Denpasar (Antara Bali) - Duta kesenian yang mewakili Pemerintah Provinsi Bali membawakan cerita berjudul "Pemutaran Gunung Mandara di Ksirarnawa" dalam Pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke-39.
"Tahun ini merupakan tahun pertama bagi Pemprov Bali tampil dalam Pawai Pembukaan PKB. Cerita yang dibawakan tentunya sudah tidak asing lagi bagi kalangan seniman, budayawan, yang menekuni dunia sastra Jawa Kuno," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha, di sela-sela pelaksanaan pawai tersebut di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, di Denpasar, Sabtu.
Dalam gelaran yang dikemas apik dengan koreografernya Made Sidia ini, intinya mengisahkan tentang pemutaran Gunung Mandara yang dilakukan oleh para dewa dan raksasa dengan mengaduk lautan susu (Ksirarnawa) untuk mendapatkan amerta (air kehidupan).
Dalam cerita tersebut, untuk menjaga agar gunung tidak tenggelam, Dewa Wisnu turun ke dunia berwujud kura-kura besar menjadi alas gunung, dibantu seribu naga putra/putri dari Dewi Kadru sebagai pengikat gunung dan memutarnya hingga munculnya "amerta" yang selalu diburu oleh semua makhluk hidup di dunia ini.
Dewa Beratha menambahkan, kehadiran Pemerintah Provinsi Bali sebagai duta pawai sesungguhnya sangat menarik, karena dapat membuat bangunan pawai tahun ini dapat dikatakan sebagai refleksi alam makro (bhuwana agung) dengan sembilan arah mengelilinginya.
Pulau Bali yang didukung sembilan kabupaten/kota diibaratkan sebagai simbol ke sembilan arah, bahwa delapan kabupaten yang ada di Bali sebagai representasi dari delapan arah penjuru mata angin, dan kota adalah titik sentralnya.
Hal ini bermakna dengan posisi dan kapasitas yang tidak berbeda dengan delapan kabupaten lainnya, sekaligus mendukung dan memberi kekuatan kepada Bali secara keseluruhan.
"Artinya, Pemerintah Provinsi Bali tanpa dukungan kabupaten/kota, tentu tidak memiliki kekuatan apa-apa, dan demikian pula sebaliknya," ucapnya.
Dalam pawai perwakilan Pemprov Bali juga terlihat dibawanya panji-panji agung kebesaran para dewa, seperti, umbul-umbul, kober, tombak pangider-ider Dewata Nawasanga (sembilan dewa) yang mengikuti lambang kebesaran Pemerintah Provinsi Bali.
Selain itu, ada juga barisan sembilan tari Bali yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Tahun ini merupakan tahun pertama bagi Pemprov Bali tampil dalam Pawai Pembukaan PKB. Cerita yang dibawakan tentunya sudah tidak asing lagi bagi kalangan seniman, budayawan, yang menekuni dunia sastra Jawa Kuno," kata Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha, di sela-sela pelaksanaan pawai tersebut di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, di Denpasar, Sabtu.
Dalam gelaran yang dikemas apik dengan koreografernya Made Sidia ini, intinya mengisahkan tentang pemutaran Gunung Mandara yang dilakukan oleh para dewa dan raksasa dengan mengaduk lautan susu (Ksirarnawa) untuk mendapatkan amerta (air kehidupan).
Dalam cerita tersebut, untuk menjaga agar gunung tidak tenggelam, Dewa Wisnu turun ke dunia berwujud kura-kura besar menjadi alas gunung, dibantu seribu naga putra/putri dari Dewi Kadru sebagai pengikat gunung dan memutarnya hingga munculnya "amerta" yang selalu diburu oleh semua makhluk hidup di dunia ini.
Dewa Beratha menambahkan, kehadiran Pemerintah Provinsi Bali sebagai duta pawai sesungguhnya sangat menarik, karena dapat membuat bangunan pawai tahun ini dapat dikatakan sebagai refleksi alam makro (bhuwana agung) dengan sembilan arah mengelilinginya.
Pulau Bali yang didukung sembilan kabupaten/kota diibaratkan sebagai simbol ke sembilan arah, bahwa delapan kabupaten yang ada di Bali sebagai representasi dari delapan arah penjuru mata angin, dan kota adalah titik sentralnya.
Hal ini bermakna dengan posisi dan kapasitas yang tidak berbeda dengan delapan kabupaten lainnya, sekaligus mendukung dan memberi kekuatan kepada Bali secara keseluruhan.
"Artinya, Pemerintah Provinsi Bali tanpa dukungan kabupaten/kota, tentu tidak memiliki kekuatan apa-apa, dan demikian pula sebaliknya," ucapnya.
Dalam pawai perwakilan Pemprov Bali juga terlihat dibawanya panji-panji agung kebesaran para dewa, seperti, umbul-umbul, kober, tombak pangider-ider Dewata Nawasanga (sembilan dewa) yang mengikuti lambang kebesaran Pemerintah Provinsi Bali.
Selain itu, ada juga barisan sembilan tari Bali yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017