Amlapura (Antara Bali) - Wakil Bupati Karangasem, Bali I Wayan Artha Dipa bersama jajaran Pemkab setempat berbaur dengan masyarakat mengikuti prosesi ritual puncak karya di Pura Dalem Puri Besakih, Rabu.
Kegiatan ritual berskala besar "karya Pamlaspas", "Nubung Pedagingan" dan "Ngenteg Linggih" dipimpin tujuh pendeta (Sulinggih) dengan mempergunakan bebantenan "Caru Manca Sanak".
Kegiatan ritual itu menggunakan kurban Suci antara lain kerbau, kambing, penyu, ayam dan bebek. Pelaksanaannya dimeriahkan dengan tari wali yakni tari Rejang Dewa, Tarian Sakral Rejang, Baris, Tari Topeng Sidakarya dan Pagelaran Wayang Sudamala.
Wabup I Wayan Artha Dipa didampingi ketua DPRD setempat, pejabat dan masyarakat setempat "mundut pedagingan" dengan berjalan "Murwa Daksina" mengitari areal pura bergerak ke kanan.
Hal itu dilanjutkan dengan menaruh dan menanam "memendam pedagingan" di masing- masing bangunan suci (pelinggih) yang telah dipersiapkan.
Untuk itu Wakil Bupati, Ketua DPRD beserta Kepala Organisasi Prangkat Daerah Karangasem mendapat kehormatan "Mendem pedagingan" yang kemudian dilanjutkan dengan mengadakan persembahyangan bersama.
Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa mengatakan, rangkaian kegiatan karya Prosesi diawali Jumat, (9/6), dilanjutkan prosesi "Mepluning", "Nuwasin Karya", "Nyukat Genah Tawur" dan persiapan lainnya.
Kegiatan ritual tersebut akan berlangsung selama 22 hari hingga 30 Juli 2017 yang diharapkan seluruh rangkaian dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
Kegiatan yang melibatkan seluruh masyarakat setempat itu bertujuan untuk memohon berkah dari Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa agar kita semua diberikan kesejahteraan, kesehatan, kesucian, kedamaian dan keseimbangan alam semesta beserta isinya.
Selain itu memohon keselamatan dan kemakmuran alam semesta beserta segala isinya, karena Pura Dalem Puri Besakih merupakan tempat berstananya "Bhatari Durga" yang dulu dinamai Pura Dalem Kedewatan.
Umat Hindu di Bali maupun luar Bali setelah selesai mengadakan Upakara Pitra Yadnya biasanya datang ke pura tersebut.
"Setiap yadny merupakan persembahan suci yang patut didukung dengan kesucian, keiklasan dan landasan sikap mental yang baik, terutama yang tercermin dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Tri Kaya Parisudha)," ujarnya.
Hal itu tercerminkan dari kesungguhan dan keikhlasan yang dilandasi dengan kesucian hati dan pikiran seluruh umat Hindu, sehingga dapat menyelesaikan semua kegiatan yang dilaksanakan di Pura Dalem Puri Besakih. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Kegiatan ritual berskala besar "karya Pamlaspas", "Nubung Pedagingan" dan "Ngenteg Linggih" dipimpin tujuh pendeta (Sulinggih) dengan mempergunakan bebantenan "Caru Manca Sanak".
Kegiatan ritual itu menggunakan kurban Suci antara lain kerbau, kambing, penyu, ayam dan bebek. Pelaksanaannya dimeriahkan dengan tari wali yakni tari Rejang Dewa, Tarian Sakral Rejang, Baris, Tari Topeng Sidakarya dan Pagelaran Wayang Sudamala.
Wabup I Wayan Artha Dipa didampingi ketua DPRD setempat, pejabat dan masyarakat setempat "mundut pedagingan" dengan berjalan "Murwa Daksina" mengitari areal pura bergerak ke kanan.
Hal itu dilanjutkan dengan menaruh dan menanam "memendam pedagingan" di masing- masing bangunan suci (pelinggih) yang telah dipersiapkan.
Untuk itu Wakil Bupati, Ketua DPRD beserta Kepala Organisasi Prangkat Daerah Karangasem mendapat kehormatan "Mendem pedagingan" yang kemudian dilanjutkan dengan mengadakan persembahyangan bersama.
Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa mengatakan, rangkaian kegiatan karya Prosesi diawali Jumat, (9/6), dilanjutkan prosesi "Mepluning", "Nuwasin Karya", "Nyukat Genah Tawur" dan persiapan lainnya.
Kegiatan ritual tersebut akan berlangsung selama 22 hari hingga 30 Juli 2017 yang diharapkan seluruh rangkaian dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
Kegiatan yang melibatkan seluruh masyarakat setempat itu bertujuan untuk memohon berkah dari Ida Sanghyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa agar kita semua diberikan kesejahteraan, kesehatan, kesucian, kedamaian dan keseimbangan alam semesta beserta isinya.
Selain itu memohon keselamatan dan kemakmuran alam semesta beserta segala isinya, karena Pura Dalem Puri Besakih merupakan tempat berstananya "Bhatari Durga" yang dulu dinamai Pura Dalem Kedewatan.
Umat Hindu di Bali maupun luar Bali setelah selesai mengadakan Upakara Pitra Yadnya biasanya datang ke pura tersebut.
"Setiap yadny merupakan persembahan suci yang patut didukung dengan kesucian, keiklasan dan landasan sikap mental yang baik, terutama yang tercermin dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Tri Kaya Parisudha)," ujarnya.
Hal itu tercerminkan dari kesungguhan dan keikhlasan yang dilandasi dengan kesucian hati dan pikiran seluruh umat Hindu, sehingga dapat menyelesaikan semua kegiatan yang dilaksanakan di Pura Dalem Puri Besakih. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017