Singaraja (Antara Bali) - Petani stroberi di Desa Pancasari, Kabupaten Buleleng, Bali, mengalami penurunan hasil panen cukup signifikan akibat cuaca yang tidak menentu beberapa minggu terakhir.
"Akhir-akhir ini hujan turun dalam intensitas tinggi dan di luar perkiraan kami. Biasanya musim peralihan intensitas hujan menurun, tetapi ini malah makin sering," kata Wayan Subawa, salah seorang petani di desa tersebut, Selasa.
Ia mengatakan, produksi tanaman stroberi hanya sekitar satu kwintal saja atau menurun dibandingkan panen sebelumnya yang mencapai 2-3 kwintal. Setiap kilogramnya laku dijual hingga Rp20.000 kepada pengepul.
Ia menambahkan, kerugian yang dialami akibat hujan tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan setiap bulan. Biasanya setiap bulannya memperoleh penghasilan sekitar Rp6 juta, namun sekarang hanya Rp3 juta, termasuk untuk biaya pembelian bibit dan pupuk yang mencapai Rp1,5 juta
Tanaman yang telah berumur dua bulan itu sebenarnya sudah mulai menghasilkan, akibat diguyur hujan secara terus menerus tanaman menjadi mati. Beberapa tanaman yang hidup mau berbuah namun buahnya busuk.
"Hanya beberapa tanaman saja yang berbuah bagus sehingga hasil panen kali ini tidak maksimal, bahkan mengalami kerugian," ujar dia sembari mengungkapkan stroberi daerahnya selama ini memang memiliki kualitas terbaik di Pulau Dewata.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, pihaknya berharap cuaca segera kembali sehingga para petani dapat menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pemupukan dan perawatan yang ada.
"Semoga saja cuaca segera membaik sehingga panen pun melimpah. Kami memang selama ini tergantung juga dengan cuaca yang ada," papar dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Akhir-akhir ini hujan turun dalam intensitas tinggi dan di luar perkiraan kami. Biasanya musim peralihan intensitas hujan menurun, tetapi ini malah makin sering," kata Wayan Subawa, salah seorang petani di desa tersebut, Selasa.
Ia mengatakan, produksi tanaman stroberi hanya sekitar satu kwintal saja atau menurun dibandingkan panen sebelumnya yang mencapai 2-3 kwintal. Setiap kilogramnya laku dijual hingga Rp20.000 kepada pengepul.
Ia menambahkan, kerugian yang dialami akibat hujan tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan setiap bulan. Biasanya setiap bulannya memperoleh penghasilan sekitar Rp6 juta, namun sekarang hanya Rp3 juta, termasuk untuk biaya pembelian bibit dan pupuk yang mencapai Rp1,5 juta
Tanaman yang telah berumur dua bulan itu sebenarnya sudah mulai menghasilkan, akibat diguyur hujan secara terus menerus tanaman menjadi mati. Beberapa tanaman yang hidup mau berbuah namun buahnya busuk.
"Hanya beberapa tanaman saja yang berbuah bagus sehingga hasil panen kali ini tidak maksimal, bahkan mengalami kerugian," ujar dia sembari mengungkapkan stroberi daerahnya selama ini memang memiliki kualitas terbaik di Pulau Dewata.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, pihaknya berharap cuaca segera kembali sehingga para petani dapat menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pemupukan dan perawatan yang ada.
"Semoga saja cuaca segera membaik sehingga panen pun melimpah. Kami memang selama ini tergantung juga dengan cuaca yang ada," papar dia. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017