Badung (Antara Bali) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas Bambang Brodjonegoro menargetkan kajian pemindahan ibu kota
dari Jakarta ke wilayah baru di luar Pulau Jawa akan selesai tahun ini.
Bambang di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin, mengatakan ada beberapa kota kandidat yang berpotensi menjadi ibu kota baru. Dia mengakui salah satu kandidat ibu kota baru adalah Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
"Pokoknya harus di luar Jawa (untuk kandidat lainnya). Sudah, nanti malah munculin spekulan lagi," kata dia seusai menghadiri Regional Workshop on Country Safeguard System bersama Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB).
"Tahun ini jelas," tambahnya, ketika disinggung target waktu penyelesaian kajian pemindahan ibu kota.
Bambang mengatakan tim Bappenas sedang menganalisis kriteria wilayah, kemudian kesiapan dan ketersediaan lahan, hingga sumber pendanaan untuk pembangunan ibu kota baru tersebut.
"Kita berikan update (perkembangan) kepada Presiden Joko Widodo secara teratur," ujar dia.
Terkait munculnya nama Palangkaraya, sebagai kandidat ibu kota baru, kata Bambang, karena hal tersebut juga pernah digagas oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
"Ya itu memang salah satu kandidat karena pernah diucapkan Presiden Soekarno," ujar mantan menteri Keuangan tersebut.
Soekarno menurut beberapa literatur, pernah mewacanakan agar ibu kota dapat berpindah ke Palangkaraya, tepatnya pada 1950-an. Proklamator kemerdekaan tersebut bahkan pernah mengunjungi kota yang terletak di tengah Indonesia itu, untuk meninjau perkembangan kota yang dilintasi Sungai Kapuas tersebut.
Dalam kesempatan sebelumnya, Bambang mengatakan rencana pemindahan ibu kota muncul kembali karena adanya kebutuhan pembentukan pusat ekonomi baru.
Menurut dia, Pulau Jawa terlalu mendominasi kegiatan perekonomian Indonesia. Itu pun aktivitas perekonomian di Jawa lebih banyak terkosentrasi di kawasan Jabodetabek atau DKI Jakarta, belum merata ke seluruh lapisan.
"Maka, perlu membangun pusat perekonomian baru di luar Pulau Jawa," ujar Bambang di Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Bila rencana tersebut benar-benar terealisasi, beban Jakarta yang kini dianggap terlalu berat, karena berperan ganda sebagai pusat pemerintahan, keuangan sekaligus pusat bisnis, dapat berkurang.
Meskipun berkurang, Bambang meyakini, kalaupun Ibu Kota negara pindah dari DKI Jakarta, pusat aktivis bisnis akan tetap berada di Jakarta. "Meskipun ibu kota pemerintahan dipindahkan dari Jakarta, Jakarta tetap akan berfungsi sebagai pusat utama bisnis di Indonesia," kata dia.
Bambang juga menyampaikan rencana pemindahan ibu kota ini bisa terwujud jika didukung keputusan politik. "Saya tidak di posisi bisa menentukan apakah dapat dijadikan ibu kota baru, karena itu keputusan politik. Kita hanya menyiapkan perlunya pusat pemerintahan di luar Pulau Jawa," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
Bambang di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin, mengatakan ada beberapa kota kandidat yang berpotensi menjadi ibu kota baru. Dia mengakui salah satu kandidat ibu kota baru adalah Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
"Pokoknya harus di luar Jawa (untuk kandidat lainnya). Sudah, nanti malah munculin spekulan lagi," kata dia seusai menghadiri Regional Workshop on Country Safeguard System bersama Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB).
"Tahun ini jelas," tambahnya, ketika disinggung target waktu penyelesaian kajian pemindahan ibu kota.
Bambang mengatakan tim Bappenas sedang menganalisis kriteria wilayah, kemudian kesiapan dan ketersediaan lahan, hingga sumber pendanaan untuk pembangunan ibu kota baru tersebut.
"Kita berikan update (perkembangan) kepada Presiden Joko Widodo secara teratur," ujar dia.
Terkait munculnya nama Palangkaraya, sebagai kandidat ibu kota baru, kata Bambang, karena hal tersebut juga pernah digagas oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
"Ya itu memang salah satu kandidat karena pernah diucapkan Presiden Soekarno," ujar mantan menteri Keuangan tersebut.
Soekarno menurut beberapa literatur, pernah mewacanakan agar ibu kota dapat berpindah ke Palangkaraya, tepatnya pada 1950-an. Proklamator kemerdekaan tersebut bahkan pernah mengunjungi kota yang terletak di tengah Indonesia itu, untuk meninjau perkembangan kota yang dilintasi Sungai Kapuas tersebut.
Dalam kesempatan sebelumnya, Bambang mengatakan rencana pemindahan ibu kota muncul kembali karena adanya kebutuhan pembentukan pusat ekonomi baru.
Menurut dia, Pulau Jawa terlalu mendominasi kegiatan perekonomian Indonesia. Itu pun aktivitas perekonomian di Jawa lebih banyak terkosentrasi di kawasan Jabodetabek atau DKI Jakarta, belum merata ke seluruh lapisan.
"Maka, perlu membangun pusat perekonomian baru di luar Pulau Jawa," ujar Bambang di Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Bila rencana tersebut benar-benar terealisasi, beban Jakarta yang kini dianggap terlalu berat, karena berperan ganda sebagai pusat pemerintahan, keuangan sekaligus pusat bisnis, dapat berkurang.
Meskipun berkurang, Bambang meyakini, kalaupun Ibu Kota negara pindah dari DKI Jakarta, pusat aktivis bisnis akan tetap berada di Jakarta. "Meskipun ibu kota pemerintahan dipindahkan dari Jakarta, Jakarta tetap akan berfungsi sebagai pusat utama bisnis di Indonesia," kata dia.
Bambang juga menyampaikan rencana pemindahan ibu kota ini bisa terwujud jika didukung keputusan politik. "Saya tidak di posisi bisa menentukan apakah dapat dijadikan ibu kota baru, karena itu keputusan politik. Kita hanya menyiapkan perlunya pusat pemerintahan di luar Pulau Jawa," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017