sekarang kami mau melihat peluang untuk mengembangkan usaha ke Indonesia bagian timur. Ingin menciptakan kreasi dengan simbol budaya di daerah bagian timur. Selama ini, kami kan sudah intens menciptakan produk-produk Betawi juga. Seperti tas ondel-ondel, dan motif elang bondol, bulus serta kipasan," ucap Mariana menambahkan.

Kerja sama antar-anggota keluarga ini, membuat hasil produksi kerajinan menjadi lebih variatif. Kualitas produk pun telah teruji, sehingga membuat sejumlah konsumen dari dalam dan luar negeri tertarik dan selanjutnya menjadi pembeli yang loyal. Pembeli mancanegara yang menjadi pelanggan Gung Mas, antara lain dari Malaysia, Filipina dan beberapa negara jiran lain.

"Banyak juga artis seperti Bu Mayangsari dan publik figur ternama yang berlangganan membeli kipas. Saya bersyukur usaha ini didukung oleh keluarga. Saya fokus di pemasaran, ibu menangani kualitas produk dan adik saya bagian desain. Jadi kami bersinergi," ujar Gung Mas dengan ekspresi ceria.  

Masih ada misi yang diimpikan yakni membentuk kelompok perajin kipas dari kayu dengan desain yang akan dikembangkan, agar bisa lebih luas memasarkan hasil produksinya. (*)

------------------
*) Penulis adalah penulis buku dan artikel lepas yang tinggal di Bali.

Pewarta: Tri Vivi Suryani *)

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017