Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali mengharapkan pembangunan pabrik pengolahan padi pascapanen yang dikemas secara modern dengan menggunakan teknologi Satake Jepang, dapat segera terealisasi.

"Kemungkinan bisa tahun ini, tetapi prosesnya kan banyak karena izin yang harus dilengkapi itu banyak," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana di Denpasar, Rabu.

Menurut dia, tempat pengolahan padi tersebut rencananya akan dibangun di lahan milik Pemprov Bali, daerah Timpag, Kabupaten Buleleng.

Namun, Wisnuardhana tidak memungkiri untuk merealisasikan pembangunan tempat pengolahan padi ini bukan perkara mudah karena sejumlah izin harus dilengkapi seperti izin lingkungan, usaha, dan gangguan.

"Jadi, tinggal sekarang investor memenuhi izin itu, terutama untuk izin gangguan (HO) nampaknya agak susah karena pasti ada kebisingan saat operasional tempat pengolahan padi, yang mungkin saja mendapat penolakan dari masyarakat sekitar," ucapnya.

Sebelumnya Direktur Perusahaan Satake Shoichi Tanaka saat beraudiensi dengan Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyampaikan bahwa mesin teknologi yang digunakan dalam pengolahan gabah ini memilki kapasitas untuk mengeringkan gabah basah sampai dengan 150 ton per harinya.

Tidak hanya itu, gabah yang sudah kering dapat disimpan selama enam sampai delapan bulan dengan menggunakan teknologi ini. Sehingga dengan demikian tidak akan terjadi penumpukan gabah yang berimbas pada rendahnya harga beli gabah.

Menurut Tanaka, dengan menggunakan teknologi ini beras yang dihasilkan akan utuh, tidak pecah, dan kemungkinan rusak hanya mencapai 10-15 persen, jauh berbeda dengan kondisi jika menggunakan sistem tradisional yang hanya menghasilkan 60 persen beras dari padi kering dan kondisi beras banyak yang tidak sempurna.

"Teknologi ini akan membantu dalam menjaga kestabilan harga gabah di pasaran. Tidak hanya itu, tidak ada debu yang dihasilkan sehingga teknologi ini benar benar ramah lingkungan," ujarnya.

Gubernur Bali Made Mangku Pastika juga telah menyatakan mendukung rencana pembangunan tempat pengolahan padi pascapanen yang dikemas dengan teknologi Satake Jepang itu.

"Selama ini, sesuai fakta di lapangan pada saat panen raya harga gabah para petani mengalami penurunan yang sangat drastis (anjlok) meskipun sesungguhnya patokan harga gabah minimum sudah ditetapkan," kata Pastika. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017