Denpasar (Antara Bali) - Universitas Pendidikan Nasional memperkenalkan filosofi lokal Bali "Tri Hita Karana" kepada para peneliti dunia, akademisi dan aktivis lingkungan yang menghadiri workshop internasional hasil penelitian upaya pengurangan risiko bencana di Asia Tenggara.

"Filosofi atau kearifan lokal Hindu- Bali, Tri Hita Karana, jika mampu diterapkan dengan baik, maka akan mendorong umat manusia untuk melestarikan alam, hidup harmonis dengan alam, sehingga pada akhirnya akan dapat mengurangi risiko bencana," kata Direktur Akademik dan Sistem Informasi Undiknas Luh Putu Mahyuni PhD CA, saat membuka acara workshop internasional tersebut, di Denpasar, Kamis.

Mahyuni mengemukakan, THK sebagai sebuah filosofi Hindu dengan nilai-nilainya yang universal, tidak hanya untuk menjaga hubungan yang harmonis kepada lingkungan semata, namun juga mengajarkan umat manusia untuk hidup harmonis dengan sesama manusia dan berbakti kepada Tuhan.

"Oleh karena itu, kami sarankan kepada para peneliti yang hadir pada kesempatan ini, untuk dapat menggali kearifan lokal sejenis dari berbagai belahan dunia, kemudian digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari metode yang disarankan dalam upaya pelestarian lingkungan dan mengurangi risiko bencana," ucap Mahyuni pada acara yang bertajuk "4th TWINSEA International Workshop Lessons Learnt and Outlook, Enhancing Resilence in Indonesia and South East Asia Cities through Low Regret Adaptation Measures" itu.

Pihaknya pun sangat berbangga karena telah dipercaya sebagai tuan rumah pelaksanaan pertemuan internasional tersebut yang dihadiri oleh 140 peneliti, akademisi, aktivis lingkungan dari tujuh negara tersebut. "Ini menjadi peluang dan kesempatan bagi kami untuk mengadakan kerja sama internasional yang lebih jauh dengan kampus dan institusi luar negeri untuk mencapai standar pendidikan dan riset kelas dunia," ucap Mahyuni.

Sementara itu, Koordinator TWINSEA United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) Dr Matthias Garschagen mengatakan dipilihnya Bali sebagai tempat penyelenggaraan acara juga tidak terlepas dari kondisi Bali yang termasuk ke dalam salah satu daerah rawan bencana di kawasan Asia Tenggara. "Selain itu, di sini ada Kampus Undiknas yang sangat terbuka dalam mengembangkan jaringan peneliti yang sangat `concern` terhadap pengurangan risiko bencana," ucapnya.

Sebagaimana yang menjadi fokus penelitian pihaknya, yakni untuk memetakan titik-titik rawan bencana di wilayah Asia Tenggara, mengidentifikasi teknik yang sudah diteliti untuk mengurangi risiko bencana, dia juga menekankan pentingnya aspek sistem peringatan dini (early warning system).

"Salah satunya hasil riset dan pelajaran berharga yang dapat diperoleh dari kejadian bencana tsunami di Aceh yakni ada ketahanan yang cukup unik dari masyarakat sekitar dalam bertahan menghadapi dampak bencana. Namun, tantangan ke depan adalah pentingnya sistem peringatan dini kebencanaan untuk mengurangi jumlah korban," ujar Matthias.

Menurut dia, selama ini sejatinya sistem peringatan dini bencana sudah banyak, hanya saja banyak yang tidak berfungsi dengan baik. Sehingga, ke depannya perlu dilakukan investigasi lagi, pendekatan yang lebih baik, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam upaya mengatasi dan mengurangi risiko bencana.

Di sisi lain, lanjut dia, pemerintah daerah juga sudah dilibatkan mulai dalam proses riset sampai sosialisasi dari hasil penelitian mengenai kebencanaan, meskipun tidak dipungkiri hasilnya tidak bisa diimplementasikan dalam waktu singkat.

"Paling tidak sudah ada perubahan mindset (pola pikir) dari pemangku kebijakan bagaimana langkah efektif untuk mengurangi risiko, mengindentifikasi potensi bencana, dan mempersiapkan masyarakat mengurangi dampak bencana," kata Matthias.

Workshop ini terselenggara atas kerjasama LIPI-ICIAR dengan Franzius Institute for Hydraulic, Waterways, and Coastal Engineering University of Hannover (FI), dan United Nations University Institute for Environment and Human Security (UNU-EHS) serta Universitas Pendidikan Nasional.

Sedangkan Proyek TWINSEA bertujuan mewujudkan jejaring riset pada institusi/universitas dan praktisi Jerman dan Asia Tenggara untuk memperbaiki pengurangan risiko bencana. Tiga workshop internasional TWINSEA telah dilaksanakan sebelumnya pada 2014, 2015, dan 2016 di Jakarta. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017