Denpasar (Antara Bali) - Ketua Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Agung Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Romo Maxi Un Bria, menyatakan kedamaian dan kebahagiaan yang dinikmati seseorang itu erat kaitannya dengan etos kerja dan disiplin tinggi yang diterapkan orang itu.

"Semua itu terakumulasi dalam keberhasilan, karena kesuksesan seseorang dalam kehidupan tidak ada secara kebetulan," kata Romo Maxi Un Bria ketika tampil sebagai pembicara utama dalam Seminar Nasional "Filosofi kerja untuk sukses" di Denpasar, Jumat.

Di hadapan peserta seminar yang terkait dengan karya mahasiswa program doktor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Gede Ngurah Wididana itu, ia mengatakan kesuksesan itu diraih berkat kerja keras sesuai bidang yang ditekuni masing-masing.

Indonesia menempati urutan ke-81 dari 155 negara di dunia dalam bidang indeks kebahagiaan dan kedamaian, meskipun siapapun yang datang dan tinggal di Pulau Dewata telah merasakan damai dan bahagia.

Survei kedamaian dan kebahagiaan yang dilaksanakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyangkut berbagai aspek antara lain pendidikan, pembangunan insfrastruktur, fasilitas pendukung lainnya dan etos kerja.

"Melalui kerja keras sosok Gede Ngurah Wididana, Direktur Utama PT Karya Pak Oles yang menaungi 15 perusahaan kini berhasil menampung sedikit 2.000 tenaga kerja," ujar Romo Maxi Un Bria yang juga dosen Sekolah Tinggi Pastural Keuskupan Agung (Stipas) Kupang.

Keberhasilan Gede Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles yang kini sedang menyelesaikan pendidikan program doktor IHDN itu tentu memberikan rasa aman, bahagia, dan damai dalam lingkungan ribuan keluarga pekerja yang diserapnya.

"Hal itu mampu membawa perubahan, karena yang bersangkutan tetap dikenal dan disegani sebagai akumulasi kerja keras yang dilakoninya dalam kehidupan sehari-hari," ujar Romo Maxi Un Bria.

Gede Ngurah Wididana dalam bukunya "Didici Vivere" (Saya Belajar Untuk Hidup) menguraikan tentang perjalanan hidup dan pengalamannya hingga sekarang.

Kerja keras, belajar, disiplin, hidup sederhana, bersyukur dan cinta kasih merupakan hal yang terus menerus didengungkan dengan harapan dalam kehidupan sehari-hari dapat dipraktekkan.

"Jika saya melakukan hal-hal yang kontradiktif seperti malas, bodoh, tidak disiplin, hidup boros, sombong dan mementingkan diri sendiri, saya berusaha untuk tidak berlarut-larut agar tidak menjadi kebiasaan," ujarnya yang juga bertindak sebagai ketua panitia seminar nasional tersebut.

Sementara Direktur Program Pascasarjana Institut Hindhu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Dr Ketut Sumadi mengatakan, Indonesia, khususnya Bali banyak memiliki kearifan lokal yang mampu memberikan rasa damai dan bahagia dalam menjalani kehidupan.

"Tri Hita Karana" hubungan yang harmonis dan serasi sesama manusia, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa dapat diaplikasikan sedemikian rupa dalam kehidupan sehari-hari.

Hal itu diimbangi dengan kerja keras, sesuai bidang tugas yang dilakoni masing-masing, dengan harapan Indonesia kelak dapat meningkatkan indeks kedamaian dan kebahagiaan menjadi yang lebih baik dari sekarang, ujar Jero Ketut Sumadi. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017