Singaraja (Antara Bali) - Kalangan petani di Desa Pancasari, Kabupaten Buleleng, Bali, merugi akibat cuaca buruk menyebabkan hasil panen mengalami penurunan hingga 50 persen lebih.
"Musim hujan menyebabkan tanaman stroberi tidak maksimal berbuah. Selain itu juga tanaman banyak busuk," kata Nyoman Kertada (30), salah satu petani di Desa Pancasari, Sabtu.
Ia mengatakan, pihaknya mengelami penurunan hasil panen mencapai satu sampai dua kwintal lebih dibandingkan hari-hari biasa (musim kering).
Cuaca buruk yang kadang tidak menentu juga dirasakan oleh petani lain di wilayah itu. "Hampir semua petani merugi tidak ada kecuali karena memang ini siklus tahunan yang selalu terjadi," tambahnya.
Kertada lebih jauh menjelaskan cuaca buruk juga berpengaruh pada harga stroberi di pasaran. Kini satu kilogram stroberi dijual kisaran harga Rp30 ribu sampai Rp40 ribu.
Keadaan tersebut, kata dia, juga menyebabkan minat wisatawan membeli stroberi sangat rendah. Petani pun kini mulai berfikir mengalihkan tanaman ke jenis lain seperti kentang dan sayur.
"Sedikit sekali yang membeli karena memang harganya tergolong mahal. Hasil panen pun sedikit sekali sehingga sayang juga kalau dijual murah," tegasnya.
Pihaknya berharap ke depan cuaca dapat lebih bersahabat sehingga panen kembali normal. "Harapan saya segera berakhir musim hujan sehingga panen kembali berjalan biasa," jelasnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Musim hujan menyebabkan tanaman stroberi tidak maksimal berbuah. Selain itu juga tanaman banyak busuk," kata Nyoman Kertada (30), salah satu petani di Desa Pancasari, Sabtu.
Ia mengatakan, pihaknya mengelami penurunan hasil panen mencapai satu sampai dua kwintal lebih dibandingkan hari-hari biasa (musim kering).
Cuaca buruk yang kadang tidak menentu juga dirasakan oleh petani lain di wilayah itu. "Hampir semua petani merugi tidak ada kecuali karena memang ini siklus tahunan yang selalu terjadi," tambahnya.
Kertada lebih jauh menjelaskan cuaca buruk juga berpengaruh pada harga stroberi di pasaran. Kini satu kilogram stroberi dijual kisaran harga Rp30 ribu sampai Rp40 ribu.
Keadaan tersebut, kata dia, juga menyebabkan minat wisatawan membeli stroberi sangat rendah. Petani pun kini mulai berfikir mengalihkan tanaman ke jenis lain seperti kentang dan sayur.
"Sedikit sekali yang membeli karena memang harganya tergolong mahal. Hasil panen pun sedikit sekali sehingga sayang juga kalau dijual murah," tegasnya.
Pihaknya berharap ke depan cuaca dapat lebih bersahabat sehingga panen kembali normal. "Harapan saya segera berakhir musim hujan sehingga panen kembali berjalan biasa," jelasnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017